BAIT Ministry

HUT BAIT ke 1 di Megamendung Bogor

Kunjungan ke Jemaat Sentul dan Panti Asuhan di Bogor dalam rangka HUT BAIT Ministry ke 1.

BAIT Ministry di Toraja

Kunjungan BAIT Ministry ke SLA Mebali dan berbagai tempat wisata dalam rangka HUT BAIT ke 3.

Kunjungan BAIT Ministry ke Palu

Kunjungan BAIT Ministry ke Palu Dalam Rangka HUT BAIT Ministry ke 4.

KKR Bait Ministry di Kotamobagu

KKR BAIT Ministry di Kotamobagu Dalam Rangka HUT BAIT Ministry ke 5.

Baptisan BAIT Ministry di Kotamobagu

Baptisan Setelah KKR Dalam Rangka HUT BAIT Ministry ke 5 di Kotamobagu.

Selasa, 31 Desember 2024

Melihat Ke Belakang dan Ke Depan

 

Melihat Ke Belakang dan Ke Depan
Oleh : Pdt. Sammy Lee

 

Kita sedang menunggu detik-detik lonceng sedang mendekati akhir tahun.  Didepan kita terbentang satu tahun yang baru dengan segala janji dan kemungkinannya.  Dibelakang kita juga terbentang boleh dikata satu tahun yang sudah mendekati akhirnya atau kita boleh sebutkan tahun lama, dengan segala peristiwa dan pengalaman yang kita lalui.  Ada yang baik dan ada juga yang buruk. 

 
Tapi kita tidak bisa berbuat sesuatu apa pun mengenai apa yang sudah terjadi dimasa lampau.  Tersisa hanyalah bagi kita kesempatan untuk memperbaiki prestasi atau hasil usaha kita dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya menghadapi hari-hari yang mendatang itu.  Bangsa Gerika dan Romawi merayakan hari yang disebut Tahun Baru pada tanggal 1 Januari, karena menghormati Dewa Janus, yang menurut mitos bangsa kafir itu adalah tokoh yang bermuka dua, satu menghadap kedepan dan yang lainnya menghadap kebelakang.
 
Sebaliknya bangsa Yahudi umat pilihan Tuhan diperintahkan untuk merayakan Tahun Baru mereka pada bulan Maret atau permulaan April, yaitu tepat pada permulaan musim Semi dan bersamaan dengan Hari Raya Paskah.  Itu merupakan saat yang baru bagi mereka berdiri sebagai satu bangsa yang merdeka dan berdaulat, terlepas dari penjajahan sebagai budak belian dan pekerja paksa dari bangsa Mesir.  Hari itu juga merupakan suatu hari dimana mereka melihat kebelakang pengalaman yang penuh kegetiran dan kesusahan dalam penindasan satu bangsa yang kejam dan sombong.
 
Pada hari itu mereka bisa bersuka karena menjadi umat pilihan yang menghadapi hari depan yang cerah dengan janji-janji sangat muluk, indah dan bahagia dari Tuhan mereka.  Mereka akan menduduki Tanah Perjanjian yang tanahnya digenangi atau dialiri dengan air madu dan susu, artinya limpah ruah dalam segala kebutuhan  hidup mereka, kalau saja mereka mau membiarkan Tuhan Allah mereka memimpin mereka sesuai dengan rencanaNya yang penuh kasih, kebijaksanaan dan kuasa.
 
Namun mereka telah membangkang dan menjadikan Dia marah sehingga akhirnya mereka dibuang atau ditolakkan sebagai satu bangsa.   Kita sekarang adalah pengganti bangsa Israel sebagai umat pilihan Tuhan.
 
Kita juga sedang menghadapi hari-hari terakhir menjelang suatu pengalaman yang baru di Tanah Perjanjian Samawi, Kota Yerusalem Baru, Negeri Suci Ibu Kota Kerajaan Allah.
 
Para penulis BAIT telah telah mempersiapkan hidangan rohani yang diperlukan untuk menghadapi hari depan kita yang bisa gemilang ataupun guram dan penuh kesusahan.  Kedua kemungkinan itu tergantung ditangan kita.  Seperti kepada umat Israel purba, maka kepada umat Israel rohani dizaman modern inipun pilihan dibeberkan Tuhan dihadapan kita:
 (Ulangan 28:1, 2, 15)
"Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.
Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu:…

"Tetapi jika engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan tidak melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka segala kutuk ini akan datang kepadamu dan mencapai engkau:…..” yang kita tidak ketahui berapa lagi yang dapat kita capai dan rayakan sebelum dunia ini berakhir sejarahnya, dengan begitu rupa supaya kalau tahun ini adalah merupakan tahun yang terakhir, kita telah lakukan yang sebaik-baiknya untuk mempersiapkan menjadi layak dijemput sebagai warga Kerajaan Allah yang bahagia dan abadi.  Selamat Tahun Baru, dan selamat bersuka cita setiap hari didalam Tuhan. 


Minggu, 22 Desember 2024

Pestanya atau Natalnya

 

Pestanya atau Natalnya

Oleh : Ellen Mangkey

 

Minggu ini merupakan minggu tersibuk untuk persiapan Natal yang saat rubrik ini ditulis, waktunya tinggal beberapa hari lagi. Minuman bersoda produk bermerek, minuman sirup, kue-kue beserta pernak-pernik Natal seolah sudah harus ada di setiap rumah orang yang hendak merayakan Natal. 

Ketika pohon natal terbesar di Indonesia dinyalakan beberapa waktu lalu oleh gubernur Sulawesi Utara, SH Sarundajang bersama isteri, Deetje Tambuwun, ribuan kembang api menghiasi angkasa di pinggir laut Manado dan ratusan penyanyi gabungan koor-koor terkemuka di Sulut, juara berbagai kompetisi internasional menyanyi bersama lagu-lagu Natal nan merdu. Mereka juga menyanyikan Halleluyah Chorus.  Alangkah agung dan megah suasana yang tercipta di senja hari itu, membuat bulu kuduk berdiri. Sebagian besar undangan dan masyarakat yang memadati lokasi pohon di bilangan Boulevard Manado,bahkan berteriak dan bersorak histeris. Adalagi yang tunduk hening, berdoa. 

Sebagai wilayah dengan mayoritas penduduk umat Kristiani, tak terhitung perayaan Natal yang berlangsung di Sulut dengan acara indah dan berkelas yang menyusul sesudah peresmian The Star of Hope tadi. Biaya yang dikeluarkanpun tak tanggung-tanggung. Perayaan natal salah satu bank terkemuka di Sulut diperkirakan menelan lebih dari dua ratus juta rupiah, didanai dengan cara mengumpulkan sumbangan ‘sukarela’ dari seluruh karyawan. 

Mundur sejenak dua ribu tahun yang lalu, di sebuah kandang ternak di pinggiran Betlehem, Israel. Seorang bayi mungil, sehat dan lugu, pusat seluruh alam semesta dan merupakan sebab musabab, ihwal  Natal itu sendiri, berbaring tenang di atas tempat makan ternak yang tersusun atas rumput-rumput kering sebagai kasurnya. Tak ada sofa yang empuk, tak ada pohon Natal dan lampu berwarna-warni apalagi kembang api. Di saat ternak mengorok dan bau amoniak merambah ke mana-mana, bayi Yesus tertidur nyenyak dan sorga bernyanyi:  "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." 

Meski peradaban dunia waktu itu belum se-modern saat ini, kandang tetap bukanlah tempat yang layak untuk dipandang. Tempat itu penuh kehinaan dan keprihatinan. Tetapi, tempat yang sangat sederhana itu harus menjadi tempat pertama bagi Yesus meletakan kepala di dunia ini. Cacah jiwa yang diperintahkan Kaisar Agustus menyebabkan banyak orang asal Betlehem harus pulang ke daerahnya untuk mendaftarkan data kependudukan. Hal ini menyebabkan Betlehem penuh sesak dengan orang yang pulang kampung sehingga hotel, penginapan dan rumah kos dijubeli pengunjung, mungkin harga menginap naik tinggi. Tak ada orang yang rela menyediakan rumahnya, menyisihkan waktu, perhatian bahkan materi bagi Maria yang waktu itu sangat membutuhkan tempat melahirkan. Ketika Yesus tumbuh dewasa, Ia  kemudian berkata, “sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukanNya untuk Aku.” 

 Kristus telah hadir di dunia ini untuk menjangkau manusia yang semuanya berdosa. Ia tak pandang si kaya atau si papa. Ia telah hadir dalam kesederhanaan, kepasrahan dan kerendahan hati.  Di tengah sukacita perayaan Natal di mana pernak-pernik Natal sangat mempengaruhi suasana seperti sekarang ini, adakah teladan Yesus hadir di hati? Ataukah kita hanya terpesona pada pestanya, perayaannnya dan eforia Natal  yang semakin hari semakin dimodifikasi. Adakah kerendahan hati Yesus hadir di tengah kemegahan dan kemeriahan pesta Natal? Ataukah tuntutan hidup untuk melengkapi kebutuhan akan pernak-pernik Natal telah meraih perhatian kita dari makna Natal sebenarnya yakni Yesus sendiri?. 

Momentum Natal bukanlah sebagaimana hari Sabat yang diperintahkan Allah untuk diingat dan disucikan. Hari dan tanggalnyapun tidak ada yang tahu persis. Peristiwa Natal telah berlalu. Kedatangan Yesus yang pertama telah terjadi. Kini, saatnya para pengikutNya mempersiapkan diri untuk menyambut kedatanganNya yang berikut, kedatanganNya yang kedua kali. Sang Natal, yakni Yesus sendiri, kini telah bertahta dalam kemuliaan sorga dan akan datang kembali sebagai Raja untuk menjemput umatNya yang setia kepadaNya. 

Yesus sudah lahir dan Ia sudah bangkit. Tetapi, dia akan datang segera.  Kutipan lagu karya Wayne Hooper berikut dapat menjadi renungan Natal kali ini: “The Lord is coming, are you ready; Would your heart be right, if He came today?” Yesus akan datang, segera. Jika Ia datang saat ini, adakah dirimu didapatiNya memiliki kebenaranNya? (*)


Sabtu, 21 Desember 2024

Makna Natal 3 Dimensi

 

Makna Natal Dalam Tiga Dimensi:  

Masa Lalu, Masa Sekarang dan Natal Masa Depan

Oleh : Pdt. Kalvein Mongkau

 

A.  Makna Natal Kristen:  Dimensi Masa Lalu Yesus Kristus

Nubuatan Alkitab Terkait Kelahiran Mesias.  Nabi Yesaya dan Mikha telah menubuatkan tentang sang perawan perempuan dan Anak laki-laki yang akan dilahirkan yang merujuk kepada keMesiasan Yesus Kristus.  Yesaya bernubuat, “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda:  Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel (Yesaya 7:14).   Nabi Mikha menubuatkan kedatangan Mesias sebagai berikut:  “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.  Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan; lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan kembali kepada orang Israel.  Maka ia akan bertindak dan akan menggembalakan mereka dalam kekuatan TUHAN, dalam kemegahan nama TUHAN Allahnya; mereka akan tinggal tetap, sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi, 5:4 dan dia menjadi damai sejahtera” (Mikha 5:1-4a).  Dalam Wahyu 12:5 tercatat bahwa “perempuan itu  melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.” Bahkan Menurut Galatia 4:4, 5 bahwa “setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.”

Eksitensi Masa Lalu Yesus Kristus.   Alkitab sendiri sudah mencatat eksistensi atau keberadaan masa lalu dari Yesus Kristus.  Dalam surat 1 Petrus 1:20 disebutkan, “Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.”  Dalam Kolose 1:17 disebutkan, “Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.”  Dan Kolose 1:19 Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia  “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibrani 13:8). 

Tema Ajaib Penjelmaan.  Menurut rasul Paulus, tema penjelmaan Kristus ini adalah suatu rahasia ibadah. 

1 Timotius 3:16 Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: "Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan.  Yesus, Yang Agung sorga, Raja istana sorga, menanggalkan tahta kemuliaan-Nya, Panglima Tinggi-Nya, dan datang ke dalam dunia kita untuk membawa pertolongan ilahi kepada manusia yang jatuh, yang lemah di dalam kekuatan moral, dan dirusakkan oleh dosa.  Ia memakaikan keilahian-Nya dengan kemanusiaan, bahwa ia mungkin mencapai bagian yang paling dalam dari manusia yang malang dan celaka, mengangkat tingga manusia yang sudah jatuh.  Oleh mengangkat kepada diri-Nya manusia alami, ia mengangkat kemanusiaan did lam skala moral yang bernilai dengan Allah.  Tema-tema besar ini terlalu tinggi, amat tidak terbatas, untuk pemahaman pikiran yang terbatas.[1]    

Ini menunjukkan bahwa pada saat orang-orang Kristen memperingati kelahiran Kristus maka sesungguhnya adalah penting bagi mereka untuk memperingati kelahiran-Nya yang berfokus pada Yesus Kristus bukan hanya pada format, liturgi perayaan dan upacara-ucarara ritual keagamaan berbentuk ibadah-ibadah natal.   Satu-satu-Nya upacara yang diperintahkan Yesus Kristus untuk dilakukan adalah memperingati atau merayakan peristiwa kematian-Nya pada upacara Perjamuan Kudus.   Yesus berkata, “"Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku;  perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1 Korintus 11:25, 26).  Tidak ada lagi catatan yang dapat ditemukan dimanapun dalam Alkitab terkait perintah Yesus untuk merayakan suatu perayaan terkait diri-Nya sendiri termasuk hari Kelahiran-Nya.  Dan perkataan-perkataan Yesus di dalam 1 Korintus 11 tersebut itu adalah penetapan yang sudah final, tanpa dikurangi atau ditambahi lagi oleh rasul-rasul atau bapa-bapa gereja.  Nah, oleh karena Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya (Ibrani 13:8) maka perkataan-perkataan dan kleim dari Yesus Kristus melalui firman-Nya pun yang tetap sama baik kemarin, maupun hari ini dan sampai selama-lama-Nya. 

Sesungguhnya tidak ada perintah secara literal dalam Kitab Suci yang mencatat terkait penetapan tanggal dan perayaan hari Kelahiran Yesus Kristus.  Itu berarti bahwa perayaan Natal Yesus Kristus adalah hari raya buatan atau ciptaan manusia.  Salah satu gagasan-gagasan agama yang mendominasi abad kedua dan ketiga adalah kepercayaan di dalam keilahian Matahari  … Keilahian ini adalah menjadi minat khusus bagi para peneliti Kristen, karena hari raya tahunan (bangsa Roma kafir) ini jatuh pada tanggal 25 Desember dan hubungannya dengan atal Kristen sudah menjadi diskusi yang berlarut-larut. Secara jelas musim dingin sebagai titik balik Matahari, ketika kekuatan intensitas cahaya Matahari  berkurang, yang cocok untuk perayaan hari raya dewa Matahari .  Hari tersebut  di dalam sebuah pengertian menandai kelahiran sebuah Matahari  baru.  Tetapi alasan untuk memilihnya sebagai hari perayaan Kelahiran Kristus tidak terbukti…Identitas tanggal itu lebih dari sekedar sebuah kejadian yang kebetulan. Dipastikan bahwa Gereja tidak sekedar mengambil hari raya dewa Matahari  yang populer tersebut Hal itu melalui parallelisme antara Kristus dan Matahari  bahwa tanggal 25 Desember datang menjadi tanggal kelahiran Kristus…..Malahan Epiphanius, pada abad keempat di kota metropolitan Cyprus, walaupun memberikan tanggal 6 Januari sebagai tanggal kelahiran, menghubungkan peristiwa tersebut dengan titik balik Matahari.  Betapapun, perbedaan makna dari hari libur kafir yang populer secara menyeluruh adalah sesuai dengan kebijaksanaan Gereja.  Terhadap perayaan nyata dari hari raya Kelahiran Kristus, itu sudah ditambahkan, tidak ada bukti memuaskan lebih awal dari abad keempat.  Pemeliharaan pertama kalinya di Roma pada tanggl 25 Desember yang berlangsung di tahun 353 atau tahun 354 (Usener) atau di tahun 336 (Duchesne).  Di Konstantinopel nampaknya itu sudah diperkenalkan di tahun 377 atau 378.

 

B.     Makna Natal Dimensi Masa

      Sekarang Yesus Kristus

Bukankah sudah jelas bahwa makna kelahiran Yesus Kristus itu telah disampaikan oleh Allah melalui malaikat-malaikat-Nya, yakni "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." (Lukas 2:14).  Itu berarti bahwa kalau ada di antara kita yang belum merasakan kemuliaan dan damai sejarahtera Yesus Kristus itu maka kita belum melihat secara jelas pribadi Yesus Kristus di dalam aura keindahan tabiat-Nya.  Sehingga dapat dikatakan bahwa kita belum melihat kemuliaan Allah itu sehingga kita belum memiliki damai sejahtera yang menyangupkan dan menjadikan kita berkenan kepada-Nya.  Ibrani 12:14 menyarankan kepada kita “berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.  Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah,…”  Jadi pada saat kita berusaha hidup damai dengan semua orang maka kita boleh berkenan kepada Allah.  Pada saat seseorang berkenan kepada Allah di dalam penilaian sorga maka kita akan disanggupkan mengejar kekudusan.

Memelihara Kedamaian dan Kekekudusan.   Kadang-kadang ada orang nanti kelihatan hidup dalam kekudusan pada saat beribadah merayakan Natal.   Ini yang orang Menado bilang burung taon atau ada juga dapat diironiskan dengan seorang imam besar yang masuk satu kali 1 tahun pada saat merayakan hari raya Pendamaian.  Penulis Ibrani mengingatkan kita pada pasal 10:25 “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”  

Saudaraku yang dikasihi Tuhan, pada satu sisi memang patut diakui bahwa kekudusan memang tidak dapat diukur oleh kehadiran sesorang secara rutin di setiap acara kebaktian namun, untuk mengukur tingkat kerohanian seseorang maka dapat ditentukan oleh kerajinannya untuk hadir di setiap jam kebaktian.  Karena di setiap jam ibadah termasuk ibadah Natal seperti ini maka kita boleh saling menasihati.  Dalam 1 Korintus 2:14 “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.”   Dan menurut penulis Ibrani bahwa semakin sering kita menghadiri setiap pertemuan ibadah dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat maka itu menunjukkan bahwa kita akan selalu mengakui eksistensi Yesus sebagai Allah yang sudah menjelma menjadi manusia yakni Yesus Kristus yang tetap sama baik kemarin, hari ini dan selama-lamanya (Ibrani 13:8).  Yesus Kristus tidak akan mungkin menjadi pokok keselamatan yang abadi (Ibrani 5:7-9) hingga hari ini kalau dia tidak menjelma menjadi manusia melalui peristiwa kelahiran-Nya kurang lebih 2000 tahun lalu.  Dan pengetahuan kita terkait Kristus sebagai pokok keselamtan yang abadi hanya dapat diperoleh pada saat seseorang menghadiri pertemuan ibadah.  Sehingga ia dapat bertumbuh di dalam kasih karunia dan pengetahuan akan Tuhan Yesus Kristus (2 Petrus 3:18).  Inilah yang dikenal dengan pertumbuhan iman melalui kasih karunia.  Pertumbuhan iman seseorang tidak akan mungkin terhadi tanpa kerajinan dan ketekunan beribadah. 

Dan pada sisi lain, satu fakta yang tak dapat dipungkiri adalah bahwa sebagai seorang yang tekun beribadah secara pribadi dan berjemaat maka ia akan dimotivasi untuk menjalankan tipe ibadah yang satu yakni mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia dan mengekang lidahnya (Yakobus 1:26, 27).  Menurut Yakobus bahwa itulah yang dinamakan ibadah yang murni dan tak bercacat di hadapan Allah. 

1:26 Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.  1:27 Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

Musim Kado-Kado Natal Bagi Maksud Allah.  Orang-irang tua seharusnya menyimpan hadiah-hadiah atau kado-kado Natal dari hadapan anak-anak mereka, dan mengarahkan mereka, garis demi garis, aturan demi aturan, di dalam kewajiban mereka kepada Allah,-bukan kewajiban mereka satu sama lain, untuk menghormati dan memuliakan satu sama lain oleh kado-kado Natal dan persembahan-persembahan.  Tetapi mereka harus diajar bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia, objek pemikiran,  usaha yang sungguh-sungguh;  bahwa pekerjaan ini adalah tema besar yang harus mengikat perhatian mereka;  bahwa mereka harus membawa kepada-Nya pemberian-pemberian dan persembahan-persembahan.  Demikian pun orang-orang majus dan gembala-gembala membawa pemberian-pemberian dan persembahan-persembahan kepada Yesus.[2]

Satu Hari Kesukaan dan Sukacita.    Saat tanggal 25 Desember dipelihara untuk merayakan kelahiran Kristus, anak-anak sudah harus diarahkan oleh aturan dan teladan bahwa ini inilah hari yang benar-benar hari kesukaan dan sukacita, engkau akan menemukannya sebuah cara yang sulit untuk melewati masa ini tanpa memberikannya perhatian.  Itu dapat dibuat untuk melayani satu maksud yang amat baik.  Orang-orang muda harus diperlakukan dengan sangat berhati-hati.   Mereka tidak harus meninggalkan Natal untuk menemukan kepelesiran mereka di dalam kesia-siaan dan mencari kepuasan diri, di dalam kepelesiran-kepelesiran yang mana akan merusakkan kerohanian mereka.  Orang-orang tua dapat mengawasi cara ini oleh memalingkan pikiran-pikiran dan persembahan-persembahan dari anak-anak mereka kepada Allah dan pekerjaan-Nya dan keselamatan jiwa-jiwa. [3]    

 

C.  Dimensi Masa  Datang Natal Yesus Kristus:  Implikasi Eskatologis

Di dalam surat I Petrus 1:3 terbaca bahwa “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,…..”  Ini menunjukkan bahwa rasul Petrus tidak terfokus kepada perayaan kelahiran Yesus Kristus pada saat ia menekankan rahmat Yesus Kristus yang telah melahirkan kembali kita (dirinya dan orang-orang Kristen di zamannya) di mana dilahirkan kembali bukan pada konteks kelahiran tetapi kepada konteks kebangkitan Yesus Kristus.  Jadi sepatutnya kita sebagai orang-orang Kristen dilahirkan kembali secara rohani pada konteks kebangkitan Yesus Kristus karena itu akan berorientasi secara sempurna kepada peristiwa eskatologis dari kedatangan Kristus kedua kali dimana bagi mereka yang telah mematikan segala dosanya di dalam Kristus maka secara rohani akan dibangkitkan kepada kelahiran baru pada masa kini.  Inilah yang Petrus maksudkan sebagai kelahiran baru oleh kebangkitan Kristus kepada suatu hidup yang penuh harapan.  Sehingga pada saat ia berkata bahwa “Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (dimensi masa sekarang) dan saksi penderitaan Kristus (dimensi masa lalu), yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak” (dimensi masa yang akan datang), sebagaimana yang ia tuliskan dalam 1 Petrus 5:1, maka ia sedang membawa setiap orang Kristen terfokus atau berorientasi kepada dimensi masa yang akan datang dari Yesus Kristus.  Dimensi masa depan Natal Yesus Kristus adalah jaminan kelahiran  baru segala eksistensi bukan dalam pengertian reinkarnasi tetapi memberikan jaminan keselamatan yang kekal secara eskatologis bahwa orang-orang percaya akan diobahkan dari tubuh yang fana mengenakan tubuh yang baka (1 Korintus 15:52-54). 

 

D. Fokuskan Natal Yesus Kristus Pada Dimensi Masa Lalu Masa Sekarang dan Masa Depan 

               Selaku umat percaya maka sudah selayaknya kita berorientasi kepada tiga dimensi waktu eksistensi Yesus yakni masa lalu kepada peristiwa kelahiran Kristus kurang lebih 2000 tahun lalu, dimensi masa sekarang kepada kesetiaan menghadiri setiap pertemuan ibadah sebagai orang Kristen agar kita saling menasihati dan semakin giat melakukannya sehingga kita memiliki konsistensi untuk tetap memfokuskan perhatian dan padangan iman kita kepada dimensi masa depan Yesus Kristus yakni kepada pengharapan akan janji kedatangan-Nya kedua kali.  Karena “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibrani 13:8).  Mereka yang hanya terfokus perayaan kelahiran Yesus Kristus berarti perhatian mereka hanya terpaku kepada dimensi masa lalu Kristus.  Karena bagi mereka sekali selamat sudah selamat sehingga mereka tidak akan pernah menganggap penting untuk mengadakan pertobatan yang sungguh-sungguh demi mengantisipasi peristiwa kedatangan-Nya yang kedua kali di dalam dan melalui pertobatan dan pembenahan serta pertumbuhan iman kehidupan masa kini.  Mereka yang hanya terfokus kepada minat-minat masa kini pasti mudah terjerumus kepada perkara-perkara sekuler yang bersifat sementara dimana tidak ada minat sama sekali untuk mendalami Kitab Suci yang memaparkan misi dan rencana keselamatan yang diwujudkan di dalam penjelmaan melalui kelahiran, kehidupan, kematian dan kebangkitan Kristus maka mereka tidak pernah terkenang kepada kehidupan, kematian dan kebangkitan Kristus bahkan mereka tidak merasa takut menghadapi penghakiman Allah.  Dengan demikian mereka tidak percaya juga terhadap janji pemenuhan pahala dan kehidupan kekal kepada mereka yang benar-benar telah menang dari segala ujian dan pencobaan masa kini.

               Sedangkan bagi mereka yang benar-benar memfokuskan perhatian mereka kepada ketiga dimensi waktu Yesus yang eksis di masa lalu, masa sekarang dan masa depan maka mereka tidak akan kehilangan arah dan pandangan hidup selaku orang Kristen karena ia akan tetap mengisi pikiran-pikirannya dengan berbagai pengetahuan  Alkitab terkait penjelmaan Yesus melalui kelahiran-Nya, kehidupan dan pelayanan Kristus yang mengangkat manusia dari keberdosaan, teladan penurutan yang yang sempurna terhadap hukum-hukum Allah, kematian-Nya di atas kayu salib, kebangkitan, dan pelayanan  pengantaraan-Nya di sorga sebagai Imam Besar Pernanjian Baru (Ibrani 7:25; 9:15) dan kedatagan-Nya yang kedua kali.  Sebagai orang percaya yang memiliki akses ke sorga maka pada masa sekarang ini sementara kita menanti kedatangan-Nya sebagai raja maka Yesus tidak hanya duduk atau tidur di sorga tetapi Ia adalah oknum yang hidup-hidup dan aktif untuk bekerja dalam mengantarai manusia dengan Allah pada saat mereka melayangkan doa-doa syafaat di hadapan hadirat Allah Bapa bahkan memanjatkan permohonan pengampunan atas dosa-dosa yang sengaja dan tidak sengaja (1 Yoh.  2:1;  1 Yoh. 5:15-17).  Sedangkan pada saat Ia masih berada di dunia ini Yesus pernah berkata kepada orang-orang pada jaman itu di dalam Yohanes 5:17: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga, apalagi ketika Yesus naik ke sorga sesudah kebangkitan-Nya.  Secara implisit, pekerjaan Yesus yang sedang duduk di sebelah kanan Allah Bapa sejak kenaikan-Nya bukan hanya mengajak Bapa-Nya ngobrol-ngobrol hal-hal yang tidak berguna tetapi hal-hal yang berguna bagi kepastian keselamatan kita semua. Jadi kalau kita hanya terfokus kepada peringatan sejarah kelahiran Yesus Kristus maka orientasi pemikiran kita seolah-olah hanya kepada bayi Yesus Kristus di masa lalu.  Sehingga orang akan cenderung mensakralkan eksistensi bayi Yesus dan tidak terfokus lagi kepada Yesus Juruselamat yang pernah bertumbuh dalam kasih karunia dan pengetahuan akan firman Allah sehingga Ia boleh dilayakkan menjadi pokok keselamatan abadi bagi umat manusia (Ibrani 5:7-9).   Segala kepenuhan Allah berdiam di dalam diri Yesus Kristus (Kolose 1:19) dan dengan kepenuhan Allah di dalam Yesus Kristus membuat kita beroleh kasih karunia (Yohanes 1:16).  Kepenuhan Allah itu adalah kuasa berupa kodrat ilahi yang tidak dapat dipindahkan kepada manusia sebagai makhluk ciptaan.  Mengambil bagian dalam kuasa atau kodrat ilahi itu menolong dan menyanggupkan umat-umat Allah agar luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia (2 Petrus 1:4).  Kuasa atau kodrat ilahi ini dapat diperoleh dengan cara menghidupkan satu ketergantungan total kepada Allah melalui doa-doa penyerahan diri secara terus-menerus.  Menyadari bahwa saat di dalam kondisi kemanusiaan-Nya yang rentan terhadap pencobaan dan kecenderungan untuk berdosa maka Yesus melatih dan mengadakan ketergantungan secara total dan berkelanjutan kepada Bapa-Nya (Yesaya 50:4; Markus 1:15;  Ibrani 5:7-9).     

Yesus yang kita sembah dan percayai bukanlah Oknum manusia Yesus yang memiliki fisik manusia yang tetap mengenakan tubuh bayi-Nya hingga kini.  Tetapi tanpa disadari oleh kebanyakan orang bahwa Yesus yang kita sembah sedang siap-siap untuk datang kedua kali untuk segera mengakhiri sejarah dunia ini dan menjemput orang-orang percaya dan mengkleim mereka sebagai umat kepunyaan-Nya sendiri.  Dan Yesus yang sedang bersiap-siap untuk datang ke bumi ini demi menjemput kita semua selaku orang-orang percaya adalah Oknum Pribadi kemanusiaan Yesus Kristus yang memiliki pemikiran dan rencana-rencana yang Advanced bukan lagi Yesus yang masih berada pada pemikiran yang Basic, atau Intermediate di dalam konteks rencana keselamatan.  Kalau Yesus yang kita sembah hanya memfokuskan perhatian umat-umat-Nya kepada perkara-perkara masa lalu ke masa kelahiran-Nya sekitar 2000 tahun lalu maka untuk apa saudara sudah beriman kepada-Nya.  Seperti kata Paulus bahwa kalau Yesus tidak dibangkitan maka sia-sialah pemeritaan Paulus dan sia-sialah juga kepercayaan kita sebagai orang Kristen (1 Korintus 15:14).   Dan adaikan perhatian kita hanya terfokus kepada kebangkitan-Nya 2000 tahun lalu maka kita tidak dapat menghayati dan mencermati makna dan fungsi pelayanan Kristus sebagai Imam Besar di sorga. Dan seandainya. Sehingga itulah yang  tercatat dalam Ibrani 5:12-14 bahwa “sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras.  Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.  Ini mengimplikasikan bahwa orang-orang Kristen yang sudah percaya kepada kebangkitan Kristus tapi tidak mempercayai pekerjaaan pelayanan Kristus sebagai Imam Besar di sorga maka orang itu tidak ada kuasa untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.  Artinya bahwa pada saat ia jatuh dalam dosa-dosa kelemahan pribadi sekalipun sudah pernah dibaptiskan maka ia tidak akan termotivasi untuk meninggalkan dosa-dosa yang sama dan itu akan menjadi praktek perbuatan karena kesalahan pengambilan keputusan sehingga ada unsur kesengajaan secara berulang-ulang.  Satu perbuatan yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan dan kebiasaan yang diulang-ulang akan akan membentuk tabiat.  Salah menggunakan kuasa memilih disebabkan karena ia tidak mempercayai peranan Roh Kudus yang sanggup  menghubungkan dirinya dengan Allah Bapa Imam Besar di sorga.  Padahal Alkitab secara jelas sudah memaparkan bahwa jika seseorang jatuh ke dalam dosa maka ia memiliki pengantara kepada Bapa yakni Yesus Kristus yang adil yang menjadi pendamaian dan penghapus terhadap segala dosa kita (1 Yohanes 2:1, 2, Yohanes 1:29).  Apabila ada seorang Kristen yang gagal datang menghampiri Allah, itu berarti karena Setan berhasil menanamkan dalam dirinya bahwa ia sudah tidak layak memperoleh kembali kasih karunia dari Allah.    

               Dan kalau pelayanan Yesus yang kita sembah di dalam rencana keselamatan hanya terhenti sampai di sorga sebagai Imam Besar dan tidak akan pernah datang sebagai Raja di atas segala raja pada dimensi waktu masa depan maka penyesatan Setan pasti akan sempurna.  Sehingga ia akan mengkleim bahwa dunia ini menjadi miliknya sepenuhnya, maka tidak akan ada kebangkitan orang percaya dan tidak akan ada orang yang diobahkan dari tubuh yang fana ke tubuh yang baka di akhirat nanti.  Tetapi oleh karena Setan tahu bahwa kedatangan Kristus pasti akan terjadi pada akhir zaman dan akhir dari sejarah dunia ini sudah sangat semakin mendekat (Wahyu 12:9, 12), maka ia akan mengerahkan segala energi, strategi dan berbagai bentuk penipuannya untuk mengalihkan perhatian orang-orang Kristen bersedia bagi kedatangan Kristus kedua kali.  Untuk itu ia menjadi pelajar nubuatan yang aktif dan terus-menerus mempersiapkan dirinya dan agen-agen aktif untuk peperangan besar terakhir.  Ia sedang mengantisipasi dimensi waktu eskatologis umat-umat Allah merencanakan untuk menggagalkan segala pekerjaan Allah untuk mempersiapkan umat-umat-Nya dan dunia ini menghadapi masa Advent kedua.  Dan salah satu strateginya adalah membuat orang-orang Kristen hanya terfokus kepada perayaan-perayaan, pesta-pesta pora, mabuk-mabukkan dan segala kepelesiran dunia ini. Tetapi rasul Petrus menasihatkan kita pada sore ini bahwa 3:3 Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. 3:4 Kata mereka: "Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu?  Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.  ***



[1] Ellen G. White, Review and Herald, December 9, 1884, parag. 3

[2] Ibid.

[3] Ibid.


Sabtu, 16 November 2024

Tuhan Tolong Singkirkan Farisi Saya

 

Tuhan Tolong Singkirkan Farisi Saya
Oleh : Pdt. Stenly Karwur (alm.)

alah satu topeng Farisi yang paling susah di lepas dari saya adalah: Merasa Diri Paling Benar & Paling Rohani. Dan saya sadar bahwa saya tidak akan dapat di pakai dengan lebih maksimal oleh Tuhan bila saya tidak menyingkirkan topeng farisi ini dan melihat kejahatan yang mengerikan dalam diri saya sendiri. 

Dalam Kisah 22:3, kondisi lahiriahnya meyakinkan Paulus bahwa Dia adalah orang yang bekerja atas nama kebenaran: "Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah…”.  Intinya, Paulus telah mencapai kedudukan yang paling baik dalam karir masa mudanya.   Namun apa fakta mengerikan sesungguhnya di balik kesuksesan tersebut?.  Sebagai seorang Farisi yang bertugas menulis dan menafsirkan hukum bagi orang lain, dia dapat menambahkan atau mengurangkannya sehingga tidak mungkin baginya, sebagai orang farisi, untuk melanggar hukum secara tidak sengaja atau karena lalai dan dengan cara ini dalam hal apa saja dia dapat mengklaim segala tindakannya benar dalam etika moral.  Jadi kebenaran itu bagi Paulus adalah system, bukan kemurnian batin.  Baginya kebenaran itu bukan masalah dalam tapi hanya masalah luar yang merupakan hasil dari memanipulasi hukum yang menghadiahkannya kebenaran secara teknis walaupun dengan hati dingin. 

Bagaimana Paulus akhirnya mampu melepaskan topeng farisinya tersebut dan menjadi seorang Rasul Kasih Karunia Allah?  Sangat sukar, namun saya dapati bahwa Paulus memerlukan suatu pertemuan yang ajaib dengan Tuhan dan mata yang di butakan untuk melucuti kebenaran topeng farisinya yang telah berakar bagaikan kulit badak tersebut.  Ini sangat mengejutkan bahkan sangat menyakitkannya.  Dalam sekejap semua posisi kekuasaan yang dia percayai di milikinya sebagai wakil Tuhan yang dia sering gunakan untuk mengendalikan dan memerintah orang banyak tiba-tiba berakhir dalam sekejap.

“Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” (Kis 22:7), kata-kata ini menjegal perasaan paling benar dan kesombongannya sebagai orang farisi.  Inilah Saulus yang sedang membela kebenaran dan memburu mereka yang mengaku pengikut jalan Tuhan, dan tiba-tiba Tuhan  menunjukkan diri-Nya dan menyetarakan diri dengan orang-orang yang justru akan dia bungkam.  Ini sungguh menyakitkan, namun inilah faktanya.   Sayapun menyadari sifat ini ada pada saya.  Seringkali bilamana orang yang saya harapkan untuk mendukung ide-ide saya justru membantu orang lain menghancurkan saya, ini sangat menyakitkan.  Saya justru akan menganggapnya sebagai pengkhianat dan tidak pernah akan saya maafkan. 

Tidak ada yang dapat di lakukan Saulus selain “Tersungkur ke tanah…”.  Ini reaksi alamiah orang yang berhati hancur dan putus asa.   Secara pribadi, saya menyimpulkan kondisi Saulus ini sebagai sikap kerendahan hati yang seharusnya bagi saya atau siapa saja tatkala menghadapi kebenaran yang dari Allah.  Bila seseorang bertemu dengan Allah, maka kerendahan hatinya akan membuatnya tersungkur untuk menyesali dosa-dosanya agar dapat di ubahkan. 

Tuhan ingin Saulus berhenti melayaninya dengan mengatas namakan kebenaran dan tradisi, duduk diam dan menunggu perintah dari Roh Kudus.  Untuk keluar dari kondisi yang menyakitkan untuk dapat menyesuaikan diri dengan rencana Tuhan, dalam kasus Saulus, di butuhkan waktu 14 tahun (Galatia 1:17; 2:1).  Jadi Saulus bukan hanya bertemu secara ajaib dengan Tuhan, tapi juga menjalani proses belajar yang panjang. 

Kebiasaan lama sukar di ubah, itu sebabnya pemimpin harus menjadi murid, pemandu jalan harus merelakan diri untuk di tuntun (22:11), selaput mata harus gugur (22:13), barulah kulit badaknya dapat di kupas keluar.  Saya bergidik membayangkan perasaan Saulus saat itu.  Mengapa?  Orang Farisi biasanya suka curiga pada orang lain.  Mereka merasa lebih tinggi dari orang lain dan lebih suka bergantung pada diri sendiri.  Namun sekarang Saulus telah buta total dan terpaksa harus mempercayai orang lain untuk menuntunnya dan ini adalah pengalaman yang mengerikan yang berlawanan dengan sifat farisinya.  Namun saya percaya inilah cara kerja Tuhan untuk menanggalkan topeng farisi manusia.  Ia merendahkan  kita sehingga kalau bukan karena campur tangan-Nya, tidak ada yang dapat menebus kita dari kebutaan rohani yang berlapis topeng ini. 

Walaupun menghadapi semua pengalaman yang menyakitkan ini, namun Saulus belajar untuk pasrah dan siap mendengar.  Keangkuhan dan kesombongannya telah gugur bersama gugurnya selaput kebutaannya sehingga dia merasa tidak punya apa-apa lagi yang perlu di banggakan.  Saat itu juga dia bertobat dan member diri di baptis (9:18-19). 

Oh Tuhan tolonglah agar sayapun sanggup menyingkirkan topeng farisi saya dan menyingkirkan kejahatan paling mengerikan dalam diri saya yang seperti Paulus ini, Amin


Sabtu, 19 Oktober 2024

Tetanggaku Siapa Ya ?

 

Tetanggaku Siapa Ya ?
Oleh : Pdt. Moldy R. Mambu

Anda kenal dengan tetangga?  Umumnya kita  mempunyai hubungan yang baik dengan mereka yang tinggal di sekitar rumah.  Sebagai tetangga kita mengenal mereka satu persatu, bertugas dimana, jumlah keluarga sampai kepada nama anak-anak.  Atau mungkin saja kita tidak mempunyai tetangga  karena hidup di apartement perkotaan yang individualistis. Namun pasti kita mempunyai sahabat, punya suatu lingkungan, mempunyai “circle” sendiri yang terdiri dari orang-orang disekitar kita. Bisa saja hubungan itu terbentuk karena kesamaan tempat kerja, kesamaan hobby, kepercayaan atau karena struktur.  Sebab tidak bisa manusia hidup sendirian, no man as an island, hanya pulau yang boleh berdiri sendiri ditengah laut, manusia adalah mahluk social.  Tetangga maupun sahabat adalah sangat penting.  Dalam kenyataan bahwa adalah lebih banyak support didapatkan dari tetangga dan sahabat daripada keluarga sendiri yang berada jauh dari kita.  Sebagai orang Advent, apakah yang dilihat para tetangga dan sahabat dari kehidupan kita?

 

Dalam sebuah baptisan hasil KKR di Surabaya dan Jakarta beberapa anggota yang baru di baptiskan memberi kesaksian menarik ketika ditanyakan mengenai bagaimana mereka menerima Yesus Kristus sebagai juruslamat pribadi dan memilih denominasi Gereja Advent untuk menjadi anggota.  Menurut mereka bahwa mengikuti seri KKR itu adalah puncak sebuah piramida.  Ketertarikan dan motivasi yang menjadi dasar untuk mencari tahu lebih jauh mengenai Advent dan ajarannya sudah sejak lama malahan sudah bertahun dan diawali karena mempunyai tetangga dan sahabat orang Advent.  “Perilaku orang Advent itu unik, lain dari yang lain” yang membuat mereka ingin mengetahui lebih dalam. Selanjutnya mereka menggaris bawahi hubungan persahabatan yang ditandai dengan kebaikan, keterbukaan dan kejujuran yang dipunyai teman mereka yang orang Advent adalah sangat berkesan. 

 

“Kami perhatikan bahwa tetangga kami yang Advent  mengasihi Tuhan melebihi segala sesuatu dalam kehidupan mereka. Hari perbaktian adalah Sabtu bukannya Minggu ataupun Jumat menurut firman Tuhan, tak ada kaleng bir ataupun botol anggur dirumah mereka. Mereka sangat menghargai kesehatan, selalu gembira dan hangat, mereka bekerja sungguh-sungguh untuk memperbaiki lingkungan dan pula ingin mendengarkan rahasia kebahagiaan rumah tangga orang lain untuk di contoh”, papar seorang anggota yang baru dibabptis.  Lebih lanjut para anggota baru itu mengatakan bahwa apa yang mereka lihat dalam hubungan social menunjukkan  orang Advent menerima siapa saja tanpa membedakan asal usul, status, latar belakang seseorang dan selalu ada senyum kedamaian dimana saja apakah di pasar ataupun pada situasi yang sulit.  “Kami sangat terkesan melihat  orang Advent yang walaupun mengalami kesulitan sebagaimana manusia umumnya seperti stress maupun malapetaka tapi dalam merespons hal-hal berat tersebut itulah yang membuat mereka berbeda. Nampaknya dikedalaman hati mereka terdapat damai yang menyanggupkan senyum kepada musuh sekalipun.  Pandangan mereka jauh melampaui kesulitan manapun termasuk ketidak pastian masa depan, karena mereka tau betul apa yang akan terjadi setelah itu dengan dunia ini”, ungkapnya lebih lanjut diacara kebaktian Pemuda Advent pada satu Sabat Sore.

Betul, ada banyak hal yang boleh ditambahkan pada kelebihan yang dipunyai oleh orang Advent.  Apakah mereka mengalami juga dukacita maupun penyakit? Ya tapi mereka mempercayai bahwa kasih Allah yang akan menghibur duka.  Adalah benar  majalah National Geography menyaksikan bahwa di Loma Linda Amat Advent hidup lebih lama. Namun kalaupun sakit penyakit bahkan kematian terjadi, hal ini akan diterima dengan iman bahwa apa yang terjadi di dunia adalah “nothing” bila dibandingkan dengan sukacita hidup selamanya dengan Tuhan di surga. Tetangga, para sahabat, orang-orang disekitar, diketahui maupun tanpa kita sadari akan memperhatikan tingkah laku serta sikap yang yang kita ambil dari saat ke saat.  Apa yang mereka lihat?  Sudah pasti yang menarik bagi mereka bukanlah kekayaan, kedudukan, status maupun kelebihan lahiriah lainnya. Tapi yang berkesan adalah kehidupan manusia biasa yang sudah diubahkan oleh Yesus Kristus, umat yang menanti kedatangan Tuhan ke dua kali.



Sabtu, 14 September 2024

Takut ???

 


Takut ???
Oleh : Yoshen Danun

 


Satu waktu saya mendarat di Bandara Juanda dengan penuh was-was.  Penerbangan dari Jakarta harusnya memakan waktu hanya 1 jam, tetapi karena cuaca jelek, sementara hujan deras dan berawan, sehingga pesawat Garuda harus putar-putar di udara selama lebih dari setengah jam baru bisa mendarat dengan selamat.

Saat pengumuman dari pilot menyatakan jarak pandang terbatas di bandara Juanda, saya sudah mulai berpikir, jangan-jangan ini dialihkan ke Bali. Sementara pesawat berputar-putar dalam awan yang tebal, pesawat bergoncang, coba turun, naik lagi akhirnya rasa takut saya jadi muncul.  Apa jadinya kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dari pesawat ini.  Mulutpun mulai kumat kamit melayang doa kepada Sang Khalik, dan saya melirik ke kiri dan ke kanan, semua orang tenang sambil merasa cemas mungkin juga seperti saya berdoa.

Ternyata semua umat manusia, selalu dilanda rasa takut bila menghadapi rasa genting, apalagi mereka yang sedang berada di udara.  Semua kepasrahan sudah diserahkan kepada Yang Kuasa, sambil memikirkan bagaimana nanti keluarga yang ditinggal jika terjadi kecelakaan.  Tidak memandang orang yang saleh sekalipun, saya mempunyai keyakinan, mereka juga ada rasa was-was dalam keadaan seperti ini.

Kita beruntung, karena ada seorang hamba Tuhan, Raja Daud yang sudah mengalami bermacam-macam peristiwa yang bisa merenggut nyawanya, baik itu di hadapan Raja Saul, baik itu menghadapi bintang buas, melawan orang Filistin, semua hanya selangkah dari maut.  Raja Daud menuliskan dalam Mazmur 55:23 Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.  Ayat ini ditulis sudah tentu karena pengalaman.  Selama hidupnya Raja Daud yang penuh ancaman dan situasi yang mengkawatirkan bisa diredahkan dengan menyerahkan diri kepada Tuhan.

Apakah kita bisa seperti Raja Daud?.  Kenapa tidak!.  Sepanjang kita memang berserah kepada Tuhan dengan sepenuh hati, dan tulus mengikuti perintahnya, penulis percaya bahwa rasa takut bisa berlalu digantikan dengan pengharapan yang membawa percaya diri dan bebas dari ketakutan.

Karena itu, apapun profesi kita, keadaan buruk apapun yang kita hadapi, marilah menghadap Tuhan untuk menyerahkan sepenuh jiwa raga kita kepada-Nya dan mengimani kekuasaan Tuhan yang serba mampu.  Pengalaman saya, sudah tak terhitung pengasihan dan perlindungan Tuhan atas jalan hidup saya.  Terkadang saya ragu, apakah saya bisa menjalani hidup ini dengan kondisi seperti ini?.  Tetapi nyatanya Tuhan memberikan lebih dari yang saya harapkan.  Rasul Paulus menasihatkan kita dalam II Tesalonika  2:15 Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis. Menghilangkan rasa takut, dengan berdiri teguh pada ajaran Tuhan dengan berpengharapan Tuhan akan melindungi setiap orang yang berserah kepadanya, maka rasa takut kita akan sirna oleh kasih Tuhan.

Sabtu, 03 Februari 2024

BELAJAR DARI AHASYWEROS, WASTI DAN ESTER

 

BELAJAR DARI AHASYWEROS, WASTI DAN ESTER

Oleh : Pdt. Jacky Runtu

 

 

Siapa Wasti ?  Ester 1:8 “sang Ratu” ini juga adalah satu jabatan terhormat tentunya. Siapa sang Raja ? Ester 1:1 “Raja Ahasyweros, yang merajai 127 daerah” Kapan dan apa yang mau dipelajari dari Wasti ?

 

A

hasyweros, Ester 1:3 “ pada tahun ketiga pemerintahannya” ; Ester 1:4 “memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya … sampai 180 hari “ Ester 1:5 “setelah itu … mengadakan perjamuan lagi 7 hari lamanya bagi seluruh rakyatnya dari orang besar sampai orang kecil” Ester 1:10 “pada hari yang ketujuh” ( perayaan itu ) Ester 1:11 “Wasti (harus) memperlihatkan kecantikannya kepada sekalian rakyat dan pembesar-pembesar (untuk menunjukkan) sang ratu sangat elok rupanya” namun, Ester 1:12 “ratu Wasti menolak”. Akibatnya Ester 1:19 “Wasti dilarang menghadap raja Ahasyweros, dan mengaruniakan kedudukannya sebagai ratu kepada orang lain” Ester 2:17 “Ester … diangkat menjadi ratu ganti Wasti” 

Mungkin ada pelajaran yang bisa diambil mengenai rumah tangga dan pelajaran lainnya. Tetapi sekarang mari kita mengambil pelajaran mengenai jabatan atau kedudukan. Dalam hal ini yang memiliki jabatan itu ialah Wasti sebagai ratu dan Ahasyweros sebagai raja. 

1.       Ahasyweros sebagai pemegang jabatan, bersikap otoriter terhadap kaum lemah dalam hal ini wanita yaitu istrinya ratu Wasti, sekalipun itu hasil dari nasihat penasihat kerajaan. Terkadang mereka yang memegang jabatan bisa bertindak otoriter terhadap bawahannya dan berlindung di bawah keputusan majelis dengan beralasan itukan keputusan majelis, padahal dalam mengambil keputusan dominasi pemegang kekuasaan sangat tinggi. Kita berharap mereka yang memiliki jabatan, akan benar-benar mengambil keputusan sesuai pertimbangan yang terbaik, yang tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi. 

2.       Ahasyweros membuat pameran kekayaan kemuliaan kerajaannya selama 180 hari, merupakan pemborosan dan pertunjukkan kesombongannya. Sampai-sampai istrinyapun dipandang sebagai bagian dari kemuliaan kerajaan, sehingga menjadikan istrinya object bukan subject bagi dirinya. Ini membuat keputusan yang diambil adalah salah. Kita juga berharap mereka yang memegang jabatan tidak berfoya-foya menggunakan fasilitas untuk menyombongkan diri. Hati-hati, bisa-bisa keputusan yang diambil adalah salah. 

3.       Wasti, demi menjaga kehormatan kaum wanita, dia harus korbankan jabatannya. Dia bersedia kehilangan jabatan, daripada kehilangan harga diri. Berapa banyak kita justru sebaliknya, mengorbankan harga diri dan kehormatan demi mendapatkan jabatan. 

4.       Wasti kehilangan jabatan, tetapi kita mengetahui bahwa ada jalan Tuhan Wasti kehilangan jabatan, yaitu memberi jalan bagi Ester untuk dapat membebaskan bangsanya. Terkadang kita harus pasrah dan berserah sekalipun harus kehilangan jabatan. Bisa saja Allah sedang mempersiapkan orang lain yang Ia akan gunakan melancarkan rencanaNya bagi keselamatan banyak orang. Sekalipun Wasti bisa saja yang tercantik dan yang terbaik, dan juga baru menjabat “tiga tahun”, tetapi kalau sudah rencana Tuhan, yakinkan itu yang terbaik. 

5.       Ester mendapat jabatan bukan karena Wasti tidak baik, tetapi karena ada missi Tuhan pada dirinya. Tetapi Ester terlalu enak merasakan kedudukannya sehingga lupa pada missi Tuhan. Ester 4:13 “Jangan kira, karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan terluput.” Pada ayat-ayat sebelumnya, dijelaskan bahwa Ester sempat menolak permintaan pamannya yaitu Mordekai untuk bertemu raja dan memohon pertolongan raja. Demikian juga, terkadang pemegang jabatan lupa bahwa dia berada disitu bukan karena dialah yang terbaik, tetapi ada missi Tuhan yang dibebankan kepada dirinya. Jangan sampai para pemegang jabatan terlena dengan kemuliaannya, terlena karena berada dalam “comfort zone” sehingga selalu jaga posisi aman. Keputusan yang diambil tidak menunjukkan kemajuan, tindakan yang diambil tidak memiliki visi ke depan, tetapi menjaga posisi. Bila dihadapkan pada keharusan mengambil keputusan yang terbaik, tetapi harus berhadapan dengan perlawanan mayoritas, maka tidak berani mengambil keputusan strategis tersebut agar terjaga posisinya pada daerah “comfort zone”

Kiranya semua orang pilihan Tuhan, akan selalu ingat Missinya berada di atas dunia ini.  Mari kita konsentrasi pada missi kita. Mereka yang memegang jabatan, mari kita terfokus kepada missi ini. Jangan lagi kita mementingkan missi pribadi. Pekerjaan ini pasti diselesaikan, dengan saudara ataupun tidak dengan saudara, tetapi yang terbaik ialah dengan keterlibatan kita semua. Tuhan memberkati. Amin !


Sabtu, 27 Januari 2024

Bagaimana Kita Tahu Yang Menulis Alkitab ?

 
Bagaimana Kita Tahu Yang Menulis Alkitab ?
Oleh : Pdt. Dr. Bryan Sumendap



Pertanyaan mengenai penulis Alkitab memang cukup rumit. Jika anda membuka internet browser anda, dan membuat search di Amazon, anda akan menemukan banyak buku yang ditulis untuk menjawab pertanyaan yang diatas. Ada buku berjudul `Who Really Wrote the Bible?’  oleh Eyal Rav-Noy dan Gil Weinreich,  ada juga buku yang berjudul ‘How the Bible Became the Bible’ oleh Donald L. O’Dell,  dan ‘The Origin of the Bible’ oleh Philip W. Comfort.

 

Ini disebabkan oleh begitu banyaknya buku Alkitab, 66 buku. Untuk mendapat jawaban yang tepat, kita harus menjawab pertanyaan ini untuk tiap buku, dan saya rasa kita tidak punya waktu untuk itu. Untuk itu, mari kita melihat beberapa penjelasan mengenai pertanyaan ini.

 

Secara umum, kita bisa menjawab bahwa para penulis Alkitab adalah “nabi-nabi, imam-imam, dan kepala-kepala Negara dari bangsa Israel yang menulis buku-buku PL dalam bahasa Ibrani (dua dalam bahasa Aramaik). Rasul-rasul dan pembantu mereka menulis buku-buku PB dalam bahasa Yunani.”[1] Bahkan para gembala, petani, penjual tenda, dokter, penjala ikan, dan ahli filsafat juga telah mengambil bagian di dalam menulis Alkitab. Mereka di inspirasi oleh Roh Kudus dan mereka menuliskan dengan kata-kata mereka sendiri apa yang sudah dikomunikasikan Roh kudus kepada mereka, sesuai dengan latar belakang pendidikan dan intelek masing-masing.

 

Semua 66 buku membahas berbagai ragam pengetahuan, sejarah, nubuatan, kesusasteraaan dan teologia. Walaupun sangat kompleks dan begitu banyak perbedaan gaya penulisannya yang meliputi waktu yang cukup lama, semua buku di dalam Alkitab selalu setuju dengan tema, fakta-fakta yang ada dan bukti arkaeologis yang dewasa ini  mengkonfirmasi dunia Alkitab.

 

Dengan fakta-fakta tersebut, kita melihat bahwa tidak ada seorangpun yang hidup dapat merencanakan satu rencana penulisan buku yang terdiri dari kumpulan-kumpulan penulis yang beragam dalam kurun waktu 1,500 tahun. Kita harus ingat bahwa tulisan-tulisan asli dari Alkitab bisa bertahan atas tantangan cuaca, penganiayaan waktu. Semua ditulis dengan tangan, sebab mesin cetak baru di ciptakan tahun 1455.

 

Banyak tulisan Alkitab menggunakan material yang rapuh seperti papyrus, yang adalah tanaman sejenis jerami, sehingga semua catatan itu sudah lenyap dimakan waktu. Tetapi masih banyak salinan buku-buku PL yang tetap utuh.

Tulisan-tulisan yang utuh, sebagai contoh, adalah gulungan-gulungan Alkitab yang ditemukan di Laut Mati atau the Dead Sea Scrolls di Qumran. Tahun 1946, seorang gembala Palestina yang bernama Muhammed edh-Dhib bersama dengan sepupunya menemukan gua pertama dari sebelas gua yang ditemukan selama 1946-1947. Gua-gua itu mengandung gulungan-gulungan Alkitab dari seluruh buku di PL, selain Ester. Gulungan-gulungan ini diperkirakan berasal dari waktu sebelum Yesus Kristus. Bahkan di saat Perang Kaisar Yulius di Gaul.

 

Penemuan ini memberi bukti bahwa Alkitab telah di salin berkali-kali dengan sangat tepat sesuai dengan asli. Ini menegaskan bahwa para penulis Alkitab yang telah menerima ilham dari Tuhan merasa sangat penting agar salinan dilakukan sedetail mungkin.

 

Jika kita memperhatikan dengan seksama (coba membuka suatu Bible Commentary), kita akan dapati bahwa ada beberapa buku Alkitab yang tidak menyebutkan secara langsung siapa penulisnya. Di dalam Perjanjian Lama, lima buku pertama yang lebih dikenal sebagai Pentateuch, secara tradisi mengakui bahwa Musa adalah penulis lima buku hukum ini. Tetapi banyak ahli meragukan kesimpulan ini, sekalipun banyat ayat dari buku-buku tersebut yang memberi indikasi bahwa Musa-lah penulisnya. Friedman menulis "..tidak ada seorangpun ahli alkitb di dunia ini yang secara aktif mempelajari masalah penulisan lima buku musa ini yang akan menyatakan bawa penulisnya adalah Musa.”[2] Ini ditegaskan kembali oleh Clines bahwa “...telah begitu lama diakui bahwa...[Musa] tidak mungkin pengarang, dan bahwa Pentateuch sebenarnya adalah anonymous.”[3] Sebagai contoh di Perjanjian Baru, dari empat buku Injil, hanya Injil Yohanes yang secara langsung memberi identifikasi penulis. Walaupun demikian, sang penulis juga tidak secara langsung memberikan identitasnya, dia hanya menulis bahwa dia adalah “murid yang dikasihi Kristus.” Ini juga bukan berarti dia yang menulis seluruh injil Yohanes.

 

Karena itu, pertanyaan yang rumit ini, kami akan sederhanakan dengan kesimpulan ini.

1.      Kita bisa percaya apa yang Alkitab sendiri katakan mengenai siapa yang menulisnya, tetapi kita harus berhati-hati mengartikan isi Alkitab agar sesuai dengan maksud yang sebenarnya, bukan maksud sesuai yang kita ingini.[4]

2.       Para penulis Alkitab menulis dengan bahasa Yunani, Ibrani dan Aramaik. Salinan-salinan berikutnya menggunakan Yunani.

3.      Seluruh isi PB sekarang ini, di kanonisasi sebelum tahun 375 A.D. Sementara PL sudah di kanonisasi lebih dulu, sebelum Yesus Kristus lahir.

4.      Davidson menjelaskan mengenai cara Alkitab diberikan. “Doktrin mengenai revelation-inspiration (wahyu-dan-inspirasi) sangat mendasar terhadap interpretasi alkitab. Sesuai dengan catatan Alkitab Tuhan telah menunjukkan diriNya dan kehendakNya melalui pernyataan-pernyataan khusus akan kebenaran kepada nabi-nabiNya (Ibrani 1:1). Melalui inspirasi Roh, Dia telah memampukan nabi-nabiNya untuk mengkomunikasikan wahyu ilahi sebagai Firman Tuhan yang dapat dipercaya dan mempunyai otoritas (2 Tim. 3:15, 16; 2 Petrus 1:19–21). Roh yang sama telah menginspirasi nabi-nabi telah dijanjikan kepada yang ingin menggunakan pikiran mereka untuk mencari arti dari wayu ilahi (Yoh 14:26; 1 Kor. 2:10–14).[5]



[1]John MacArthur, The MacArthur Bible Handbook, "Published in Association With the Literary Agency of Wolgemuth & Associates, Inc."--T.p. Verso.; Includes Index. (Nashville, Tenn.: Thomas Nelson Publishers, 2003), xi.

[2] R.E. Friedman, Who Wrote the Bible? (San Francisco, CA: Harper Collins, 1997), 28.

[3] D.J.A. Clines, “Pentateuch,” [an essay in B.M. Metzger et al, The Oxford Companion to the Bible, New York: NY, Oxford University Press, 1993), 579–580.

[4]Walter C. Kaiser, Hard Sayings of the Bible (Downers Grove, IL: InterVarsity, 1997), 39.

[5]Raoul Dederen, vol. 12, Handbook of Seventh-Day Adventist Theology, electronic ed., Logos Library System; Commentary Reference Series (Hagerstown, MD: Review and Herald Publishing Association, 2001, c2000), 59.