Samuel Rantung (Alm) Mengawali Pekabaran Advent di Minahasa.
Seorang pemuda Minahasa asal Ratahan telah menerima pekabaran Gereja Masehi
Advent Hari Ketujuh di Batavia dari seorang pemuda Batak bernama Immanuel
Siregar. Pemuda Minahasa itu bernama Samuel Rantung yang dibaptiskan oleh
Pendeta R. W. Munson di Batavia pada tanggal 29 Maret 1911. Samuel Rantung
kemudian bekerja di percetakan bersama Immanuel Siregar, membantu penerbitan
buku-buku dan majalah Utusan Perjanjian Melayu di Sukabumi di bawah pimpinan
Pendeta R.W. Munson.
Pada tahun 1913, ia mendengar telah dibukanya sekolah seminari di Singapura
sehingga ia meninggalkan Batavia untuk melanjutkan pendidikan di seminari
tsb. Oleh karena sekolah itu belum bisa menerima murid baru, Samuel Rantung
berangkat ke Malaka untuk mencari pekerjaan dan disanalah ia bekerja sebagai
pegawai di perkebunan karet hingga tahun 1915. Pada tahun yang sama English
Training di Singapurapun dibuka sehingga ia kemudian meninggalkan Malaka dan
bertolak ke Singapura kembali. Disana, ia bukannya menjadi murid, tetapi
menjadi guru Alkitab disekolah itu yang pada waktu itu pembangunan gedung
sedang dalam taraf penyelesaian untuk memulai sekolah seminari yang kemudian
dikenal dengan Malaysian Union Seminary pada tahun 1919.
Setahun kemudian, 1920, Samuel Rantung jatuh sakit. Ia kemudian mendapat cuti
tiga bulan, dan menggunakan waktunya untuk pulang ke kampung halamannya, di
Ratahan, Sulawesi Utara. Inilah saatnya pekabaran Advent itu mulai berkembang.
Pengembangan Ke Indonesia
Kawasan Timur
Selama cuti tiga bulan itu, Samuel Rantung telah memanfaatkan waktunya untuk
mengabarkan Injil dan kebenaran hari Sabat, hari ketujuh, hari perhentian yang
telah diberkati Allah kepada kaum keluarganya di Lowu, Ratahan. Beberapa orang
di antaranya telah menerima pekabaran itu dan meyakininya. Inilah awal
dimulainya pekerjaan injil yang disampaikan oleh Gereja Masehi Advent Hari
Ketujuh di Sulawesi.
Sekembalinya Rantung dari cutinya selama 3 bulan di Ratahan, ia kembali
mengajar di Singapura. Tetapi tidak lama ia mengajar, penyakitnya kambuh lagi.
Sekali lagi ia mendapatkan izin cuti, tetapi kali ini ia tidak kembali
kekampungya, melainkan ke Garut, satu kota yang sejuk hawanya di Jawa Barat.
Waktu ia berada disanalah surat-surat permintaan berdatangan dari lowu,
Ratahan, dari mereka yang rindu kembali untuk belajar lebih lanjut tentang
ajaran yang telah disampaikan oleh Rantung beberapa bulan yang lalu. Untuk memenuhi
permintaan itu, pimpinan pekerjaan di Singapura telah memutuskan memindahkan
M.E. Direja dari staf redaksi majalah menjadi guru injil. Pada perjalanan ke
Lowu, Ratahan, M.E. Direja singgah di Garut menemui Rantung untuk menanyakan
situasi di Lowu, Ratahan, dan bagaimana cara mendekati masyarakat di sana dalam
usaha menyampaikan berita injil pengharapan itu kepada rakyat setempat.
Tidak lama kemudian Pendeta F.A. Detamore dari singapura dan Pendeta Albert
Munson dari Surabaya datang pula ke Garut menyampaikan suatu keputusan agar
Rantung memperpanjang cutinya dan setelah sehat kembali, iapun berangkat ke
Lowu, Ratahan untuk menjadi Guru Injil di sana.
M.E. Direja dan Samuel Rantung bersama Istri dan 3 orang penjual buku bernama
Julius Pohan, Sailon Sitanggang dan Lazarus Sibarani kemudian berangkat
bersama-sama dari Tanjung Priok menuju Manado, dan tiba di Lowu, Ratahan
tanggal 25 Desember 1921 di mana kemudian kedua orang pekerja Injil itu
dipandang sebagai pelopor pekabaran Advent di Sulawesi.
Baptisan Yang Pertama Dan Pengorganisiran
Jemaat Yang Pertama.
Penyerahan yang sungguh-sungguh dari Samuel Rantung, istrinya dan M.E. Direja
dalam doa dan pekerjaan serta pelayanan merekadalam menyampaikan Injil ke
tengah-tengah masyarakat yang belum menjadi Kristen (alifuru dalam bahasa
Daerah Lowu, Ratahan) kemudian menghasilkan jiwa-jiwa kepada Kristus. Sebanyak
22 orang telah menerima baptisan pertama pada tanggal 30 Desember 1921. Upacara
baptisan tsb dilaksanakan oleh F.A. Detamore dan nama-nama ke-22 orang yang
dibaptis itu adalah:
1. Hendrik Rantung
2. Katiwulan Malingkas
3. Marsela Rantung
4. Adilina Rantung
5. Manuel Rantung
6. Sartji Rantung-Langingi
7. Dorkas Onsoe-Rantung
8. Lukas Onsoe
9. Lina Onsoe
10. Martina Onsoe
11. Karlina Wahongan
12.
Brodus Wahongan
13.
Yeltji Ole
14.
Maria Siwi
15.
Anton Londa
16.
Lukas Ngongolai
17.
Serfius Rantung
18.
Robert Rolangon
19.
Jusuf Antou
20.
21.
Simon Antou
22.
Alfritz Pasuhuk
Keesokan harinya
pada tanggal 31 Desember 1921, jemaat Masehi Advent Hari Ketujuh yang pertama
diorganisasikan dengan 25 orang anggotanya (22 orang yang baru menerima
baptisan, Samuel Rantung dan istrinya, serta M.E. Direja). Sebelum pindah tugas ke
Bandung tahun 1923, M.E. Direja menikah dengan seorang nona yang telah menerima
kebenaran dan pernah mengalami aniaya karena imannya. Pada tahun itu Pendeta
Albert Munson tiba di Manado memimpin pekerjaan Injil dan ia dibantu oleh
Samuel Rantung.
Pemimpin-pemimpin pekerjaan yang pernah melayani di Minahasa setelah Pendeta
Albert Munson, antara lain, Pendeta J. W. Kolling, H. Twijnstra, F. Dittmar, D.S.
Kime sampai pada Mandias, A. Pasuhuk, A.M. Bartlett, J.A. Raranta, H. Mamanua,
N.D. Langie, W.A. Raranta, dan D.N. Pungus.
Baptisan kedua , 1922
Pada pertengahan bulan November 1922, Pendeta B. Judge dari Singapura datang ke
Lowu, Ratahan. Maksud kedatangannya untuk mematangkan pemahaman anggota-anggota
baru yang telah diajar oleh Samuel Rantung dan M.E. Direja. Sebanyak 24 orang
telah siap menerima upacara baptisan yang suci. Pendeta Judge telah menggunakan
waktunya beberapa hari di Lowu, menguatkan iman anggota jemaat dengan
mengadakan kunjungan dari rumah-rumah dan malam harinya mengajar mereka dalam
kumpulan kecil di rumah Samuel Rantung. Pada waktu itu penduduk setempat tidak
terlalu senang dengan masuknya agama baru (Masehi Advent Hari Ketujuh) ke
Ratahan dan mereka keberatan kalau keluarga mereka menjadi pemeluk agama
Advent. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Pendeta Judge menerima
saran dari anggota-anggota agar upacara baptisan di adakan malam hari saja.
Upacara yang suci itupun dilangsungkan pada tanggal 21 malam yang kudus itu
diiringi dengan isak tangis yang baru dibaptis dan anggota yang dibaptis tahun
1921 yang lalu. Semua larut di dalam keharuan atas kemenangan mereka dan
kesempatan untuk menerima keselamatan dari Yesus Kristus yang telah mati di
kayu salib buat mereka.
Nama-nama mereka yang
dibaptiskan kemudian dimasukkan dalam buku sidang oleh B. Wahongan yang
bertugas sebagai sekretaris pada waktu itu, antara lain sbb:
1.
Josina Antou
2.
Paulus Antou
3.
Stevanus Kawimbin
4.
Wajan Sakoel
5.
Barnetjie Antou
6.
Ferdinan Antou
7.
Ignadoes Lengkeiji
8.
Theresia Singon
9.
Augustina Malingkas
10. Maria
Malingkas
11. Pemina
Gara
12. Natanael Gara
13. Altjie Siwi
14. Salmon Siwi
15. Augustina Wahongan
16. Jorgan
Kapahang
17. Amrtji
Ngongolay
18. Julie
Sigar
19. Mina
Ginsoe
20. Spitjie
Rumalag
21. Elisabet
Singal
22. Mariana
Engka
23. Wilhelmina
Goni
24. Adelina
Kojo
Beberapa tahun kemudian, jemaat Lowu
berkembang menjadi Lowu I yang dikenal dengan gereja Pioneer serta beberapa
cabang yg telah dihasilkan, dan Lowu II yang dikenal dengan
Rasanya setelah
sekian tahun lamanya sejak pekabaran itu masuk di Uni Timur, khususnya di
daerah Ratahan, kita perlu berterimakasih kepada Tuhan kepada generasi-generasi
selanjutnya dari keluarga pertama yg telah menerima baptisan hingga
keturunan-keturunan mereka sekarang ini. Puji Tuhan, orang-orang pertama
yang telah menerima pekabaran Advent tsb telah meneruskannya kepada
keturunan-keturunan mereka serta kerabat dan sahabat dan menjadi kesaksian
hidup bagi masyarakat sekitar sampai saat ini.
Disadur kembali oleh Pdt. D. Politon.
Diambil dari sumber resmi:
Pdt. E. H. Tambunan, PhD, ‘Gereja Masehi
Advent Hari Ketujuh Di Indonesia – Sejarah Perintisan dan
Pengembangannya’ Tahun 1999.
0 komentar:
Posting Komentar