BAIT Ministry

Minggu, 22 Desember 2024

Pestanya atau Natalnya

 

Pestanya atau Natalnya

Oleh : Ellen Mangkey

 

Minggu ini merupakan minggu tersibuk untuk persiapan Natal yang saat rubrik ini ditulis, waktunya tinggal beberapa hari lagi. Minuman bersoda produk bermerek, minuman sirup, kue-kue beserta pernak-pernik Natal seolah sudah harus ada di setiap rumah orang yang hendak merayakan Natal. 

Ketika pohon natal terbesar di Indonesia dinyalakan beberapa waktu lalu oleh gubernur Sulawesi Utara, SH Sarundajang bersama isteri, Deetje Tambuwun, ribuan kembang api menghiasi angkasa di pinggir laut Manado dan ratusan penyanyi gabungan koor-koor terkemuka di Sulut, juara berbagai kompetisi internasional menyanyi bersama lagu-lagu Natal nan merdu. Mereka juga menyanyikan Halleluyah Chorus.  Alangkah agung dan megah suasana yang tercipta di senja hari itu, membuat bulu kuduk berdiri. Sebagian besar undangan dan masyarakat yang memadati lokasi pohon di bilangan Boulevard Manado,bahkan berteriak dan bersorak histeris. Adalagi yang tunduk hening, berdoa. 

Sebagai wilayah dengan mayoritas penduduk umat Kristiani, tak terhitung perayaan Natal yang berlangsung di Sulut dengan acara indah dan berkelas yang menyusul sesudah peresmian The Star of Hope tadi. Biaya yang dikeluarkanpun tak tanggung-tanggung. Perayaan natal salah satu bank terkemuka di Sulut diperkirakan menelan lebih dari dua ratus juta rupiah, didanai dengan cara mengumpulkan sumbangan ‘sukarela’ dari seluruh karyawan. 

Mundur sejenak dua ribu tahun yang lalu, di sebuah kandang ternak di pinggiran Betlehem, Israel. Seorang bayi mungil, sehat dan lugu, pusat seluruh alam semesta dan merupakan sebab musabab, ihwal  Natal itu sendiri, berbaring tenang di atas tempat makan ternak yang tersusun atas rumput-rumput kering sebagai kasurnya. Tak ada sofa yang empuk, tak ada pohon Natal dan lampu berwarna-warni apalagi kembang api. Di saat ternak mengorok dan bau amoniak merambah ke mana-mana, bayi Yesus tertidur nyenyak dan sorga bernyanyi:  "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." 

Meski peradaban dunia waktu itu belum se-modern saat ini, kandang tetap bukanlah tempat yang layak untuk dipandang. Tempat itu penuh kehinaan dan keprihatinan. Tetapi, tempat yang sangat sederhana itu harus menjadi tempat pertama bagi Yesus meletakan kepala di dunia ini. Cacah jiwa yang diperintahkan Kaisar Agustus menyebabkan banyak orang asal Betlehem harus pulang ke daerahnya untuk mendaftarkan data kependudukan. Hal ini menyebabkan Betlehem penuh sesak dengan orang yang pulang kampung sehingga hotel, penginapan dan rumah kos dijubeli pengunjung, mungkin harga menginap naik tinggi. Tak ada orang yang rela menyediakan rumahnya, menyisihkan waktu, perhatian bahkan materi bagi Maria yang waktu itu sangat membutuhkan tempat melahirkan. Ketika Yesus tumbuh dewasa, Ia  kemudian berkata, “sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukanNya untuk Aku.” 

 Kristus telah hadir di dunia ini untuk menjangkau manusia yang semuanya berdosa. Ia tak pandang si kaya atau si papa. Ia telah hadir dalam kesederhanaan, kepasrahan dan kerendahan hati.  Di tengah sukacita perayaan Natal di mana pernak-pernik Natal sangat mempengaruhi suasana seperti sekarang ini, adakah teladan Yesus hadir di hati? Ataukah kita hanya terpesona pada pestanya, perayaannnya dan eforia Natal  yang semakin hari semakin dimodifikasi. Adakah kerendahan hati Yesus hadir di tengah kemegahan dan kemeriahan pesta Natal? Ataukah tuntutan hidup untuk melengkapi kebutuhan akan pernak-pernik Natal telah meraih perhatian kita dari makna Natal sebenarnya yakni Yesus sendiri?. 

Momentum Natal bukanlah sebagaimana hari Sabat yang diperintahkan Allah untuk diingat dan disucikan. Hari dan tanggalnyapun tidak ada yang tahu persis. Peristiwa Natal telah berlalu. Kedatangan Yesus yang pertama telah terjadi. Kini, saatnya para pengikutNya mempersiapkan diri untuk menyambut kedatanganNya yang berikut, kedatanganNya yang kedua kali. Sang Natal, yakni Yesus sendiri, kini telah bertahta dalam kemuliaan sorga dan akan datang kembali sebagai Raja untuk menjemput umatNya yang setia kepadaNya. 

Yesus sudah lahir dan Ia sudah bangkit. Tetapi, dia akan datang segera.  Kutipan lagu karya Wayne Hooper berikut dapat menjadi renungan Natal kali ini: “The Lord is coming, are you ready; Would your heart be right, if He came today?” Yesus akan datang, segera. Jika Ia datang saat ini, adakah dirimu didapatiNya memiliki kebenaranNya? (*)


0 komentar:

Posting Komentar