Nubuatan Alkitab Terkait Kelahiran
Mesias. Nabi Yesaya dan Mikha telah
menubuatkan tentang sang perawan perempuan dan Anak laki-laki yang akan
dilahirkan yang merujuk kepada keMesiasan Yesus Kristus. Yesaya bernubuat, “Sebab itu Tuhan sendirilah
yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda:
Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan
seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel (Yesaya 7:14). Nabi Mikha menubuatkan kedatangan Mesias
sebagai berikut: “Tetapi engkau, hai
Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan
bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah
sejak purbakala, sejak dahulu kala.
Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan
melahirkan telah melahirkan; lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan
kembali kepada orang Israel. Maka ia akan bertindak dan akan
menggembalakan mereka dalam kekuatan TUHAN, dalam kemegahan nama TUHAN
Allahnya; mereka akan tinggal tetap, sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke
ujung bumi, 5:4 dan dia menjadi damai sejahtera” (Mikha 5:1-4a). Dalam Wahyu 12:5 tercatat bahwa “perempuan
itu melahirkan seorang Anak laki-laki,
yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu
dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.” Bahkan Menurut Galatia
4:4, 5 bahwa “setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir
dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus
mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.”
Eksitensi Masa Lalu
Yesus Kristus. Alkitab sendiri sudah
mencatat eksistensi atau keberadaan masa lalu dari Yesus Kristus. Dalam surat
1 Petrus 1:20 disebutkan, “Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi
karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.” Dalam Kolose 1:17 disebutkan, “Ia ada terlebih dahulu dari segala
sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.”
Dan Kolose 1:19
Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin
maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibrani 13:8).
Tema Ajaib Penjelmaan. Menurut
rasul Paulus, tema penjelmaan Kristus ini adalah suatu rahasia ibadah.
1
Timotius 3:16 Dan
sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: "Dia, yang telah menyatakan
diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya
kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak
mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan. Yesus, Yang Agung sorga, Raja istana sorga, menanggalkan tahta
kemuliaan-Nya, Panglima Tinggi-Nya, dan datang ke dalam dunia kita untuk
membawa pertolongan ilahi kepada manusia yang jatuh, yang lemah di dalam
kekuatan moral, dan dirusakkan oleh dosa.
Ia memakaikan keilahian-Nya dengan kemanusiaan, bahwa ia mungkin
mencapai bagian yang paling dalam dari manusia yang malang dan celaka, mengangkat tingga manusia
yang sudah jatuh. Oleh mengangkat kepada
diri-Nya manusia alami, ia mengangkat kemanusiaan did lam skala moral yang
bernilai dengan Allah. Tema-tema besar
ini terlalu tinggi, amat tidak terbatas, untuk pemahaman pikiran yang terbatas.
Ini menunjukkan bahwa pada saat orang-orang
Kristen memperingati kelahiran Kristus maka sesungguhnya adalah penting bagi
mereka untuk memperingati kelahiran-Nya yang berfokus pada Yesus Kristus bukan
hanya pada format, liturgi perayaan dan upacara-ucarara ritual keagamaan
berbentuk ibadah-ibadah natal.
Satu-satu-Nya upacara yang diperintahkan Yesus Kristus untuk dilakukan
adalah memperingati atau merayakan peristiwa kematian-Nya pada upacara
Perjamuan Kudus. Yesus berkata,
“"Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya,
menjadi peringatan akan Aku!" “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan
minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1 Korintus
11:25, 26). Tidak ada lagi catatan yang dapat ditemukan
dimanapun dalam Alkitab terkait perintah Yesus untuk merayakan suatu perayaan
terkait diri-Nya sendiri termasuk hari Kelahiran-Nya. Dan perkataan-perkataan Yesus di dalam 1
Korintus 11 tersebut itu adalah penetapan yang sudah final, tanpa dikurangi
atau ditambahi lagi oleh rasul-rasul atau bapa-bapa gereja. Nah, oleh karena Yesus Kristus tetap sama,
baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya (Ibrani 13:8) maka
perkataan-perkataan dan kleim dari Yesus Kristus melalui firman-Nya pun yang
tetap sama baik kemarin, maupun hari ini dan sampai selama-lama-Nya.
Sesungguhnya tidak ada perintah secara
literal dalam Kitab Suci yang mencatat terkait penetapan tanggal dan perayaan
hari Kelahiran Yesus Kristus. Itu
berarti bahwa perayaan Natal Yesus Kristus adalah hari raya buatan atau ciptaan
manusia. Salah satu gagasan-gagasan
agama yang mendominasi abad kedua dan ketiga adalah kepercayaan di dalam
keilahian Matahari … Keilahian ini
adalah menjadi minat khusus bagi para peneliti Kristen, karena hari raya
tahunan (bangsa Roma kafir) ini jatuh pada tanggal 25 Desember dan hubungannya
dengan atal Kristen sudah menjadi diskusi yang berlarut-larut. Secara jelas
musim dingin sebagai titik balik Matahari, ketika kekuatan intensitas cahaya
Matahari berkurang, yang cocok untuk
perayaan hari raya dewa Matahari . Hari
tersebut di dalam sebuah pengertian
menandai kelahiran sebuah Matahari baru. Tetapi alasan untuk memilihnya sebagai hari
perayaan Kelahiran Kristus tidak terbukti…Identitas tanggal itu lebih dari
sekedar sebuah kejadian yang kebetulan. Dipastikan bahwa Gereja tidak sekedar
mengambil hari raya dewa Matahari yang
populer tersebut Hal itu melalui parallelisme antara Kristus dan Matahari bahwa tanggal 25 Desember datang menjadi
tanggal kelahiran Kristus…..Malahan Epiphanius, pada abad keempat di kota
metropolitan Cyprus, walaupun memberikan tanggal 6 Januari sebagai tanggal
kelahiran, menghubungkan peristiwa tersebut dengan titik balik Matahari. Betapapun, perbedaan makna dari hari libur
kafir yang populer secara menyeluruh adalah sesuai dengan kebijaksanaan Gereja. Terhadap perayaan nyata dari hari raya
Kelahiran Kristus, itu sudah ditambahkan, tidak ada bukti memuaskan lebih awal
dari abad keempat. Pemeliharaan pertama
kalinya di Roma pada tanggl 25 Desember yang berlangsung di tahun 353 atau
tahun 354 (Usener) atau di tahun 336 (Duchesne). Di Konstantinopel nampaknya itu sudah
diperkenalkan di tahun 377 atau 378.
B.
Makna Natal Dimensi Masa
Sekarang Yesus Kristus
Bukankah sudah jelas
bahwa makna kelahiran Yesus Kristus itu telah disampaikan oleh Allah melalui
malaikat-malaikat-Nya, yakni "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang
mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan
kepada-Nya." (Lukas 2:14). Itu
berarti bahwa kalau ada di antara kita yang belum merasakan kemuliaan dan damai
sejarahtera Yesus Kristus itu maka kita belum melihat secara jelas pribadi
Yesus Kristus di dalam aura keindahan tabiat-Nya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kita belum
melihat kemuliaan Allah itu sehingga kita belum memiliki damai sejahtera yang
menyangupkan dan menjadikan kita berkenan kepada-Nya. Ibrani 12:14
menyarankan kepada kita “berusahalah hidup damai dengan semua orang dan
kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat
Tuhan. Jagalah supaya jangan ada seorang
pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah,…”
Jadi pada saat kita berusaha hidup damai dengan semua orang maka kita
boleh berkenan kepada Allah. Pada saat
seseorang berkenan kepada Allah di dalam penilaian sorga maka kita akan
disanggupkan mengejar kekudusan.
Memelihara Kedamaian
dan Kekekudusan. Kadang-kadang ada
orang nanti kelihatan hidup dalam kekudusan pada saat beribadah merayakan Natal. Ini yang orang Menado bilang burung taon
atau ada juga dapat diironiskan dengan seorang imam besar yang masuk satu kali
1 tahun pada saat merayakan hari raya Pendamaian. Penulis Ibrani mengingatkan kita pada pasal 10:25 “Janganlah kita menjauhkan
diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa
orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya
menjelang hari Tuhan yang mendekat.”
Saudaraku yang
dikasihi Tuhan, pada satu sisi memang
patut diakui bahwa kekudusan memang tidak dapat diukur oleh kehadiran sesorang
secara rutin di setiap acara kebaktian namun, untuk mengukur tingkat kerohanian
seseorang maka dapat ditentukan oleh kerajinannya untuk hadir di setiap jam
kebaktian. Karena di setiap jam ibadah
termasuk ibadah Natal
seperti ini maka kita boleh saling menasihati.
Dalam 1 Korintus 2:14
“Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena
hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab
hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.”
Dan menurut penulis Ibrani bahwa semakin sering kita menghadiri setiap
pertemuan ibadah dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang
mendekat maka itu menunjukkan bahwa kita akan selalu mengakui eksistensi Yesus
sebagai Allah yang sudah menjelma menjadi manusia yakni Yesus Kristus yang
tetap sama baik kemarin, hari ini dan selama-lamanya (Ibrani 13:8). Yesus Kristus tidak akan mungkin menjadi
pokok keselamatan yang abadi (Ibrani 5:7-9) hingga hari ini kalau dia tidak
menjelma menjadi manusia melalui peristiwa kelahiran-Nya kurang lebih 2000
tahun lalu. Dan pengetahuan kita terkait
Kristus sebagai pokok keselamtan yang abadi hanya dapat diperoleh pada saat
seseorang menghadiri pertemuan ibadah.
Sehingga ia dapat bertumbuh di dalam kasih karunia dan pengetahuan akan
Tuhan Yesus Kristus (2 Petrus 3:18). Inilah yang dikenal dengan pertumbuhan iman
melalui kasih karunia. Pertumbuhan iman
seseorang tidak akan mungkin terhadi tanpa kerajinan dan ketekunan
beribadah.
Dan pada sisi lain,
satu fakta yang tak dapat dipungkiri adalah bahwa sebagai seorang yang tekun
beribadah secara pribadi dan berjemaat maka ia akan dimotivasi untuk
menjalankan tipe ibadah yang satu yakni mengunjungi yatim piatu dan janda-janda
dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan
oleh dunia dan mengekang lidahnya (Yakobus 1:26, 27). Menurut
Yakobus bahwa itulah yang dinamakan ibadah yang murni dan tak bercacat di
hadapan Allah.
“1:26 Jikalau ada seorang menganggap dirinya
beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka
sia-sialah ibadahnya. 1:27 Ibadah yang murni dan yang tak bercacat
di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda
dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan
oleh dunia.
Musim Kado-Kado Natal
Bagi Maksud Allah. Orang-irang tua
seharusnya menyimpan hadiah-hadiah atau kado-kado Natal dari hadapan anak-anak mereka, dan
mengarahkan mereka, garis demi garis, aturan demi aturan, di dalam kewajiban
mereka kepada Allah,-bukan kewajiban mereka satu sama lain, untuk menghormati
dan memuliakan satu sama lain oleh kado-kado Natal dan persembahan-persembahan. Tetapi mereka harus diajar bahwa Yesus adalah
Juruselamat dunia, objek pemikiran, usaha yang sungguh-sungguh; bahwa pekerjaan ini adalah tema besar yang
harus mengikat perhatian mereka; bahwa
mereka harus membawa kepada-Nya pemberian-pemberian dan
persembahan-persembahan. Demikian pun
orang-orang majus dan gembala-gembala membawa pemberian-pemberian dan
persembahan-persembahan kepada Yesus.
Satu Hari Kesukaan dan Sukacita.
Saat tanggal 25 Desember dipelihara untuk merayakan kelahiran
Kristus, anak-anak sudah harus diarahkan oleh aturan dan teladan bahwa ini
inilah hari yang benar-benar hari kesukaan dan sukacita, engkau akan
menemukannya sebuah cara yang sulit untuk melewati masa ini tanpa memberikannya
perhatian. Itu dapat dibuat untuk
melayani satu maksud yang amat baik.
Orang-orang muda harus diperlakukan dengan sangat berhati-hati. Mereka tidak harus meninggalkan Natal untuk menemukan
kepelesiran mereka di dalam kesia-siaan dan mencari kepuasan diri, di dalam
kepelesiran-kepelesiran yang mana akan merusakkan kerohanian mereka. Orang-orang tua dapat mengawasi cara ini oleh
memalingkan pikiran-pikiran dan persembahan-persembahan dari anak-anak mereka
kepada Allah dan pekerjaan-Nya dan keselamatan jiwa-jiwa.
C. Dimensi Masa
Datang Natal
Yesus Kristus: Implikasi Eskatologis
Di dalam surat I Petrus 1:3 terbaca bahwa
“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya
yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari
antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,…..” Ini menunjukkan bahwa rasul Petrus tidak
terfokus kepada perayaan kelahiran Yesus Kristus pada saat ia menekankan rahmat
Yesus Kristus yang telah melahirkan kembali kita (dirinya dan orang-orang
Kristen di zamannya) di mana dilahirkan kembali bukan pada konteks kelahiran
tetapi kepada konteks kebangkitan Yesus Kristus. Jadi sepatutnya kita sebagai orang-orang
Kristen dilahirkan kembali secara rohani pada konteks kebangkitan Yesus Kristus
karena itu akan berorientasi secara sempurna kepada peristiwa eskatologis dari
kedatangan Kristus kedua kali dimana bagi mereka yang telah mematikan segala
dosanya di dalam Kristus maka secara rohani akan dibangkitkan kepada kelahiran
baru pada masa kini. Inilah yang Petrus
maksudkan sebagai kelahiran baru oleh kebangkitan Kristus kepada suatu hidup
yang penuh harapan. Sehingga pada saat
ia berkata bahwa “Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai
teman penatua (dimensi masa sekarang)
dan saksi penderitaan Kristus (dimensi
masa lalu), yang juga akan
mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak” (dimensi masa yang akan datang),
sebagaimana yang ia tuliskan dalam 1 Petrus 5:1, maka ia sedang membawa setiap
orang Kristen terfokus atau berorientasi kepada dimensi masa yang akan datang
dari Yesus Kristus. Dimensi masa depan
Natal Yesus Kristus adalah jaminan kelahiran
baru segala eksistensi bukan dalam pengertian reinkarnasi tetapi
memberikan jaminan keselamatan yang kekal secara eskatologis bahwa orang-orang
percaya akan diobahkan dari tubuh yang fana mengenakan tubuh yang baka (1
Korintus 15:52-54).
D. Fokuskan Natal Yesus Kristus Pada Dimensi Masa Lalu
Masa Sekarang dan Masa Depan
Selaku umat percaya maka sudah
selayaknya kita berorientasi kepada tiga dimensi waktu eksistensi Yesus yakni
masa lalu kepada peristiwa kelahiran Kristus kurang lebih 2000 tahun lalu,
dimensi masa sekarang kepada kesetiaan menghadiri setiap pertemuan ibadah
sebagai orang Kristen agar kita saling menasihati dan semakin giat melakukannya
sehingga kita memiliki konsistensi untuk tetap memfokuskan perhatian dan
padangan iman kita kepada dimensi masa depan Yesus Kristus yakni kepada
pengharapan akan janji kedatangan-Nya kedua kali. Karena “Yesus Kristus tetap sama, baik
kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibrani 13:8). Mereka yang hanya terfokus perayaan kelahiran
Yesus Kristus berarti perhatian mereka hanya terpaku kepada dimensi masa lalu
Kristus. Karena bagi mereka sekali
selamat sudah selamat sehingga mereka tidak akan pernah menganggap penting
untuk mengadakan pertobatan yang sungguh-sungguh demi mengantisipasi peristiwa
kedatangan-Nya yang kedua kali di dalam dan melalui pertobatan dan pembenahan
serta pertumbuhan iman kehidupan masa kini.
Mereka yang hanya terfokus kepada minat-minat masa kini pasti mudah
terjerumus kepada perkara-perkara sekuler yang bersifat sementara dimana tidak
ada minat sama sekali untuk mendalami Kitab Suci yang memaparkan misi dan
rencana keselamatan yang diwujudkan di dalam penjelmaan melalui kelahiran,
kehidupan, kematian dan kebangkitan Kristus maka mereka tidak pernah terkenang
kepada kehidupan, kematian dan kebangkitan Kristus bahkan mereka tidak merasa
takut menghadapi penghakiman Allah.
Dengan demikian mereka tidak percaya juga terhadap janji pemenuhan
pahala dan kehidupan kekal kepada mereka yang benar-benar telah menang dari
segala ujian dan pencobaan masa kini.
Sedangkan
bagi mereka yang benar-benar memfokuskan perhatian mereka kepada ketiga dimensi
waktu Yesus yang eksis di masa lalu, masa sekarang dan masa depan maka mereka
tidak akan kehilangan arah dan pandangan hidup selaku orang Kristen karena ia
akan tetap mengisi pikiran-pikirannya dengan berbagai pengetahuan Alkitab terkait penjelmaan Yesus melalui
kelahiran-Nya, kehidupan dan pelayanan Kristus yang mengangkat manusia dari
keberdosaan, teladan penurutan yang yang sempurna terhadap hukum-hukum Allah,
kematian-Nya di atas kayu salib, kebangkitan, dan pelayanan pengantaraan-Nya di sorga sebagai Imam Besar
Pernanjian Baru (Ibrani 7:25; 9:15) dan kedatagan-Nya yang kedua kali. Sebagai orang percaya yang memiliki akses ke
sorga maka pada masa sekarang ini sementara kita menanti kedatangan-Nya sebagai
raja maka Yesus tidak hanya duduk atau tidur di sorga tetapi Ia adalah oknum
yang hidup-hidup dan aktif untuk bekerja dalam mengantarai manusia dengan Allah
pada saat mereka melayangkan doa-doa syafaat di hadapan hadirat Allah Bapa
bahkan memanjatkan permohonan pengampunan atas dosa-dosa yang sengaja dan tidak
sengaja (1 Yoh. 2:1; 1 Yoh. 5:15-17). Sedangkan pada saat Ia masih berada di dunia
ini Yesus pernah berkata kepada orang-orang pada jaman itu di dalam Yohanes
5:17: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga, apalagi
ketika Yesus naik ke sorga sesudah kebangkitan-Nya. Secara implisit, pekerjaan Yesus yang sedang
duduk di sebelah kanan Allah Bapa sejak kenaikan-Nya bukan hanya mengajak Bapa-Nya
ngobrol-ngobrol hal-hal yang tidak berguna tetapi hal-hal yang berguna bagi
kepastian keselamatan kita semua. Jadi kalau kita hanya terfokus kepada
peringatan sejarah kelahiran Yesus Kristus maka orientasi pemikiran kita
seolah-olah hanya kepada bayi Yesus Kristus di masa lalu. Sehingga orang akan cenderung mensakralkan
eksistensi bayi Yesus dan tidak terfokus lagi kepada Yesus Juruselamat yang
pernah bertumbuh dalam kasih karunia dan pengetahuan akan firman Allah sehingga
Ia boleh dilayakkan menjadi pokok keselamatan abadi bagi umat manusia (Ibrani
5:7-9). Segala kepenuhan Allah berdiam
di dalam diri Yesus Kristus (Kolose 1:19)
dan dengan kepenuhan Allah di dalam Yesus Kristus membuat kita beroleh kasih
karunia (Yohanes 1:16). Kepenuhan Allah itu adalah kuasa berupa
kodrat ilahi yang tidak dapat dipindahkan kepada manusia sebagai makhluk
ciptaan. Mengambil bagian dalam kuasa
atau kodrat ilahi itu menolong dan menyanggupkan umat-umat Allah agar luput
dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia (2 Petrus 1:4). Kuasa atau kodrat ilahi ini dapat diperoleh
dengan cara menghidupkan satu ketergantungan total kepada Allah melalui doa-doa
penyerahan diri secara terus-menerus.
Menyadari bahwa saat di dalam kondisi kemanusiaan-Nya yang rentan
terhadap pencobaan dan kecenderungan untuk berdosa maka Yesus melatih dan
mengadakan ketergantungan secara total dan berkelanjutan kepada Bapa-Nya
(Yesaya 50:4; Markus 1:15; Ibrani 5:7-9).
Yesus yang kita
sembah dan percayai bukanlah Oknum manusia Yesus yang memiliki fisik manusia
yang tetap mengenakan tubuh bayi-Nya hingga kini. Tetapi tanpa disadari oleh kebanyakan orang
bahwa Yesus yang kita sembah sedang siap-siap untuk datang kedua kali untuk
segera mengakhiri sejarah dunia ini dan menjemput orang-orang percaya dan
mengkleim mereka sebagai umat kepunyaan-Nya sendiri. Dan Yesus yang sedang bersiap-siap untuk
datang ke bumi ini demi menjemput kita semua selaku orang-orang percaya adalah Oknum
Pribadi kemanusiaan Yesus Kristus yang memiliki pemikiran dan rencana-rencana
yang Advanced bukan lagi Yesus yang masih berada pada pemikiran yang Basic,
atau Intermediate di dalam konteks rencana keselamatan. Kalau Yesus yang kita sembah hanya
memfokuskan perhatian umat-umat-Nya kepada perkara-perkara masa lalu ke masa
kelahiran-Nya sekitar 2000 tahun lalu maka untuk apa saudara sudah beriman
kepada-Nya. Seperti kata Paulus bahwa
kalau Yesus tidak dibangkitan maka sia-sialah pemeritaan Paulus dan sia-sialah
juga kepercayaan kita sebagai orang Kristen (1 Korintus 15:14).
Dan adaikan perhatian kita hanya terfokus kepada kebangkitan-Nya 2000
tahun lalu maka kita tidak dapat menghayati dan mencermati makna dan fungsi
pelayanan Kristus sebagai Imam Besar di sorga. Dan seandainya. Sehingga itulah
yang tercatat dalam Ibrani 5:12-14 bahwa
“sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi
pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah,
dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia
tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi
makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai
pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. Ini mengimplikasikan bahwa orang-orang
Kristen yang sudah percaya kepada kebangkitan Kristus tapi tidak mempercayai
pekerjaaan pelayanan Kristus sebagai Imam Besar di sorga maka orang itu tidak
ada kuasa untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. Artinya bahwa pada saat ia jatuh dalam
dosa-dosa kelemahan pribadi sekalipun sudah pernah dibaptiskan maka ia tidak
akan termotivasi untuk meninggalkan dosa-dosa yang sama dan itu akan menjadi
praktek perbuatan karena kesalahan pengambilan keputusan sehingga ada unsur
kesengajaan secara berulang-ulang. Satu
perbuatan yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan dan kebiasaan yang diulang-ulang
akan akan membentuk tabiat. Salah
menggunakan kuasa memilih disebabkan karena ia tidak mempercayai peranan Roh
Kudus yang sanggup menghubungkan dirinya
dengan Allah Bapa Imam Besar di sorga.
Padahal Alkitab secara jelas sudah memaparkan bahwa jika seseorang jatuh
ke dalam dosa maka ia memiliki pengantara kepada Bapa yakni Yesus Kristus yang
adil yang menjadi pendamaian dan penghapus terhadap segala dosa kita (1 Yohanes
2:1, 2, Yohanes 1:29). Apabila ada seorang Kristen yang gagal datang
menghampiri Allah, itu berarti karena Setan berhasil menanamkan dalam dirinya
bahwa ia sudah tidak layak memperoleh kembali kasih karunia dari Allah.
Dan
kalau pelayanan Yesus yang kita sembah di dalam rencana keselamatan hanya
terhenti sampai di sorga sebagai Imam Besar dan tidak akan pernah datang
sebagai Raja di atas segala raja pada dimensi waktu masa depan maka penyesatan
Setan pasti akan sempurna. Sehingga ia
akan mengkleim bahwa dunia ini menjadi miliknya sepenuhnya, maka tidak akan ada
kebangkitan orang percaya dan tidak akan ada orang yang diobahkan dari tubuh
yang fana ke tubuh yang baka di akhirat nanti.
Tetapi oleh karena Setan tahu bahwa kedatangan Kristus pasti akan
terjadi pada akhir zaman dan akhir dari sejarah dunia ini sudah sangat semakin
mendekat (Wahyu 12:9, 12), maka ia akan mengerahkan segala energi, strategi dan
berbagai bentuk penipuannya untuk mengalihkan perhatian orang-orang Kristen
bersedia bagi kedatangan Kristus kedua kali.
Untuk itu ia menjadi pelajar nubuatan yang aktif dan terus-menerus
mempersiapkan dirinya dan agen-agen aktif untuk peperangan besar terakhir. Ia sedang mengantisipasi dimensi waktu
eskatologis umat-umat Allah merencanakan untuk menggagalkan segala pekerjaan
Allah untuk mempersiapkan umat-umat-Nya dan dunia ini menghadapi masa Advent
kedua. Dan salah satu strateginya adalah
membuat orang-orang Kristen hanya terfokus kepada perayaan-perayaan,
pesta-pesta pora, mabuk-mabukkan dan segala kepelesiran dunia ini. Tetapi rasul
Petrus menasihatkan kita pada sore ini bahwa 3:3 Yang terutama harus kamu
ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek
dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya.
3:4 Kata mereka: "Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal,
segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan. ***