M |
ungkin kita sudah sering mendengar, membaca judul di atas. Falsafah ini berasal dari
ungkapan aslinya ing ngarsa sung tulada, ing madya
mangun karsa, tut wuri handayani. Hanya ungkapan Tut Wuri Handayani saja yang banyak dikenal dalam masyarakat
umum. Arti dari falsafah ini secara lengkap adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa
memberikan dorongan dan arahan), ing
madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan
prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung
tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh
tindakan baik). Ki Hajar Dewantara yang mendirikan Perguruan Taman Siswa, dianggap sebagai
pencetusnya. Karena itu hari lahirnya 2
Mei 1989 dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan
kita sampai sekarang ini.
Di kalangan orang Minahasa ada falsafah “Si Tou Timou Tumou Tou” - orang hidup untuk menghidupkan orang
lain. Falsafah ini jika dikaji secara
mendalam sama arti dan magna dari falsafah “Tut Wuri Handayani”. Dua-duanya
mengandalkan manusia sebagai pelaku pendidikan, ada yang mengajar dan ada yang
diajar. Hal ini sejalan dengan apa yang Tuhan perintahkan kepada Musa dalam Keluaran
18:20 Kemudian haruslah engkau
mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan
memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang
harus dilakukan. Bahkan konsep
pendidikan sudah dimulai di Taman Eden.
Bedanya, sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, Tuhan sendiri yang menjadi
guru mereka.
Proses belajar
mengajar merupakan proses yang berkesinambungan. Kata belajar, tidak ada akhirnya, biarpun
seseorang sudah menyelesaikan sampai S3, bahkan sudah menyandang gelar
professor, tetap harus belajar kepada orang lain. Itu sebabnya Tuhan
menyampaikan lagi kepada Yoshua dalam Ulangan 6:7 Haruslah
engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya
apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan,
apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Artinya pendidikan itu merupakan proses yang
tidak mengenal tempat, waktu dan keadaan.
Karena
proses pendidikan adalah juga perintah dari Tuhan, maka itulah sebabnya Gereja
Masehi Advent Hari Ke-tujuh memulaikannya dari awal keberadaannya. E. G. White menulis banyak mengenai
pendidikan dan prosesnya dalam berbagai buku, antara lain: Education, Adventist
Home dll. Di organisasi Advent juga
mulai dari Jemaat sampai General Confrence, ada Departemen Pendidikan yang
menangani supervisi atas pengelolaan sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga
pendidikan lainnya.
Yang perlu
diingat bahwa pendidikan itu dimulai di rumah tangga kita masing-masing. Bagaimana kita mendidik anak-anak kita dari
saat masih di dalam kandungan (ini anjuran E.G. White), seperti itulah jadinya
anak itu kemudian. Walaupun terkadang
lingkungan menjadikan hasilnya berbeda dengan yang sudah diberikan kepada
anak-anak kita, tetapi bilamana kita menyerahkan itu kapada campur tangan
Tuhan, pasti akan keluar seperti yang kita harapkan. Jika di tempat saudara ada sekolah gereja,
maka wajiblah kita membawa anak-anak kita ke sekolah gereja yang mengajarkan
pelajaran iman sesuai yang kita imani. Semoga Falsafah “Tut Wuri Hadanyani” dan
“Si Tou Timou Tumou Tou” menjadi
praktek kita selama masih diberikan kesempatan oleh Tuhan Yesus.