BAIT Ministry

HUT BAIT ke 1 di Megamendung Bogor

Kunjungan ke Jemaat Sentul dan Panti Asuhan di Bogor dalam rangka HUT BAIT Ministry ke 1.

BAIT Ministry di Toraja

Kunjungan BAIT Ministry ke SLA Mebali dan berbagai tempat wisata dalam rangka HUT BAIT ke 3.

Kunjungan BAIT Ministry ke Palu

Kunjungan BAIT Ministry ke Palu Dalam Rangka HUT BAIT Ministry ke 4.

KKR Bait Ministry di Kotamobagu

KKR BAIT Ministry di Kotamobagu Dalam Rangka HUT BAIT Ministry ke 5.

Baptisan BAIT Ministry di Kotamobagu

Baptisan Setelah KKR Dalam Rangka HUT BAIT Ministry ke 5 di Kotamobagu.

Sabtu, 09 September 2023

Bintang Yang Berbeda

 

Pemandangan langit malam mempunyai daya tarik yang mempesona bagi manusia sejak masa prasejarah bahkan sampai saat ini. Dalam Alkitab Raja Daud mengungkapkan dalam Mazmur 8 akan keheranannya kepada Tuhan Sang Pencipta yang mempunyai kekuasaan menciptakan Bintang dan Bulan tetapi mengingat bahkan mengindahkan Manusia seperti dirinya. Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? (Maz 8 : 4,5).

 Jauh sebelum Galileo menemukan Teleskop pada tahun 1610, ilmu astronomi sudah cukup berkembang pesat dan banyak digunakan untuk kebutuhan manusia saat itu

(Navigasi, perhitungan tahun, dll) sejak Masa Kerajaan Yunani kemudian Roma, kendatipun observasi langit malam hanya mengandalkan mata manusia. Ketika

memperhatikan Bintang (pada waktu itu semua objek malam selain bulan disebut bintang) "astronom Masa lampau" memperhatikan bahwa ada sedikit bintang yang tidak seperti ribuan bintang lainnya.

Bintang-bintang ini tidak bisa dijadikan bagian dari "Rasi bintang" (konstelasi sekelompok bintang yang tampak berhubungan membentuk suatu konfigurasi khusus. Dalam ruang tiga dimensi, kebanyakan bintang ini tidak memiliki hubungan satu dengan lainnya, tetapi dapat terlihat seperti berkelompok.Contoh :

Aquarius, Libra, Aries, Orion, Gemini ,Pegasus, dll) karena Pola gerakannya berubah-ubah tidak seperti bintang pada umumnya. pada masa itu ada 4 bintang yang  termasuk "Bintang Berbeda" yaitu nama-namanya : Merkurius, Venus, Mars, dan Jupiter. Saturnus. Akhirnya sains modern mengetahui bahwa Bintang yang berbeda tersebut adalah Planet yang seperti Bumi, bergerak mengelilingi matahari yang membuat pola gerakannya sangat berbeda dengan bintang-bintang.

Setiap saat dalam hati, kita harus memilih kepada siapa kita memihak, sesuai "pekabaran Malaikat yang pertama" dalam Wah. 14 : 7  "dan ia berseru dengan suara nyaring: "Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air." Pilihanya jelas ada dua yaitu Menyembah Allah atau dilain sisi Tidak Perlu Menyembah. Mengapa harus menyembah Allah? ayat Alkitab tadi jelas menyebut alasannya yaitu  TUHAN-lah yang adalah pencipta, sedangkan pilihan yang lain tentu saja tidak percaya kalau kita diciptakan Tuhan.

Konsep berpikir (mindset) mempercayai bahwa semua alam semesta diciptakan TUHAN sehingga kita manusia harus menyembah dan memuliakanNYA, saat ini makin tidak populer di dunia. Bahkan survey-survey terbaru menyebutkan bahwa Agama yang terbesar saat ini  adalah "tidak beragama." Bahkan Konsep berpikir tidak percaya Tuhan adalah Pencipta telah merasuk kepada manusia-manusia yang adalah pemeluk agama, termasuk yang mengaku/terdaftar sebagai anggota Umat yang sisa.

Saudara-saudara pembaca sekalian yang memilih percaya dengan konsep berpikir (mindset) bahwa semua alam semesta diciptakan TUHAN sehingga kita manusia harus menyembah dan memuliakanNYA, anda bagaikan Planet yang jauh berbeda pergerakannya dibandingkan bintang-bintang pada umumnya di langit Malam, seperti yang dijelaskan di bagian awal tulisan ini. Karena faktanya konsep berpikir akan berbuah perilaku "Where the Mind Goes, the Body Follows." Roma  12:2 mengatakan : "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." sehingga kesimpulannya: manusia yang Percaya Tuhan Adalah Pencipta, manusia yang menjawab Panggilan Malaikat yang pertama dengan jawaban "YA saya akan menyembah dan Memuliakan TUHAN" pastilah perilakunya, berbeda dengan "manusia dunia." Menjadi unik adalah Tanda bahwa kita adalah Penyembah Allah. batu uji keunikan ini yaitu tindakan-tindakan yang sesuai dengan perintah Tuhan sama seperti dikatakan Yesus sendiri dalam Yohanes  14:15 "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku."

Umat Allah yang sisa (yang benar-benar sejati) harus senantiasa menanyakan pertanyaan dalam hatinya pada saat hendak mengambil keputusan yang paling terkecilpun : "Kalau Tuhan Yesus yang berada di posisi saya saat ini, apa yang akan dilakukanNYa?"

Menggunakan contoh yang paling sederhana : Ketika berada di jalan yang macet dan kita sebagai  pengendara mobil melihat dari lorong depan sebelah kiri ada mobil lain yang kesulitan untuk menembus padatnya antrian  di jalur lurus, dan semua mobil didepan tidak mau "memberi jalan." kemudian tibalah giliran kita. Apa yang akan kita lakukan? apakah sama seperti "manusia dunia" yang egois dan masa bodoh dengan tidak juga mau memberi jalan. Ataukah kita adalah sopir yang termasuk "bintang yang berbeda" yang mau mengasihi sesama Manusia sehingga mau berhenti sejenak mempersilahkan mobil yang lain tadi masuk mendahului mobil kita. "Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" Matius  22:39.

Menggunakan contoh yang lebih kompleks : ketika kita dipercayakan Tuhan menjadi Penguasa dalam sebuah Lembaga (apalagi lembaga-lembaga yang berlabel "milik TUHAN") Apakah kita termasuk "koruptor" yang sama seperti "manusia dunia" pada umumnya : menggunakan kekuasaan tersebut untuk kepentingan-kepentingan pribadi (KPK menyebut potensi kerugian Negara Indonesia Rp 200 triliun pada 2019). Ataukah kita termasuk penguasa yang tergabung dalam "bintang yang berbeda" yang

senantiasa membuat keputusan dan kebijakan yang adil dan sesuai Perintah Tuhan. "Sungguhkah kamu memberi keputusan yang adil, hai para penguasa? ..." Mazmur  58:2

 Semoga kita semua bisa selalu menjadi "bintang yang berbeda" Semoga bisa menguatkan bagi saudara-saudara seiman para "bintang-bintang yang berbeda".

 

Referensi :

https://kumparan.com/@kumparanstyle/agama-baru-penduduk-bumi-tak-beragama 

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46728691


Ingin

 
INGIN
Pdt. Raymond Lohonauman

Hari ini kita hidup di sebuah zaman dimana pengaruh media sosial begitu kuat sehingga manusia modern sadar atau tidak sering "terjebak" keadaan "menginginkan" banyak hal bahkan sering melampaui kewajaran.

 

Menyangkut keinginan,

Keluaran 20:17 berkata demikian:

“JANGAN MENGINGINI rumah sesamamu; JANGAN MENGINGINI isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau APAPUN YANG DIPUNYAI SESAMAMU.“

Kata “ingin” datang dari bahasa aslinya “chamad” (khaw-mad') yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai desire (hasrat), covet (iri hati, dambaan hati yang terlalu berlebihan). 

Dalam banyak kasus, dari dosa keinginan atau hasrat berlebihan inilah maka bisa menjurus selanjutnya pada dosa mencuri. Itu sebabnya SDA BC Vol 1 hal 606 menyebutkan, “the tenth commandment is supplementary to the eight, for covetousness is the root from which theft grows.” Jadi mencuri akarnya adalah ingin. 

Jika disimak, memang hukum ini adalah perintah yang terakhir namun permulaan dosa justru dimulai dari pelanggaran akan perintah ini. Perhatikan kasus-kasus ini: 

1.    Lucifer (pembawa terang itu, pemimpin para malaikat Sorga) jatuh dalam dosa disebabkan karena keinginannya. Perhatikan sindiran Allah terhadap setan (Yesaya 14:13,14) “Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: AKU HENDAK naik ke langit, AKU HENDAK mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan AKU HENDAK duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. AKU HENDAK naik mengatasi ketinggian awan-awan, HENDAK MENYAMAI YANG MAHATINGGI!” Terlihat jelas bahwa setan punya ambisi, iri hati, keinginan kuat untuk menjadi seperti Allah dalam hal posisi (dan bukan dalam hal tabiat). Dari dosa inilah maka ia berani membuat pemberontakan yang akhirnya menyebabkannya dihempaskan dari sorga dan menjadi permulaan segala dosa yang lain yang terjadi sampai saat ini. DOSA KEINGINAN. 

2.      Adam dan Hawa (manusia pertama yang diciptakan Allah), jatuh dalam dosa juga karena keinginan.  Dia tertarik dengan buah, dia terpikat oleh kata-kata ular: (Kej 3:4,5)  "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan KAMU AKAN MENJADI SEPERTI ALLAH, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” Betapa Hawa yang diciptakan sempurna itu, berkeinginan untuk menjadi SAMA SEPERTI ALLAH. DOSA KEINGINAN. 

Sebenarnya membicarakan tentang keinginan adalah sesuatu yang normal, karena salah satu kunci keberhasilan adalah dimulai dengan keinginan atau lebih tepat kita menyebutnya TEKAD atau boleh juga disebut CITA-CITA. Dan ini tidak salah. Yang salah adalah ketika kita menginginkan apa yang SUDAH MENJADI MILIK ORANG LAIN apalagi jika untuk memuaskan keinginan kita, maka kita “menghalalkan segala cara” untuk memperolehnya. 

Disinilah akhirnya kita temukan beberapa kasus dalam Alkitab yang dengan jelas dinyatakan bahwa itu dosa:

1.    Ketika Daud “INGIN” Batsyeba, yang adalah milik Uria, suaminya yang sah, maka setelah Daud berhasil tidur dengan wanita ini, diapun merampasnya dengan cara kotor dari Uria (2 Sam 11,12)

2.    Ketika Ahab “INGIN” kebun anggur yang adalah sah milik Nabot, maka bersama Izebel, istrinya, Ahab membuat kesaksian palsu untuk dijadikan alasan untuk membunuh Nabot dan setelah itu merampasinya (1 Raja 21)

Kita bisa juga menaruh dalam daftar panjang mereka-mereka yang dicatat dalam Alkitab yang akhirnya harus dihukum berat karena melakukan dosa disebabkan karena keinginan materi

1.    Akhan dari suku Yehuda dan keluarga yang akhirnya dihukum mati dengan dilempari batu karena begitu ingin harta sehingga akhirnya mengambil barang-barang jarahan dari Yerikho yang seharusnya tidak boleh diambil karena MILIK TUHAN (Yosua 7)

3.    Saul, Raja Israel yang pertama, yang mengambil harta jarahan, ternak dari Amalek yang sudah jelas-jelas disebutkan jangan diambil dan harus ditumpas seluruhnya tapi karena tertarik ingin memiliki lembu-lembu yang tambun maka dia membiarkannya hidup dan diambilnya  hingga akhirnya dia ditolak sebagai raja (1 Samuel 15)

4.    Gehazi, hamba Elisa, yang ingin sekali mengambil hadiah-hadiah dari Naaman yang seharusnya bukan menjadi haknya, rela menipu Naaman supaya diberikan hadiah-hadiah itu kepadanya hingga akhirnya dia kena kusta (2 Raja 5) 

Boleh dikata, orang-orang yang disebutkan diatas, Gehazi, Saul, Akhan, Hawa bahkan Lucifer, adalah contoh manusia yang tidak bisa mengontrol pikiran mereka pada keinginan yang buruk.  Satu kalimat bagus yang ditulis dalam SDA BC Vol 1 hal 607, patut kita simak: “the wrong thought entertained promotes a wrong desire, which in time gives birth to a wrong action.”

Itu sebabnya Salomo berkata demikian dalam Amsal 4:23, CJB: “Above everything else, guard your hear (Jagalah pikiranmu); for it is the source of life's consequences (sumber dari segala konsekuensi kehidupan).” RSV:” Keep your heart with all vigilance; Jagalah hati dengan segala KEWASPADAAN. 

Mengapa akhirnya Salomo dan Daud jatuh? Kenapa Kain membunuh Habel? Kenapa Yudas mengkhianat? Jawabannya semua sama, "karena pikiran dan keinginan yang tidak dikontrol dan dijaga" 

Sebaliknya, kenapa Yusuf berhasil? Kenapa Daniel sukses? Kenapa Henokh diangkat ke sorga? Jawabannya juga sama:  "karena pikiran dan keinganan yang dikontrol dan dijaga dengan baik." 

Manusia diberi hak untuk memilih, menjadi orang baik atau buruk itu adalah pilihan, memikirkan yang baik ataupun buruk juga adalah pilihan, maka dari itu pilihlah untuk hal yang positif hari ini. Jika sulit untuk melakukan pilihan ini, Alkitab berkata: 

Mazmur 37:5, “Serahkanlah HIDUPMU kepada TUHAN…..Ia akan bertindak (menolong pikiranmu)”

Mazmur 55:23, “Serahkanlah KUATIRMU kepada TUHAN….Ia akan memelihara engkau (termasuk pikiranmu)”

Amsal 16:3, Serahkanlah PERBUATANMU kepada TUHAN…..maka terlaksanalah segala rencanamu (yang sudah dipikirkan)” 

Semoga ditengah hiruk-pikuk kehidupan manusia modern yang hampir tidak lepas dari aktivitas di media sosial, kita tidak  akan lupa mengontrol keinginan hati kita kepada hal-hal baik dan positif dan yang terutama, kita serahkan semua pilihan kita kepada Tuhan yang akan membantu kita untuk membuat keputusan-keputusan tepat untuk kehidupan kita. Tuhan berkati kita semuanya.  ***


Panggilan di Tengah-Tengah Pilihan

 
Panggilan di Tengah-Tengah Pilihan
Pdt. William Tulong

 




Setiap lima tahun sekali kita melewati moment yang sangat penting bagi bangsa dan negara kita tercinta Indonesia dengan berlangsungnya Pesta Demokrasi untuk memilih wakil wakil rakyat dan Presiden.

Sebagai warga negara yang baik, tentu kita telah menjalankan tanggung jawab dan hak kita dalam menjatuhkan pilihan sesuai hati nurani kita masing masing tanpa merendahkan atapun menyalahkan orang lain yang memiliki pilihan yang berbeda.

Tentu saja, siapapun yang kita telah pilih dan telah kita masukan di dalam kotak suara, apakah pilihan kita yang menjadi pemenang atau tidak, kita harus menerimanya dan tidak perlu merasa kecewa ataupun sakit hati oleh sebab, sama-sama putra terbaik Indonesia untuk kemajuan bangsa kita.

Di dalam berbangsa dan bernegara, Pesta Demokrasi atau Pemilu adalah waktu yang terpenting untuk memilih pemimpin yang terbaik. Namun sebagai calon warga negara kerajaan sorga yang saat ini menjadi bagian dari jutaan umat Tuhan di dunia ini, kita sering dihadapkan pada pilihan yang menyangkut kehidupan kita saat ini maupun kehidupan kita dimasa yang akan datang, terlebih kehidupan saat dimana Tuhan yang sudah lama-kita nantikan akan muncul di awan-awan untuk menjemput semua orang yang mengasihiNya.

Ketika Tuhan menciptakan dan menenpatakan Adam dan Hawa di Taman Eden, Tuhan menyampaikan satu pesan yang sangat penting kepada mereka “Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." Kejadian 2:16-17

Kita tahu bersama bahwa Adam dan Hawa tidak mengindahkan atau tidak menurut perintah Tuhan tersebut yang mengakibatkan manusia mengalami kehidupan yang penuh dengan suka duka dan penderitaan.

Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah peristiwa di Taman Eden tersebut merupakan pilihan yang diberikan Tuhan kepada Adam dan hawa ? atau Apakah mau makan atau tidak makan Buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat tersebut adalah sebuah pilihan ? Artinya  Adam & Hawa diminta Tuhan untuk memilih sesuai dengan hati nuran mereka ? Tentu saja tidak sebab Firman Tuhan kepada Adam dan hawa “… pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." Kejadian 2:16-17

Namun oleh karena adanya penyampaian berita bohong alias HOAKS yang disampaikan oleh setan melalui mediasi Ular, maka dari sudut pandang Hawa yang juga melibatkan Adam, menjadikan peristiwa Taman Eden tersebut merupakan sebuah pilihan. Dan mereka telah memilih untuk menurut suara setan dan melanggar pesan Tuhan. Akibatnya manusia telah jatuh ke dalam dosa yang kemudian diikuti dengan duka dan penderitan yang menyakitkan.

“Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka." Kejadian 6:5-7. Tuhan merencanakan untuk menghapus semua penghuni dunia ini termasuk manusia. Namun Tuhan tidak langsung membinasakannya tetapi mengadakan panggilan terlebih dahulu agar umatNya tersebut dapat diselamatkan dari kebinasaan akibat salah menentukan pilihan.

Panggilan yang sama disampaikan Tuhan kepada Lot dan keluarganya untuk segera keluar dari Kota Sodom dan Gomora karena akan dibinasakan dengan api. “Lalu kedua orang itu berkata kepada Lot: "Siapakah kaummu yang ada di sini lagi? Menantu atau anakmu laki-laki, anakmu perempuan, atau siapa saja kaummu di kota ini, bawalah mereka keluar dari tempat ini, sebab kami akan memusnahkan tempat ini, karena banyak keluh kesah orang tentang kota ini di hadapan TUHAN; sebab itulah TUHAN mengutus kami untuk memusnahkannya." Keluarlah Lot, lalu berbicara dengan kedua bakal menantunya, yang akan kawin dengan kedua anaknya perempuan, katanya: "Bangunlah, keluarlah dari tempat ini, sebab TUHAN akan memusnahkan kota ini." ….” Kejadian 19:12-14. Pilihan tetap di hati Lot dan keluarganya, tetapi panggilan dari Tuhan harus segera keluar demi untuk keselamatan dari kebinasaan kota Sodom dan Gomora itu.

Agar panggilan keselamatan semakin nyata dihadapan umat-Nya, Tuhan menjelma menjadi manusia dan Tuhan kita Yesus Kristus saat berada di atas dunia ini, telah menyampaikan dua jalan atau dua pintu. Jalan yang luas yang melewati pintu yang lebar menuju kepada kebinasaan tetai jalan yang sempit yang melewati pintu yang sesak itu menuju kepada hidup yang kekal. Diantara dua pilihan yang dihadapi oleh setiap manusia tersebut, Tuhan mengadakan panggilan bukan pilihan yaitu “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya." Matius 7:13,14

Pernyataan Yesus dalam ayat tersebut bukan merupakan sebuah pilihan, tetapi Tuhan memanggil agar umatnya mengikuti jalan yang sempit atau melewati pintu yang sesak itu demi untuk keselamatan umatNya. Walaupun dihadapan manusia itu sebuah pilihan.

Tuhan telah menyatakan dua hal penting, jika tidak menurut kehendakNya, berarti memilih untuk kebinasaan, tetapi dengan menurut panggilannya berarti memilih untuk diselamatkan dalam Kerajaan yang Kekal.

Sejak manusia jatuh kedalam dosa, dua sisi kehidupan dialami oleh umat manusia termasuk umat-Nya yang kudus, Tetapi Tuhan tidak memberikan pilihan namun mengadakan panggilan di tengah tengah pilihan untuk mengikuti kehendak dalam FirmanNya agar melalui kasih KaruniaNya menusia dapat diselamatkan. Jadi kita hidup dalam panggilanNya yang kudus walaupun kita hidup ditengah tengah pilihan. 


Kekuasaan

 
Kekuasaan 
Herschel Najoan

Siapa yang akan jadi presiden dan wakil presiden di waktu mendatang selalu menjadi pembicaraan yang menarik untuk diperbincangkan apalagi menjelang Pilpres.

Hubungan pemimpin dan kekuasaan adalah ibarat gula dengan manisnya, ibarat garam dengan asinnya. Dua-duanya tak terpisahkan. Kepemimpinan yang efektif terealisasi pada saat seorang pemimpin dengan kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai hal yang memuaskan. Masyarakat tentu menginginkan pemimpin bangsa yang dapat menggunakan kekuasaannya secara baik, sesuai dengan konstitusi yang pada akhirnya membawa kemajuan dan kemakmuran bagi rakyatnya. Dalam negara demokrasi, di mana kekuasaan ada di tangan rakyat, maka jalan menuju kekuasaan ditempuh melalui jalur partai politik dan mekanisme yang berjalan sesuai konstitusi negara ini.

Charlemagne atau Karel Agung yang menghabiskan hidupnya untuk mengejar kekuasaan seluas-luasnya mengukuhkan dan mengembangkan kekuasaannya hingga meliputi sebagian besar Eropa Barat. Ia sering dianggap merupakan bapak pendiri Perancis dan Jerman, bahkan sebagai bapak pendiri Eropa. Sebagai kaisar pertama di Barat sejak runtuhnya Kekaisaran Romawi, Karel Agung tahu betul bahwa kekuasaan yang ia miliki tak dapat bertahan selamanya. Pada saat ia wafat, ada kisah menarik yang muncul seputar penguburan kaisar yang terkenal ini. Legenda mengatakan bahwa ia memerintahkan bahwa ia dikuburkan dalam posisi duduk di kursi takhta, lengkap dengan mahkota di kepala dan tongkat raja di tangnnya. Ia juga menyuruh dikenakkan jubah raja dan disiapkan buku yang terbuka di tangannya. Hal ini terjadi tahun 814 STM.

Setelah lewat dua ratus tahun, Kaisar Othello ingin memastikan apakah perintah ini dijalankan dengan semestinya. Maka dikirimlah suatu tim untuk membongkar makam Karel Agung dan melapor kembali kepada kaisar. Mereka menemukan posisi Karel Agung seperti yang diperintahkan, hanya saja keadaannya sekarang dua abad kemudian, sangatlah mengenaskan. Mahkotanya sudah miring, jubah dimakan rayap, mayatnya tak berbentuk. Tapi pada tulang paha terdapat buku yang terbuka seperti yang kaisar itu inginkan—sebuah Alkitab. Tulang jari telunjuknya menunjuk pada Matius 16:26, yang berbunyi, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”

Betapa hebat bila seseorang merasa disanjung dan dihormati. Apakah itu karena ‘kekuasaan’ yang mungkin dititipkan kepada kita untuk sementara waktu melalui jabatan, pangkat, pendidikan atau gelar, sayangnya semua akan berlalu dan sirna seakan tak pernah ada. Karena pada akhirnya yang akan diperhitungkan adalah integritas, belas kasihan, keberanian dan pengorbanan yang kita tunjukkan semasa kita berjalan diatas dunia ini. Milikilah karakter pemimpin yang mengejar kehormatan di hadapan Tuhan melalui pembaharuan budi (Roma 12:2) yang dapat menyanggupkan memiliki kuasa surgawi yang Ia janjikan. Kuasa yang melebihi kekuasaan seorang presiden, kaisar atau raja sekalipun. Semoga spirit ini bisa terus mengema dalam sanubari kita. ***


Selasa, 05 September 2023

Jangan Takut Memperjuangkan Keadilan

 
Jangan Takut Memperjuangkan Keadilan
Yance Pua

"Demi Allah yang hidup, yang tidak memberi keadilan kepadaku, dan demi Yang Mahakuasa, yang memedihkan hatiku, (Ayub 27:2)

A

da banyak tokoh pejuang kebenaran, seperti: Paulus, Petrus, Yohanes, Stevanus, John Hus, Marthin Luther King, dll. yang divonis hukuman mati atau dibunuh akibat kesalahan yang tidak dilakukannya.

Ayub coba memperjuangkan kebenarannya dengan menyatakan dirinya tak bersalah (ayat 5). Meskipun, para sahabatnya telah bersepakat menyatakan penderitaan Ayub adalah karena ia telah berdosa. Untuk memperjuangkan kebenarannya itu, Ayub membuat suatu pernyataan yang mencengangkan. Ia mengajukan permohonan naik banding kepada Allah. Pernyataan Ayub dalam Ayub 27:2,  "Demi Allah yang hidup, yang tidak memberi keadilan kepadaku, dan demi Yang Mahakuasa, yang memedihkan hatiku", bukanlah merupakan pernyataan menantang Allah. Sebaliknya ia menyerukan pernyataan keprihatinannya yang mempertanyakan kebijaksanaan Allah, berkaitan dengan penderitaan yang menimpa dirinya.

Melalui ucapan ini sebenarnya Ayub ingin mengungkapkan dua hal:

Pertama, Ayub merasakan kenyataan bahwa hidup telah berlaku tidak adil terhadapnya. Hal ini diukur Ayub dari kehidupan orang fasik yang akan memperoleh nasib sial karena telah ditetapkan Allah (Ayub 27:13-19). Akan tetapi, Ayub bukanlah orang fasik. Namun, mengapa hidupnya diperlakukan Allah sama seperti hidup orang fasik?

Kedua, Ayub menyatakan bahwa ia benar di hadapan Allah. Dan sekalipun Ayub harus menanggung penderitaan, Ayub tetap mengikrarkan keteguhan imannya, Ayub bertekad akan tetap hidup dalam kebenaran Allah seraya menjaga kemurnian hatinya (ayat 6).

Setiap orang berhak untuk memperjuangkan kebenaran bagi dirinya sendiri. Akan tetapi, sebelum Anda melakukan hal itu, instrospeksi diri dulu bahwa Anda tidak melakukan kesalahan yang dituduhkan. Jauh lebih baik, jika bukan kebenaran diri saja yang diperjuangkan. Melainkan hendaknya kita juga berani menyatakan kebenaran firman Allah yang dituangkan dalam perbuatan, perkataan, dan pemikiran kita.

 Jangan takut untuk memperjuangkan kebenaran, apalagi yang bersumber dari Firman Allah karena Ia di pihak kita. Tuhan berkati kita semua


Ketika Mimpi menjadi Kenyatanan

 

Ketika Mimpi menjadi Kenyatanan

Ellen Manueke


 


Saat ini, sebagian kecil penduduk Indonesia yang meramaikan pemilihan umum serentak 17 April kemarin, sementara bekerja keras menghitung dan melindungi suara agar tidak hilang sehingga bisa memenuhi kuota demi mewujudkan cita-cita menjadi wakil rakyat, sebuah tugas mulia untuk melayani masyarakat.

 

Apa impian anda saat ini? Mungkin anda sedang memimpikan memiliki tubuh atletis, segera mendapat promosi jabatan, mendapat pekerjaan baru, berpindah rumah baru atau memulai sebuah keluarga dan sementara mengusahkannya. Mimpi merupakan sebuah harapan. Alangkah indahnya sebuah mimpi yang menjadi nyata.

 

Orang Israel bukan saja memimpikan sebuah kondisi yang kontras ketika berada di bawah penindasan Mesir, tetapi mereka membutuhkannya: kebebasan. Kitab Kejadian menguak betapa penderitaan telah membuat mereka ‘berteriak’ meminta kelepasan dan tangisan mereka sampai kepada Tuhan. Ketika tiba waktunya, Allah memanggil Musa, tentu setelah dia melewati masa pembentukan tabiat di padang gurun selama 40 tahun, untuk membawa Israel keluar dari Mesir menuju tanah pengharapan, Kanaan. Kitab Yosua memastikan bahwa dari semua hal baik yang dijanjikan Allah kepada orang Israel, tidak ada satupun yang tidak dipenuhi. Semua dipenuhi. Lewat pemerintahan putera mahkota yang ditetapkan Daud, Salomo, Allah mengangkat Israel kepada puncak kejayaan dalam bernegara dan beragama. Istana Salomo terindah di dunia kala itu demikian pula rumah Allah yang kemudian dikenal dengan kaabah Salomo.


Namun, sebelum Salomo masuk ke liang lahat, kemurtadan telah mulai menimpa Israel. Salomo secara pasti melakukan hal yang sudah diminta Tuhan untuk dijauhi:

padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: "Janganlah kamu bergaul  dengan mereka 1  dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka." Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta… Pada waktu itu Salomo mendirikan bukit pengorbanan bagi Kamos, dewa kejijikan sembahan orang Moab, di gunung di sebelah timur Yerusalem dan bagi Molokh,  dewa kejijikan sembahan bani Amon (1 Raja2 11:2 & 7).


Salomo yang sukses digunakan Tuhan untuk mengangkat Israel ke puncak kejayaan pada masa mudanya, terbukti mampu melakukan hal yang bertolak belakang, yakni mencondongkan hati bangsanya berpaling kepada ilah lain di masa tuanya. Sungguh tragis, tetapi itulah kenyataan. Tidak butuh waktu panjang untuk memprediksi sebuah mimpi yang menjadi kenyataan telah mulai berproses menuju kehancuran. Sejarah Alkitab mencatat bahwa tidak lama setelah anak Salomo, Rehabeam, menjadi raja, kerajaan Israel pecah dan seterusnya berakhir ke pembuangan. Seluruhnya, ada empat belas keturuan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai ke pembuangan ke Babel dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus (Matius 1:17).


Allah yang telah begitu baik kepada bangsa Israel di masa lampau pasti melakukan hal yang sama kepada anda dan saya di masa kini. Sementara sebagian orang di antara kita sedang berjuang merealisasikan rencana Tuhan dalam hidupnya, beberapa di antara kita ada yang sedang mengakui kenyataan bahwa semua hal baik yang diminta kepada Allah telah dipenuhi. Pertanyaannya, seberapa lama hal itu bertahan? Sebelum kejatuhan Israel, Allah telah menghadapkan kepada mereka pilihan, mau tetap menikmati berkatnya, atau sebaliknya.  


“Lihatlah, aku memperhadapkan kepadamu pada hari ini berkat dan kutuk; berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini;  dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan  perintah TUHAN, Allahmu, dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah  lain yang tidak kamu kenal.” Ulangan 11:26-28

 

Tuhan akan menolong kita untuk tetap memilih menikmati berkat dan kemurahaNya sampai Dia datang kembali.

Menentukan Pilihan

 
Menentukan Pilihan

Pdt. Alfred Boling

"Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yosua 24:15)

 

Pilihan Dalam Hidup

Pilihan selalu berada di pihak manusia, dan bahwa manusia harus selalu membuat pilihan, walau itu berada di hadapan hukum atau perintah, walau perintah atau hukum itu dibuat oleh Tuhan sekali pun.  Sejak adanya manusia di atas dunia ini, membuat pilihan selalu mewarnai kehidupan.  Ellen G. White menulis:  Tuhan menjadikan mereka sebagai mahluk yang mempunyai kebebasan, sanggup untuk menghargakan kebijaksanaan serta kebajikan daripada tabiatNya dan keadilan tuntutanNya, dan dengan kebebasan yang penuh mereka bisa memilih untuk menurut atau tidak.” (Para Nabi dan Bpa Jilid I, hal. 38, alinea pertama ). 

Setelah membuat ketetapan, atau perintah, atau hukum di Taman Eden, tentang buah pohon mana yang tidak boleh dikonsumsi oleh Adam dan Hawa sebagai suatu alat penguji kesetiaan mereka kepada Allah, Allah meminta kepada nenek moyang manusia  untuk mentaati ketetapan itu.  Allah bahkan telah memberikan gambaran kepada pasangan manusia pertama itu konsekwensi dari pilihan yang harus mereka buat.  “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati" (Kejadian 2:15-17).

Dalam context Adam dan Hawa, Allah bahkan menyampaikan kepada Adam akibat dari suatu pilihan yang salah, dengan berkata:  “pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati" (baca juga Kejadian 3:3).  

Adam dan Hawa salah dalam menggunakan kebebasan memilih mereka justru berada di dalam Taman Eden, taman yang indah, penuh dengan kemakmuran, dan ketika Tuhan Allah bersama mereka.

 

Menaklukkan Kanaan

Dalam pengembaraan bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan, mereka selalu berhadapan dengan berbagai pilihan walau Allah berjalan bersama dengan bangsa itu, walau kuasa penyertaan Allah nampak di mata mereka.  Pilihan yang mereka hadapi dan ingin mereka lakukan selalu saja bertentangan dengan kehendak Allah. Kadang pilihan yang mereka buat, atau keingingan untuk memilih yang timbul dalam hati mereka itu didasarkan kebiasaan mereka di Mesir, ketika mereka hidup dengan tidak mengenal Allah.  Kehidupan mereka terbentuk dan terbiasa dengan selera dan pola hidup orang Mesir, bangsa yang tidak mengenal Allah, dan pola seperti itulah yang mereka bawa dalam pengembaraan berama Allah menuju Kanaan.  

Ketika tiba di Kanaan, Yosua masih mempunyi tugas berat yang harus dihadapinya.  Ia harus menaklukkan Yerikho, menaklukkan kota Ai, menaklukkan lima raja di Kanaan selatan, yaitu raja Yerusalem, raja Hebron, raja Yarmut, raja Lakhis, dan raja Eglon, menaklukkan raja-raja di Kanaan Utara dan Kanaan Timur, dan bagian lain dari wilayah Kanaan.  Dalam Yosua 12 kita dapat memperoleh informasi lengkap tentang raja-raja di Kanaan yang dikalahkan dan ditaklukkan oleh Yosua. 

Satu lagi tugas berat yang kemudian dituntaskan oleh Yosua ialah membagikan wilayah Kanaan yang luas, yang telah dikalahkan itu kepada seluruh orang Israel, sesuai dengan keturunan anak-cucu Yakub, secara adil dengan cara mengundi.

 

Pilihan Diberikan

Walau wilayah yang ditaklukkan telah dibagi-bagikan, tidak berarti bahwa masalah telah selesai.  Bangsa Israel masih terus menghadapi berbagai tantangan dan serangan dari berbagai raja di Kanaan, baik dari raja atau rakyat dari wilayah yang telah dikalahkan dan direbut, juga dari kerajaan yang belum ditaklukkan.  Kita bisa menemukan daftar raja-raja yang belum ditaklukkan oleh orang Israel di bawah pimpinan Yosua dalam Yosu 13:1-7.  

Sebagai bukti, ketika Yosua memberikan wilayah Hebron kepada Kaleb, ia harus berusaha keras merebut wilayah itu dari penduduknya (baca Yosua 14:6-15 dan Yosua Yosua 15:13-19).  Bangsa ini harus bekerja keras mempertahankan wilayah pendudukan mereka sekaligus harus menghalau setiap serangan yang dilakukan oleh para penduduk asli, sebagai upaya untuk merebut kembali wilayah mereka dari orang Israel. 

Bangsa yang yang dipimpin oleh Allah sendiri dalam menglahkan bangsa-bangsa di Kanaan ini sedang berhadapan dengan satu lagi jenis peperangan yang lain, yaitu peperangan rohani.  Bangsa Kanaan secara keseluruhan tidak mengenal Allah Israel.  bangsa-bangsa yang hidup di daerah Kanaan mempunyai kepercayaan yang berbeda dari bangsa Israel.  mereka adalah penyembah berhala.  Berikut ini adalah daftar berhala yang disembah oleh bangsa-bangsa yang diam di Kanaan: 

1.      Anat, dewi perawan yang menjadi dewi perang dan perjuangan, saudari dan diduga menjadi pasangan dewa Ba'al Hadad

2.      Athirat, "yang berjalan di atas laut", Dewi Ibu, istri El (juga dikenal sebagai Elat dan setelah zaman perunggu disebut sebagai Asherah)

3.      Athtart, lebih dikenal dengan sebutan Yunaninya "Astarte", membantu Anat dalam mitologi Ba'al

4.      Attar, dewa bintang fajar ("putra fajar") yang mencoba menggantikan posisi Baal setelah Baal mati, tetapi gagal. Wujud laki-laki dari Athtart.

5.      Baalat atau Baalit, istri atau wujud perempuan dari Baal (juga disebut Belili)

6.      Ba'al Hadad (harfiah: penguasa guntur), dewa badai.

7.      Baal Hammon, dewa kesuburan dan pembaru semua energi, dari koloni Fenisia di Mediterania Barat

8.      Dagon, dewa kesuburan tanaman dan gandum, bapak dari Ba'al Hadad

9.      El Elyon (harfiah: Dewa Tertinggi) dan El; juga disebut sebagai Ilu

10.   Eshmun, dewa, atau sebagai Baalat Asclepius, dewi penyembuhan dan pengobatan

11.   Ishat, dewi api. Dia dibunuh oleh Anat.

12.   Kotharat, dewi perkawinan dan kehamilan

13.   Kothar-wa-Khasis, dia yang terampil, dewa pengrajin dan keterampilan

14.   Lotan, yang melilit, ular berkepala tujuh yang membantu Yam

15.   Marqod, dewa tarian

16.   Melqart, raja penguasa kota, penguasa dunia bawah, dan siklus tanaman di Tirus

17.   Molech atau Moloch, diduga sebagai dewa api

18.   Mot atau Mawat, dewa kematian (tidak dipuja atau diberi persembahan/sesaji)

19.   Nikkal-wa-Ib, dewi kebun dan buah-buahan

20.   Qadeshtu, harfiah "Yang Suci", diduga sebagai dewi cinta

21.   Resheph, dewa wabah dan penyembuhan

22.   Shahar dan Shalim, dewa kembar fajar dan senja. Shalim dikaitkan dengan dunia bawah (alam baka) melalui bintang malam dan dikaitkan dengan kedamaian

23.   Shamayim, (harfiah: langit) dewa langit dan surge

24.   Shapash, juga disebut Shapshu, dewi matahari; terkadang dikaitkan dengan dewa matahari Mesopotamia Shemesh yang jenis kelaminnya masih diperdebatkan.

25.   Yam (harfiah: laut-sungai) dewa laut dan sungai, juga disebut sebagai Hakim Nahar (hakim sungai)

26.   Sydyk, dewa kebenaran dan keadilan, kadang dipasangkan dengan Misor, dan dikaitkan dengan planet Jupiter

27.   Yahweh, dewa perang dan badai, kerap ditemukan sebagai akhiran nama laki-laki kaum Amorit, meskipun satu-satunya sumber Kanaan yang menyebut Yahweh, muncul di tugu Mesha, menyebutnya sebagai dewa Israel dikontraskan dengan Chemosh.

28.   Yarikh, dewa bulan dan suami Nikkal. (https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Kanaan)

 

Tantangan iman yang serius sedang dihadapi oleh umat pilihan Tuhan ini.  Dewa bangsa yang tidak mengenal Allah boleh jadi akan menjadi suatu yang menarik perhatian orang Israel, sementara pengalaman perjalanan panjang bersama Tuhan, dalam bimbingan dan lindungan Tuhan masih sangat segar dalam ingatan mereka.

Melihat penyertaan Tuhan dalam menuntun kereka sampai di tanah perjanjian dan kenyataan dewa kafir yang beraneka ragam sebagai tantangan iman bangsa ini, maka Yosua memanggil tua-tua orang Israel bersama para kepala, para hakim, dan para pengatur pasukan, dan menyampaikan kepada mereka sedikit latarbelakang bangsa ini  dan tempat asal nenek moyang mereka, sebagaimana yang difirmankan oleh Tuhan.  "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain" (Yosua 24:2), dan selanjutnya dikisahkan kembali tentang bagaimana keterlibatan Allah dalam kemenangan demi kemenangan yang mereka peroleh dalam menaklukkan raja-raja dan kota-kota di tanah Kanaan. 

Ketika Yosua menga memberikan pilihan kepada para tua-tua bangsa Israel, tidak bertujuan agar orang Israel boleh memilih untuk menyembah Allah atau meyembah ilah orang Kanaan; Yosua tidak bermaksud mengatakan bahwa Allah Israel dan dewa orang Kanaan itu setara, dan orang Irael dibolehkan untuk menyembah para dewa tersebut.  Bukanlah rencana dan tujuan Allah untuk memberikan pilihan kepada umat-Nya untuk menjadi tidak percaya kepada-Nya dan hidup dalam kefasikan.  Pilihan itu diberikan oleh Yosua kepada para tua-tua orang Israel karena di depan mereka ada terang dan gelap, kebenaran dan kesalahan. Itu bagi mereka untuk memutuskan mana yang akan diterima. Allah mengaruniakan pada Pikiran manusia kekuatan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah.

 

Pilihan Umat Allah Di Akhir Zaman

Sebagaimana bangsa Israel, umat Allah di akhir zaman berada pada situasi yang genting, dan harus membuat pilihan.  Mungkin Anda berkata bahawa kita tidak berada pada posisi sebagaimana orang Israel, dikelilingi oleh berbagai jenis dan macam dewa Kanaan.  Anda mungkin benar.  Namun kita berada pada situasi harus membuat pilihan.  Memilih untuk lebih kokoh mempertahankan prinsip ajaran Kristus.  Zaman sekarang ini ketika kita melihat orang kaya bertambah kaya, orang miskin bertambah miskin; orang jahat bertambah jahat, namun orang yang baik selalu mempunyai motive tertentu dibalik kebaikannya, serta takut akan Allah seolah telah disepelekan.  Merujuk pada Alkitab, apa yang diamarkan oleh Paulus kepada Timotius sekarang semuanya terjadi di zaman kita.  Amaran tersebut sebagai berikut:  “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!” (2 Timotius 3:1-5).

Sama seperti  Yosua dan orang-orang Israel, melayani Tuhan bukan suatu pilihan sekali saja (bandingkan dengan: Yosua 1:16-18Ul 30:19-20); kita harus berkali-kali memutuskan untuk bertekun di dalam iman dan menaati Tuhan. Membaharui pilihan-pilihan yang benar oleh orang percaya meliputi takut akan Tuhan, kesetiaan kepada kebenaran, ketaatan dengan hati yang sungguh-sungguh, dan penyangkalan dosa serta kesenangan-kesenangan yang terkait dengannya (ayat Yosua 24:14-16). Lalai memilih untuk melayani dan mengasihi Tuhan akhirnya akan mendatangkan hukuman dan kebinasaan (Yosua 24:20; 23:11-13).

Tentukanlah pilihan hari ini.  Pastikan bahwa Anda dan saya menentukan pilihan yang benar dengan berpihak pada Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.  Rasul Yohanes meninggalkn catagan penting untuk kita:  Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup” (I Yohanes 5:12).  Rasul Tuhan itu selanjutnya menulis: “Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal” (I Yohanes 5:13).

 Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah, tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN! ***