BAIT Ministry

Minggu, 08 Agustus 2021

Perkembangan GEREJA MASEHI ADVENT HARI KETUJUH ke Indonesia Timur

 



Samuel Rantung (Alm) Mengawali Pekabaran Advent di Minahasa.

                Seorang pemuda Minahasa asal Ratahan telah menerima pekabaran Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di Batavia dari seorang pemuda Batak bernama Immanuel Siregar. Pemuda Minahasa itu bernama Samuel Rantung yang dibaptiskan oleh Pendeta R. W. Munson di Batavia pada tanggal 29 Maret 1911. Samuel Rantung kemudian bekerja di percetakan bersama Immanuel Siregar, membantu penerbitan buku-buku dan majalah Utusan Perjanjian Melayu di Sukabumi di bawah pimpinan Pendeta R.W. Munson.

                Pada tahun 1913, ia mendengar telah dibukanya sekolah seminari di Singapura sehingga ia  meninggalkan Batavia untuk melanjutkan pendidikan di seminari tsb. Oleh karena sekolah itu belum bisa menerima murid baru, Samuel Rantung berangkat ke Malaka untuk mencari pekerjaan dan disanalah ia bekerja sebagai pegawai di perkebunan karet hingga tahun 1915. Pada tahun yang sama English Training di Singapurapun dibuka sehingga ia kemudian meninggalkan Malaka dan bertolak ke Singapura kembali. Disana, ia bukannya menjadi murid, tetapi menjadi guru Alkitab disekolah itu yang pada waktu itu pembangunan gedung sedang dalam taraf penyelesaian untuk memulai sekolah seminari yang kemudian dikenal dengan Malaysian Union Seminary pada tahun 1919.

                Setahun kemudian, 1920, Samuel Rantung jatuh sakit. Ia kemudian mendapat cuti tiga bulan, dan menggunakan waktunya untuk pulang ke kampung halamannya, di Ratahan, Sulawesi Utara. Inilah saatnya pekabaran Advent itu mulai berkembang.

 

Pengembangan Ke Indonesia Kawasan Timur

                Selama cuti tiga bulan itu, Samuel Rantung telah memanfaatkan waktunya untuk mengabarkan Injil dan kebenaran hari Sabat, hari ketujuh, hari perhentian yang telah diberkati Allah kepada kaum keluarganya di Lowu, Ratahan. Beberapa orang di antaranya telah menerima pekabaran itu dan meyakininya. Inilah awal dimulainya pekerjaan injil yang disampaikan oleh Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di Sulawesi.

                Sekembalinya Rantung dari cutinya selama 3 bulan di Ratahan, ia kembali mengajar di Singapura. Tetapi tidak lama ia mengajar, penyakitnya kambuh lagi. Sekali lagi ia mendapatkan izin cuti, tetapi kali ini ia tidak kembali kekampungya, melainkan ke Garut, satu kota yang sejuk hawanya di Jawa Barat. Waktu ia berada disanalah surat-surat permintaan berdatangan dari lowu, Ratahan, dari mereka yang rindu kembali untuk belajar lebih lanjut tentang ajaran yang telah disampaikan oleh Rantung beberapa bulan yang lalu. Untuk memenuhi permintaan itu, pimpinan pekerjaan di Singapura telah memutuskan memindahkan M.E. Direja dari staf redaksi majalah menjadi guru injil. Pada perjalanan ke Lowu, Ratahan, M.E. Direja singgah di Garut menemui Rantung untuk menanyakan situasi di Lowu, Ratahan, dan bagaimana cara mendekati masyarakat di sana dalam usaha menyampaikan berita injil pengharapan itu kepada rakyat setempat.

                Tidak lama kemudian Pendeta F.A. Detamore dari singapura dan Pendeta Albert Munson dari Surabaya datang pula ke Garut menyampaikan suatu keputusan agar Rantung memperpanjang cutinya dan setelah sehat kembali, iapun berangkat ke Lowu, Ratahan untuk menjadi Guru Injil di sana.

                M.E. Direja dan Samuel Rantung bersama Istri dan 3 orang penjual buku bernama Julius Pohan, Sailon Sitanggang dan Lazarus Sibarani kemudian berangkat bersama-sama dari Tanjung Priok menuju Manado, dan tiba di Lowu, Ratahan tanggal 25 Desember 1921 di mana kemudian kedua orang pekerja Injil itu dipandang sebagai pelopor pekabaran Advent di Sulawesi.

 

 

Baptisan Yang Pertama Dan Pengorganisiran

Jemaat Yang Pertama.

                Penyerahan yang sungguh-sungguh dari Samuel Rantung, istrinya dan M.E. Direja dalam doa dan pekerjaan serta pelayanan merekadalam menyampaikan Injil ke tengah-tengah masyarakat yang belum menjadi Kristen (alifuru dalam bahasa Daerah Lowu, Ratahan) kemudian menghasilkan jiwa-jiwa kepada Kristus. Sebanyak 22 orang telah menerima baptisan pertama pada tanggal 30 Desember 1921. Upacara baptisan tsb dilaksanakan oleh F.A. Detamore dan nama-nama ke-22 orang yang dibaptis itu adalah:

 

1.       Hendrik Rantung

2.       Katiwulan Malingkas

3.       Marsela Rantung

4.       Adilina Rantung

5.       Manuel Rantung

6.       Sartji Rantung-Langingi

7.       Dorkas Onsoe-Rantung

8.       Lukas Onsoe

9.       Lina Onsoe

10.   Martina Onsoe

11.   Karlina Wahongan

12.   Brodus Wahongan

13.   Yeltji Ole

14.   Maria Siwi

15.   Anton Londa

16.   Lukas Ngongolai

17.   Serfius Rantung

18.   Robert Rolangon

19.   Jusuf Antou

20.   Magdalena Antou

21.   Simon Antou

22.   Alfritz Pasuhuk

 

 

Keesokan harinya pada tanggal 31 Desember 1921, jemaat Masehi Advent Hari Ketujuh yang pertama diorganisasikan dengan 25 orang anggotanya (22 orang yang baru menerima baptisan, Samuel Rantung dan istrinya, serta M.E. Direja). Sebelum pindah tugas ke Bandung tahun 1923, M.E. Direja menikah dengan seorang nona yang telah menerima kebenaran dan pernah mengalami aniaya karena imannya. Pada tahun itu Pendeta Albert Munson tiba di Manado memimpin pekerjaan Injil dan ia dibantu oleh Samuel Rantung.

                Pemimpin-pemimpin pekerjaan yang pernah melayani di Minahasa setelah Pendeta Albert Munson, antara lain, Pendeta J. W. Kolling, H. Twijnstra, F. Dittmar, D.S. Kime sampai pada Mandias, A. Pasuhuk, A.M. Bartlett, J.A. Raranta, H. Mamanua, N.D. Langie, W.A. Raranta, dan D.N. Pungus.

 

 

Baptisan kedua , 1922

                Pada pertengahan bulan November 1922, Pendeta B. Judge dari Singapura datang ke Lowu, Ratahan. Maksud kedatangannya untuk mematangkan pemahaman anggota-anggota baru yang telah diajar oleh Samuel Rantung dan M.E. Direja. Sebanyak 24 orang telah siap menerima upacara baptisan yang suci. Pendeta Judge telah menggunakan waktunya beberapa hari di Lowu, menguatkan iman anggota jemaat dengan mengadakan kunjungan dari rumah-rumah dan malam harinya mengajar mereka dalam kumpulan kecil di rumah Samuel Rantung. Pada waktu itu penduduk setempat tidak terlalu senang dengan masuknya agama baru (Masehi Advent Hari Ketujuh) ke Ratahan dan mereka keberatan kalau keluarga mereka menjadi pemeluk agama Advent. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Pendeta Judge menerima saran dari anggota-anggota agar upacara baptisan di adakan malam hari saja. Upacara yang suci itupun dilangsungkan pada tanggal 21 malam yang kudus itu diiringi dengan isak tangis yang baru dibaptis dan anggota yang dibaptis tahun 1921 yang lalu. Semua larut di dalam keharuan atas kemenangan mereka dan kesempatan untuk menerima keselamatan dari Yesus Kristus yang telah mati di kayu salib buat mereka.

     Nama-nama mereka yang dibaptiskan kemudian dimasukkan dalam buku sidang oleh B. Wahongan yang bertugas sebagai sekretaris pada waktu itu, antara lain sbb:

 

1.       Josina Antou

2.       Paulus Antou

3.       Stevanus Kawimbin

4.       Wajan Sakoel

5.       Barnetjie Antou

6.       Ferdinan Antou

7.       Ignadoes Lengkeiji

8.       Theresia Singon

9.       Augustina Malingkas

10.   Maria Malingkas

11.   Pemina Gara

12.   Natanael Gara

13.   Altjie Siwi

14.   Salmon Siwi

15.   Augustina Wahongan

16.   Jorgan Kapahang

17.   Amrtji Ngongolay

18.   Julie Sigar

19.   Mina Ginsoe

20.   Spitjie Rumalag

21.   Elisabet Singal

22.   Mariana Engka

23.   Wilhelmina Goni

24.   Adelina Kojo

 

 

Beberapa tahun kemudian, jemaat Lowu berkembang menjadi Lowu I yang dikenal dengan gereja Pioneer serta beberapa cabang yg telah dihasilkan, dan Lowu II yang dikenal dengan Memorial Church atau Jemaat Kenangan, Tosunyia, dan Wawali.

Rasanya setelah sekian tahun lamanya sejak pekabaran itu masuk di Uni Timur, khususnya di daerah Ratahan, kita perlu berterimakasih kepada Tuhan kepada generasi-generasi selanjutnya dari keluarga pertama yg telah menerima baptisan hingga keturunan-keturunan mereka sekarang ini.  Puji Tuhan, orang-orang pertama yang telah menerima pekabaran Advent tsb telah meneruskannya kepada keturunan-keturunan mereka serta kerabat dan sahabat dan menjadi kesaksian hidup bagi masyarakat sekitar sampai saat ini.

 

 

Disadur kembali oleh Pdt. D. Politon.

Diambil dari sumber resmi:

Pdt. E. H. Tambunan, PhD, ‘Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Di Indonesia – Sejarah Perintisan dan Pengembangannya’  Tahun 1999.


0 komentar:

Posting Komentar