BAIT Ministry

Sabtu, 04 Januari 2025

EVALUASI BERHARGA DALAM BERTUMBUH DAN SEMAKIN DEWASA DALAM IMAN KEPADA TUHAN YESUS KRISTUS

 

EVALUASI BERHARGA DALAM BERTUMBUH DAN SEMAKIN DEWASA  DALAM IMAN KEPADA TUHAN YESUS KRISTUS

Oleh : Dr. Alva Tumbuan

 

Ibrani 5:13-14: “Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik daripada yang jahat”.

 


Euforia masyarakat Indonesia khususnya kalangan pemerhati dan pencinta olahraga sepak bola pasca suksesnya tim kesebelasan sepak bola kebanggan Indonesia, Timnas PSSI mencapai putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia dengan ahrapan akan berlanjut dan lolos Piala Dunia. Hampir semua media cetak dan elektronik di tanah air memberikan apresiasi dan penghargaan yang luar biasa bahkan terkesan “lebay” kepada seluruh pemain Timnas PSSI dan officers-nya. Terlepas dari euforia masyarakat tersebut, beberapa pengamat olahraga ini menganjurkan agar para pemain, pendukung dan media pemberitaan jangan sampai terhanyut dengan euforia ini, tetapi harus tetap mawas diri dan waspada karena pertandingan belum berakhir. Namun demikian para pengamat inipun “terpaksa” harus memaklumi akan hal ini mengingat Timnas PSSI cukup lama berada dalam kondisi “paceklik” prestasi internasional. 


Selanjutnya saya ingin menyampaikan peristiwa saya pikir cukup anyar terjadi pada saat itu. Terutama zaman skolastik – pertengahan (sekitar abad ke-9 sampai abad ke-15), dimana pada zaman itu para teolog gereja terkenal dan disegani  dikalangan jemaat kala itu mengkompromikan konsep kebenaran dengan filsafat ilmu pengetahuan. Para teolog gereja tersebut diantaranya Johanes Scotus Eriugena, Petrus Abelardus, Bonaventura, Albertus Agung dan Thomas Aquinas yang dengan begitu bangga dan percaya diri yang tinggi dalam pemaparan argumen-argumenya di tengah jemaat mempadukan teori-teori filsafat manusiawi dari Aristoteles, Plato dan Socrates sehingga argumen-argumen mereka ini kerap menyimpang dari exegese (penafsiran) yang sehat dari Alkitab. Kompromi konsep kebenaran Alkitab dan ilmu pengetahuna terus berlanjut hingga memasuki zaman Renaissance yang berlangsung antara akhir abad ke-15 dan abad ke-16. Di zaman ini, ilmu pengetahuan mulai dikembangkan oleh para ilmuan seperti Leonardo da Vinci, Nicolaus Copernicus, Johannes Kepler, Galileo Galilei. Zaman Renaissance ini pun dilanjutkan dengan abad rasio (The age of Reason) pada abad ke-17 dan abad pencerahan (The age of enlightenment) pada abad ke-18. Karya Galileo Galilei diteruskan oleh Sir Isaac Newton dan ilmuan lainnya. Newton mengembangkan Fisika Klasik. Newton sering disebut sebagai Bapak ilmu pengetahuan alam modern. Pada tahun 1687 Newton menulis bukunya yang sangat terkenal: "Philosophiae naturalis principia mathematica". Ilmu pengetahuan alam berkembang dengan pesat. Makin lama makin pesat, sehingga menimbulkan optimisme akan kesanggupan manusia. Tanpa disadari kewibawaan gereja dengan konsep kebenarannya merosot drastic terutama dengan Teori Geosentris versus Teori Heliosentris yang dikemukakan oleh Copernicus/Galileo hingga pada teori evolusi Darwin dan relatifitas Einstein. Padahal sebelumnya ada pemikir-pemikir Kristiani pada awal abad permulaan seperti Tertalianus, telah mengingatkan bahkan dengan tegas menolak kompromi filsafat, ilmu pengetahuan dengan konsep kebenaran Firman Tuhan karena hal tersebut adalah adalah sia-sia bahkan berbahaya. Bahkan pada abad 15 dan 16 itu telah ada gerakan reformasi yang dengan tegas melawan kompromi dan “perselingkuhan” ini, seperti yang dilakukan oleh John Wycliffe, Johanes Hus yang berani mati karena dibakar hidup-hidup oleh salah satu pemimpin organisasi gereja yang telah kompromi dengan filsafat ilmu, hingga reformasi paling besar yang dilakukan oleh Martin Luther.

 

Disaat sekarang ini pun masih banyak diantara para teolog, pemimpin dan pekerja dalam organisasi gereja hingga ke tingkat jemaat, seperti yang terjadi di negara-negara Eropa, kerap mengkompromikan hal ini, sehingga indikator-indikator tingginya tingkat keimanan dan kehidupan kekeristenan berdasarkan Alkitabiah kebenaran Firman Tuhan telah bergeser jauh dari porosnya. Memiliki materi yang melimpah, jabatan yang tinggi di organisasi gereja dan masyarakat, popularitas dan tingkat pendidikan yang tinggi selalu menjadi indikator utama tingginya tingkat keimanan dan kehidupan kekeristenan berdasarkan Alkitabiah kebenaran Firman Tuhan, padahal untuk meraihnya berasal dari hasil kompromi dan “perselingkuhan” antara konsep kebenaran Firman Tuhan dan keinginan duniawi. Dalam upaya melegitimasi kompromi dan “perselingkuhan” konsep ini, ada banyak diantara para teolog dan pekerja organisasi gereja mengembangkan suatu teologi yang sering disebut dengan istilah "Teologi Modern" dan ada pula yang menyebutnya "Teologi Liberal" berdasarkan kajian “ilmiah duniawi (keinginan daging)”. Teologi Liberal ini makin lama makin jauh menyimpang dari Alkitab dan tidak lagi menyentuh hati nurani dan rasio jemaat. Akibatnya gereja-gereja di-Eropa makin lama makin kosong, ditinggalkan oleh jemaatnya. Di-Amerika Serikat keadaan belumlah separah Eropa karena disana sekitar tahun 1920, ada suatu gerakan besar untuk "Kembali ke-Alkitab".

 

Bercermin dari peristiwa-peristiwa diatas bahwa euforia yang berlebihan atas sebuah kemenangan awal padahal pertandingan Belem usai serta kompromi dan “perselingkuhan” konsep kebenaran Firman Tuhan memiliki dampak yang sangat buruk dalam kehidupan manusia khususnya kita yang telah meng-“klaim” diri sebagai anak-anak Tuhan. Ingat, untuk memperoleh kesuksesan besar mewarisi kerajaan surga mulia seperti yang di janjikan Tuhan Yesus Kristus kita tidak boleh terlena dengan euforia ini dan menolak dengan tegas kompromi dan “perselingkuhan” konsep kebenaran dan keinginan daging yang terjadi di zaman ini. Hendaknya orang Kristen, khususnya kita jemaat GMAHK yang berprofesi sebagai teolog, filsuf, ilmuwan, penatua, aktivis gereja maupun jemaat "biasa", menaruh Firman Kebenaran yaitu Alkitab jauh diatas segala teori-teori (keinginan) buatan manusia. Belajarlah dari sejarah. Jangan mengutuk, tetapi jangan pula kompromikan Firman Kebenaran Tuhan Yesus Kristus dengan teori (keinginan) manusia yang manapun.

 

Semoga peristiwa-peristiwa ini menjadi bahan evaluasi berharga umat Tuhan yang telah ditebus oleh Darah Yesus Kristus di kayu salib, untuk meng-“update” diri berdasarkan Firman Kebenaran, mengambil dan melakukan langkah terobosan signifikan di tahun baru dan seterusnya dalam menghadapi kehidupan dunia yang semakin liar dan ganas ini. Marilah kita semakin bertumbuh dan semakin dewasa dalam Iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Semoga Tuhan Yesus memberkati kita semua, Amin. ***


0 komentar:

Posting Komentar