BAIT Ministry

Rabu, 01 Januari 2025

Tahun Baru Ciptaan Baru

 
Tahun Baru Ciptaan Baru
OLeh : Pdt. Dr. Moldy Mambu

“Terimakasih Tuhan, kasih karunia Mu sungguh berlimpah dan tak pernah berkesudahan didalam kehidupan kami.  Disaat tahun tua akan berlalu dan tahun baru dijelang, ya Tuhan tuntunlah langkah kami peganglah tangan kami ...” 


W

aktu bergulir cepat tanpa kompromi memasuki tahun yang baru.  Sang waktu tidak pernah menunggu berubah menuju siklusnya.  Dan di hari akhir penutup tahun tua sambil melihat kebelakang atas  kekhilafan, kekurangan, kealpaan dan keteledoran maupun prestasi serta pencapaian lainnya kita menundukkan kepala berterimakasih kepada Tuhan karena God is so good.  Juga kita menaikkan syukur karena diberikan kesempatan memasuki tahun baru yang bagai kertas putih terbentang dihadapan. 

Ungkapan bahwa “hari kemarin adalah history, besok adalah mystery  itu sebabnya hari ini  dinamai present” ada maknanya.  Pesan yang diberi bahwa hari kemarin itu tak akan kembali dan besok belum lagi nyata itu sebabnya pergunakanlah hari sekarang.  Present yang juga diartikan sebagai gift atau pemberian membawa arti yang sangat dalam bahwa detik-detik kehidupan manusia sesungguhnya adalah kasih karunia yang dianugerahkan Tuhan. Mari kita lihat tulisan Rasul Yohanes mengungkapkan mengenai besarnya kasih Tuhan kepada manusia. 

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” Yohanis 3:16 

Tulisan yang dikategori sebagai ayat emas ini dibuka dengan kalimat “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini ...” yang dalam terjemahan lama berbunyi “Karena demikianlah kasih Allah akan dunia ini ...” menunjuk bahwa sudah demikian, sudah begitu, sudah tetap, sudah dari awalnya kasih Allah kepada manusia.  Kenapa demikian? Karna kasih Allah itu tidak dapat disamakan dengan kasih manusia.  Kasih Allah itu tidak terkira nilainya. Kalau rumput-rumput jadi pena, laut jadi tinta dan langit jadi kertas maka semua itu tak akan cukup menuliskan kasih Allah.  Pemberian Allah kepada manusia yaitu Yesus Kristus merupakan wujud kasih sungguhlah begitu besar sehingga tidak dapat disandingkan dengan kasih manusia.  Pemberian Tuhan adalah tulus murni tanpa label tanpa muatan. 

Mari kita lihat lebih jauh ciri kasih manusia yang mempraktekkan pemberian kasih bersyarat seperti di tulisan Rasul Yohanis: Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita” 1 Yohanis 4:19.  

Seperti sudah menjadi template didalam diri manusia yang selfish.  Manusia lebih suka menghimpun, ingin mengumpul daripada membagi.  Kalaupun terbit kesukaan memberi, itu karena punya hitungan-hitungan tertentu.  Sifat memberi yang dimiliki manusia pada dasarnya bersifat reaktif terhadap suatu aksi.  Hal ini menumbuhkan kasih yang semu dan tidak tulus.  Dalam keseharian, nyatanya kasih manusia dapat dilihat pada hal-hal berikut: 

1.      Kasih kawasan.  Kasih ini muncul hanya untuk teman dan sahabat.  Selanjutnya kasih seperti ini menumbuhkan perasaan memberi yang terbatas kepada marga yang sama, korps yang sama,  sesama kawasan serta memprioritaskan orang sekampung. Pada gilirannya semangat kasih kawasan akan sangat menyuburkan nepotisme. 

2.      Kasih lokasi.  Kasih seperti ini berlangsungnya tidak lama.  Ketika dulu dibangku SMA saling memperhatikan namun “waktu” telah mendistorsi kasih sehingga tidak berkelanjutan diperiode berikutnya.  Setelah jadi pejabat hubungan historikal maupun emosional dulu bukan lagi jadi perekat untuk saling menolong tapi kebersamaan yang lalu telah menghilang ditelan waktu. 

3.      Kasih situasi.  Tipe kasih seperti ini menghasilkan keinginan memberi pertolongan yang muncul tiba-tiba terpacu oleh keadaan.  Masih banyak orang yang suka memberi bila namanya diumumkan ataupun untuk mendapatkan sanjungan. 

4.      Kasih berselubung. Biasanya kasih seperti ini dijalankan oleh politikus.  Kasihnya muncul karena punya tujuan namun setelah tujuan itu tercapai kasihnya pudar.  Sebab didalam politik tidak ada sahabat dan musuh yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan. Ibarat buah Jeruk Bali, manis didepan tapi penutupnya pahit. 

Inilah kasih manusia yang reaktip.  Siapa yang kawin? Siapa yang meninggal? Dari info yang masuk lalu kita mengambil kesimpulan menghadirinya karena dulu ketika kena musibah merekalah yang ringan tangan memberi pertolongan.  Kita memutuskan untuk hadir mengucapkan selamat serta membawa hadiah karena mereka hadir diacara pernikahan anak kita dulu.  Banyak pula kita menyaksikan pemberian yang didorong oleh perhitungan return.  Kita menyekolahkan anak sebab berharap ada return nya ketika mereka besar.  Kita berharap ada kembalian berupa naiknya pangkat ketika memberi hadiah besar kepada pimpinan di hari ulang tahunnya.  

Tapi Kasih Allah pada manusia itu murni, tidak mempunyai muatan apa-apa.  Allah sudah mengasihi walau belum menerima apa-apa dari manusia. Allah lebih dahulu mengasihi kita.  Pemberian terbesar sepanjang jaman dari Allah kepada manusia, yang menjadi kabar baik dan berita sukacita adalah pemberian anak tunggal Nya yaitu Yesus Kristus, lahir menjadi manusia di kota Betlehem, mati di Golgotha dan dibangkitkan lalu naik ke Surga sebagai Juru selamat dunia. 

Dua perayaan Kristiani diakhir tahun, Natal dan Tahun Baru selalu menjadi klimaks kegembiraan atas berkat  tuntunan Tuhan sepanjang Tahun. Dunia bisnis memamfaatkan sukacita manusia dengan promosi mengedepankan ikon natal yang gemerlapan untuk meraup keuntungan besar.  Kulminasi kesibukan dan perbelanjaan terjadi pada hari H-1 sebelum natal.  Ditengah himbauan agar pusat perbelanjaan dan mall jangan berlebihan dalam merayakan Natal muncul berita mengenai pohon Natal termahal di dunia.  Pada waktu yang lalu, pohon Natal setinggi 13 meter berdekor emas permata senilai $11 juta - setara dengan Rp. 100 milyar, dipajang di Emirates Palace Hotel, Abu Dhabi.  Sebuah pertanyaan muncul,  di hari baik ini adakah kita memberi sesuatu hadiah untuk bayi Yesus? Adakah hadiah untuk keluarga maupun orang disekitar kita?  Bagaimana rupa hadiah itu, adakah berupa benda (tangible) ataukah sesuatu yang tak berwujud karena bukan berbentuk materi (intangible). 

Seorang pejabat memberi hadiah kepada istrinya sebuah gelang berlian berpendar-pendar.  Ketika seorang rekan memuji atas kebaikannya, dengan berbisik ia mengatakan kenapa berlian, yang dijawabnya karena hanya untaian berlian yang tersedia palsu.  Kalau mobil atau TV-3D tidak ada yang palsu itu sebabnya mahal.  Pemberian lain melalui ungkapan Say it with flower menjadi urusan pengadilan belakangan ini karena masuk kategori gratifikasi. Kenapa?  Karena bunga yang diinginkan  bukan bunga sebarang bunga.  Bunga punya nama spesifik seperti  bunga-low dan  bunga bank.  

Ada banyak pilihan bukan materi yang dapat menjadi pemberian kepada sahabat dan keluarga.  Adakah kita mempertimbangkan bahwa menyampaikan kata lembut, kalimat berkat, email mengangkat iman, sms yang berisi kata damai merupakan hadiah istimewa?  Sudahkah kita memberi waktu yang berkwalitas kepada spouse serta keluarga, bercakap dan mendengar obrolan pasangan sambil memperhatikan dengan saksama sebagai pemberian yang bermakna? Barangkali pula oleh memberi  perhatian menolong istri didapur, bersih-bersih rumah serta membantu PR anak-anak termasuk sebuah pemberian yang tak dapat dinilai?  Ataukah pelukan serta ciuman telah menjadi barang langka ditengah keluarga sehingga perlu ditingkatkan frekwensi pemberian  yang bernama physical touch kepada spouse  untuk  menghangatkan keharmonisan rumah tangga? 

Telur ayam campur sayur masakannya disebut omelette.  Bila kuningnya menengadah keatas disebut sunny side up - telur mata sapi. Telur eraman yang direbus disebut Balut jadi santapan pagi di Manila.  Tapi coba perhatikan! Sebuah telur bila dipecahkan dari luar maka berakhirlah sebuah kehidupan.   Namun bila telur itu pecah dari dalam berarti terciptanya sebuah kehidupan baru.  

“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”. 2 Korintus 5:17 

Ciptaan baru di dalam Kristus hanya akan membawa hasil bila tekad dan kemauan itu berasal dari dalam diri bukan karena diajak-ajak maupun faktor luar lainnya.


0 komentar:

Posting Komentar