Melihat Ke Belakang dan Ke
Depan
Oleh : Pdt. Sammy Lee
Kita sedang menunggu
detik-detik lonceng sedang mendekati akhir tahun. Didepan kita terbentang satu tahun yang baru
dengan segala janji dan kemungkinannya.
Dibelakang kita juga terbentang boleh dikata satu tahun yang sudah
mendekati akhirnya atau kita boleh sebutkan tahun lama, dengan segala peristiwa
dan pengalaman yang kita lalui.
Tapi kita tidak bisa berbuat sesuatu apa pun mengenai apa yang sudah terjadi dimasa lampau. Tersisa hanyalah bagi kita kesempatan untuk memperbaiki prestasi atau hasil usaha kita dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya menghadapi hari-hari yang mendatang itu. Bangsa Gerika dan Romawi merayakan hari yang disebut Tahun Baru pada tanggal 1 Januari, karena menghormati Dewa Janus, yang menurut mitos bangsa kafir itu adalah tokoh yang bermuka dua, satu menghadap kedepan dan yang lainnya menghadap kebelakang.
Sebaliknya bangsa Yahudi umat pilihan Tuhan diperintahkan untuk merayakan Tahun Baru mereka pada bulan Maret atau permulaan April, yaitu tepat pada permulaan musim Semi dan bersamaan dengan Hari Raya Paskah. Itu merupakan saat yang baru bagi mereka berdiri sebagai satu bangsa yang merdeka dan berdaulat, terlepas dari penjajahan sebagai budak belian dan pekerja paksa dari bangsa Mesir. Hari itu juga merupakan suatu hari dimana mereka melihat kebelakang pengalaman yang penuh kegetiran dan kesusahan dalam penindasan satu bangsa yang kejam dan sombong.
Pada hari itu mereka bisa bersuka karena menjadi umat pilihan yang menghadapi hari depan yang cerah dengan janji-janji sangat muluk, indah dan bahagia dari Tuhan mereka. Mereka akan menduduki Tanah Perjanjian yang tanahnya digenangi atau dialiri dengan air madu dan susu, artinya limpah ruah dalam segala kebutuhan hidup mereka, kalau saja mereka mau membiarkan Tuhan Allah mereka memimpin mereka sesuai dengan rencanaNya yang penuh kasih, kebijaksanaan dan kuasa.
Namun mereka telah membangkang dan menjadikan Dia marah sehingga akhirnya mereka dibuang atau ditolakkan sebagai satu bangsa. Kita sekarang adalah pengganti bangsa
Kita juga sedang menghadapi hari-hari terakhir menjelang suatu pengalaman yang baru di Tanah Perjanjian Samawi, Kota Yerusalem Baru, Negeri Suci Ibu Kota Kerajaan Allah.
Para penulis BAIT telah telah mempersiapkan hidangan rohani yang diperlukan untuk menghadapi hari depan kita yang bisa gemilang ataupun guram dan penuh kesusahan. Kedua kemungkinan itu tergantung ditangan kita. Seperti kepada umat
(Ulangan 28:1, 2, 15)
"Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.
Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu:…
"Tetapi
jika engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan tidak melakukan dengan
setia segala perintah dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari
ini, maka segala kutuk ini akan datang kepadamu dan mencapai engkau:…..” yang
kita tidak ketahui berapa lagi yang dapat kita capai dan rayakan sebelum dunia
ini berakhir sejarahnya, dengan begitu rupa supaya kalau tahun ini adalah
merupakan tahun yang terakhir, kita telah lakukan yang sebaik-baiknya untuk
mempersiapkan menjadi layak dijemput sebagai warga Kerajaan Allah yang bahagia
dan abadi. Selamat Tahun Baru, dan
selamat bersuka cita setiap hari didalam Tuhan.
0 komentar:
Posting Komentar