BELAJAR DARI AHASYWEROS, WASTI DAN ESTER
Oleh : Pdt.
Jacky Runtu
Siapa Wasti ? Ester
1:8 “sang Ratu” ini juga adalah satu jabatan terhormat tentunya. Siapa sang Raja ? Ester 1:1 “Raja
Ahasyweros, yang merajai 127 daerah” Kapan
dan apa yang mau dipelajari dari Wasti ?
A |
hasyweros, Ester 1:3 “ pada tahun ketiga pemerintahannya” ; Ester 1:4 “memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya … sampai 180 hari “ Ester 1:5 “setelah itu … mengadakan perjamuan lagi 7 hari lamanya bagi seluruh rakyatnya dari orang besar sampai orang kecil” Ester 1:10 “pada hari yang ketujuh” ( perayaan itu ) Ester 1:11 “Wasti (harus) memperlihatkan kecantikannya kepada sekalian rakyat dan pembesar-pembesar (untuk menunjukkan) sang ratu sangat elok rupanya” namun, Ester 1:12 “ratu Wasti menolak”. Akibatnya Ester 1:19 “Wasti dilarang menghadap raja Ahasyweros, dan mengaruniakan kedudukannya sebagai ratu kepada orang lain” Ester 2:17 “Ester … diangkat menjadi ratu ganti Wasti”
Mungkin ada pelajaran yang bisa diambil mengenai rumah tangga dan pelajaran lainnya. Tetapi sekarang mari kita mengambil pelajaran mengenai jabatan atau kedudukan. Dalam hal ini yang memiliki jabatan itu ialah Wasti sebagai ratu dan Ahasyweros sebagai raja.
1. Ahasyweros sebagai pemegang jabatan, bersikap otoriter terhadap kaum lemah dalam hal ini wanita yaitu istrinya ratu Wasti, sekalipun itu hasil dari nasihat penasihat kerajaan. Terkadang mereka yang memegang jabatan bisa bertindak otoriter terhadap bawahannya dan berlindung di bawah keputusan majelis dengan beralasan itukan keputusan majelis, padahal dalam mengambil keputusan dominasi pemegang kekuasaan sangat tinggi. Kita berharap mereka yang memiliki jabatan, akan benar-benar mengambil keputusan sesuai pertimbangan yang terbaik, yang tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi.
2. Ahasyweros membuat pameran kekayaan kemuliaan kerajaannya selama 180 hari, merupakan pemborosan dan pertunjukkan kesombongannya. Sampai-sampai istrinyapun dipandang sebagai bagian dari kemuliaan kerajaan, sehingga menjadikan istrinya object bukan subject bagi dirinya. Ini membuat keputusan yang diambil adalah salah. Kita juga berharap mereka yang memegang jabatan tidak berfoya-foya menggunakan fasilitas untuk menyombongkan diri. Hati-hati, bisa-bisa keputusan yang diambil adalah salah.
3. Wasti, demi menjaga kehormatan kaum wanita, dia harus korbankan jabatannya. Dia bersedia kehilangan jabatan, daripada kehilangan harga diri. Berapa banyak kita justru sebaliknya, mengorbankan harga diri dan kehormatan demi mendapatkan jabatan.
4. Wasti kehilangan jabatan, tetapi kita mengetahui bahwa ada jalan Tuhan Wasti kehilangan jabatan, yaitu memberi jalan bagi Ester untuk dapat membebaskan bangsanya. Terkadang kita harus pasrah dan berserah sekalipun harus kehilangan jabatan. Bisa saja Allah sedang mempersiapkan orang lain yang Ia akan gunakan melancarkan rencanaNya bagi keselamatan banyak orang. Sekalipun Wasti bisa saja yang tercantik dan yang terbaik, dan juga baru menjabat “tiga tahun”, tetapi kalau sudah rencana Tuhan, yakinkan itu yang terbaik.
5. Ester
mendapat jabatan bukan karena Wasti tidak baik, tetapi karena ada missi Tuhan
pada dirinya. Tetapi Ester terlalu enak merasakan kedudukannya sehingga lupa
pada missi Tuhan. Ester 4:13 “Jangan kira, karena engkau di dalam istana raja,
hanya engkau yang akan terluput.” Pada ayat-ayat sebelumnya, dijelaskan bahwa
Ester sempat menolak permintaan pamannya yaitu Mordekai untuk bertemu raja dan
memohon pertolongan raja. Demikian juga, terkadang pemegang jabatan lupa bahwa
dia berada disitu bukan karena dialah yang terbaik, tetapi ada missi Tuhan yang
dibebankan kepada dirinya. Jangan sampai para pemegang jabatan terlena dengan
kemuliaannya, terlena karena berada dalam “comfort zone” sehingga selalu jaga
posisi aman. Keputusan yang diambil tidak menunjukkan kemajuan, tindakan yang
diambil tidak memiliki visi ke depan, tetapi menjaga posisi. Bila dihadapkan
pada keharusan mengambil keputusan yang terbaik, tetapi harus berhadapan dengan
perlawanan mayoritas, maka tidak berani mengambil keputusan strategis tersebut
agar terjaga posisinya pada daerah “comfort zone”
Kiranya semua orang pilihan Tuhan, akan
selalu ingat Missinya berada di atas dunia ini. Mari kita konsentrasi
pada missi kita. Mereka yang memegang jabatan, mari kita terfokus kepada missi
ini. Jangan lagi kita mementingkan missi pribadi. Pekerjaan ini pasti
diselesaikan, dengan saudara ataupun tidak dengan saudara, tetapi yang terbaik
ialah dengan keterlibatan kita semua. Tuhan memberkati. Amin !