PERILAKU DAN PEKABARAN
Oleh Pdt. Moldy R Mambu
A |
pa yang terjadi kemarin
barangkali dapat kita uraikan secara runtut.
Bagaimana kalau peristiwa itu
terjadi bulan lalu apakah kita dapat mengingat keseluruhan ayat dan point penting
ulasan firman Tuhan yang disampaikan pembicara di Jemaat? Amat sering kita ketemu seseorang, wajahnya
masih s angat diingat tapi siapa ya namanya, mengapa namanya
seperti sudah dimulut tapi nama itu menghilang lagi dari memory, siapa ya?
Orang
lupa karena dia tidak ingat. Itulah yang
selalu terjadi pada umumnya manusia sehingga soal lupa telah menjadi bagian
dari kehidupan yang berulang dari hari kehari.
Baru saja kemarin diingat, eh sekarang sudah lupa lagi. Hal ini sangat menjengkelkan tapi apa mau
dikata barangkali diketawain saja, ya menertawakan diri sendiri. Kalau mau dibilang penyakit maka inilah
penyakit yang paling menyebalkan, kronis, kambuhan dan tak pernah sembuh. Penyakit ini tidak saja menyerang secara
individu, melainkan juga organisasi dan institusi itu sebabnya diperlukan minutes atau notulen. Disisi lain,
penyakit lupa ini menimbulkan kebutuhan mengatasinya yang dilain sisi kebutuhan ini menciptakan
bisnis lumayan besar.
Kita
melihat orang melengkapi diri dengan beker,
diary, Ipad, hingga alarm.
Hal ini semuanya sekedar untuk mengingatkan bersangkutan agar semua
agenda tidak ada yang terlewatkan. Sama
halnya pula bila melihat orang
mempekerjakan seorang sekretaris, selain melakukan hal-hal menyangkut
kesekretariatan juga agar ada orang yang mengingatkan. Semakin kita sibuk, semakin besar pula biaya yang dikeluarkan untuk
menyiasati soal lupa ini.
Tapi
itulah manusia, secara alamiah kemampuan daya ingat kita terbatas. Ada peristiwa yang terekam lebih lama, ada
yang menancap sulit dilupakan, ada yang hanya numpang lewat berlalu dan tak
diingat lagi. Kita mengenang pengorbanan
para pahlawan bangsa yang telah mendahului, kita menghormati para pahlawan
iman, mengingat perjuangan para pelopor pendidikan melalui acara mengheningkan
cipta. Hal ini mengarahkan kita pada
ujar bijak “Bila anda berbuat baik kepada orang lain tulislah itu di atas pasir
tapi bila anda menerima perbuatan baik orang lain, tulislah itu di hati”. Tulisan di atas pasir akan cepat terhapus
namun yang tertulis dihati akan menjadi pengalaman, jadi sejarah dan bagian
dari kehidupan. Dengan demikian kita
tidak menjadi sombong dan terjerat kepongahan ketika menolong orang sehingga
terbiasa pamrih. Sebaliknya bila
menerima kebaikan, ingatlah juga untuk mengulurkan kebaikkan kepada orang lain.
Untuk
menyiasati soal lupa ini, ADEAR Center (Alzheimer’ Disease Education and
Referral) – memberi beberapa tip melatih dan mempertahankan daya ingat seperti:
1. Rencanakan pekerjaan, buatlah “to do lists”, gunakan memory aids seperti
catatan dan kalender. 2. Kembangkan minat dan hobi secara aktif, cari hobi yang
dapat melepas stress, anxiety, depression. 3. Tetap melakukan aktivitas tubuh
dan exercise seperti jalan kaki. 4. Hindari alkohol.
Siapa
yang datang berkunjung, apa pekerjaannya, dijenjang mana jabatannya, dia datang
dengan siapa dan bagaimana keadaannya adalah
pertanyaan yang seringkali mempengaruhi penerimaan seseorang didalam
jemaat. Atribut dan hal-hal yang nampak secara kasat mata dalam soal materi
sangat sering masih sangat berpengaruh dalam penerimaan membuat kita melupakan
esensi persaudaraan dalam jemaat. Bahwa haruslah kita menolong satu sama lain,
membantu satu sama lain, rendah hati satu sama lain, lemah lembut satu satu lain,
sabar satu sama lain, kasih satu sama lain, setia satu sama lain, mengampuni
satu sama lain, menerima satu sama lain, bersalaman satu sama lain, rukun satu
sama lain.
Mempunyai
pendidikan atau tinggal diluar negeri yang berbeda kultur bukan menjadi
pembenaran bahwa dia lebih mengetahui segala sesuatu dari orang lain sehingga
lupa bahkan abai pada tata krama local dan alpa memberi apresiasi kepada mereka
yang senior serta penyapaan kepada orang
yang lebih tua. Kadang kita terkejut melihat mereka yang melupakan sopan santun
ataupun pimpinan yang lupa kepada program yang telah dicanangkan.
Pernakah kita mendengar sindiran
bahwa semua kebenaran ada di gereja Advent tapi sayang sekali orangnya yang
tidak benar. Dibeberapa tempat hal ini
mungkin saja menjadi stigma kepada sebagian kita, kenapa? Karena merasa menerima dan mempunyai
kebenaran sehingga kita cenderung ekslusif. Dalam evangelisasi cepat
mengedepankan kebenaran doktrin dengan konsekwensi surga atau neraka tapi pada
keseharian kehidupan nyatanya “jauh panggang dari api” perilaku kita jauh dari
yang diajarkan. Lupa bahwa action
berbicara lebih keras dari pekabaran manapun.
Tapi itulah kita, ingin diingat
dan tidak dilupa tapi maukah juga kita mengingat orang lain, mengingat hal yang
baik bukan memperbesar minusnya supaya
saling menerima satu sama lain, saling mengangkat, saling mendoakan sebagaimana
Tuhan tak pernah melupakan kita walaupun “... seorang perempuan melupakan
bayinya sehingga ia tidak menyanyangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia
melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.”
Yesaya 49:15.