BAIT Ministry

Sabtu, 27 Januari 2024

Bagaimana Kita Tahu Yang Menulis Alkitab ?

 
Bagaimana Kita Tahu Yang Menulis Alkitab ?
Oleh : Pdt. Dr. Bryan Sumendap



Pertanyaan mengenai penulis Alkitab memang cukup rumit. Jika anda membuka internet browser anda, dan membuat search di Amazon, anda akan menemukan banyak buku yang ditulis untuk menjawab pertanyaan yang diatas. Ada buku berjudul `Who Really Wrote the Bible?’  oleh Eyal Rav-Noy dan Gil Weinreich,  ada juga buku yang berjudul ‘How the Bible Became the Bible’ oleh Donald L. O’Dell,  dan ‘The Origin of the Bible’ oleh Philip W. Comfort.

 

Ini disebabkan oleh begitu banyaknya buku Alkitab, 66 buku. Untuk mendapat jawaban yang tepat, kita harus menjawab pertanyaan ini untuk tiap buku, dan saya rasa kita tidak punya waktu untuk itu. Untuk itu, mari kita melihat beberapa penjelasan mengenai pertanyaan ini.

 

Secara umum, kita bisa menjawab bahwa para penulis Alkitab adalah “nabi-nabi, imam-imam, dan kepala-kepala Negara dari bangsa Israel yang menulis buku-buku PL dalam bahasa Ibrani (dua dalam bahasa Aramaik). Rasul-rasul dan pembantu mereka menulis buku-buku PB dalam bahasa Yunani.”[1] Bahkan para gembala, petani, penjual tenda, dokter, penjala ikan, dan ahli filsafat juga telah mengambil bagian di dalam menulis Alkitab. Mereka di inspirasi oleh Roh Kudus dan mereka menuliskan dengan kata-kata mereka sendiri apa yang sudah dikomunikasikan Roh kudus kepada mereka, sesuai dengan latar belakang pendidikan dan intelek masing-masing.

 

Semua 66 buku membahas berbagai ragam pengetahuan, sejarah, nubuatan, kesusasteraaan dan teologia. Walaupun sangat kompleks dan begitu banyak perbedaan gaya penulisannya yang meliputi waktu yang cukup lama, semua buku di dalam Alkitab selalu setuju dengan tema, fakta-fakta yang ada dan bukti arkaeologis yang dewasa ini  mengkonfirmasi dunia Alkitab.

 

Dengan fakta-fakta tersebut, kita melihat bahwa tidak ada seorangpun yang hidup dapat merencanakan satu rencana penulisan buku yang terdiri dari kumpulan-kumpulan penulis yang beragam dalam kurun waktu 1,500 tahun. Kita harus ingat bahwa tulisan-tulisan asli dari Alkitab bisa bertahan atas tantangan cuaca, penganiayaan waktu. Semua ditulis dengan tangan, sebab mesin cetak baru di ciptakan tahun 1455.

 

Banyak tulisan Alkitab menggunakan material yang rapuh seperti papyrus, yang adalah tanaman sejenis jerami, sehingga semua catatan itu sudah lenyap dimakan waktu. Tetapi masih banyak salinan buku-buku PL yang tetap utuh.

Tulisan-tulisan yang utuh, sebagai contoh, adalah gulungan-gulungan Alkitab yang ditemukan di Laut Mati atau the Dead Sea Scrolls di Qumran. Tahun 1946, seorang gembala Palestina yang bernama Muhammed edh-Dhib bersama dengan sepupunya menemukan gua pertama dari sebelas gua yang ditemukan selama 1946-1947. Gua-gua itu mengandung gulungan-gulungan Alkitab dari seluruh buku di PL, selain Ester. Gulungan-gulungan ini diperkirakan berasal dari waktu sebelum Yesus Kristus. Bahkan di saat Perang Kaisar Yulius di Gaul.

 

Penemuan ini memberi bukti bahwa Alkitab telah di salin berkali-kali dengan sangat tepat sesuai dengan asli. Ini menegaskan bahwa para penulis Alkitab yang telah menerima ilham dari Tuhan merasa sangat penting agar salinan dilakukan sedetail mungkin.

 

Jika kita memperhatikan dengan seksama (coba membuka suatu Bible Commentary), kita akan dapati bahwa ada beberapa buku Alkitab yang tidak menyebutkan secara langsung siapa penulisnya. Di dalam Perjanjian Lama, lima buku pertama yang lebih dikenal sebagai Pentateuch, secara tradisi mengakui bahwa Musa adalah penulis lima buku hukum ini. Tetapi banyak ahli meragukan kesimpulan ini, sekalipun banyat ayat dari buku-buku tersebut yang memberi indikasi bahwa Musa-lah penulisnya. Friedman menulis "..tidak ada seorangpun ahli alkitb di dunia ini yang secara aktif mempelajari masalah penulisan lima buku musa ini yang akan menyatakan bawa penulisnya adalah Musa.”[2] Ini ditegaskan kembali oleh Clines bahwa “...telah begitu lama diakui bahwa...[Musa] tidak mungkin pengarang, dan bahwa Pentateuch sebenarnya adalah anonymous.”[3] Sebagai contoh di Perjanjian Baru, dari empat buku Injil, hanya Injil Yohanes yang secara langsung memberi identifikasi penulis. Walaupun demikian, sang penulis juga tidak secara langsung memberikan identitasnya, dia hanya menulis bahwa dia adalah “murid yang dikasihi Kristus.” Ini juga bukan berarti dia yang menulis seluruh injil Yohanes.

 

Karena itu, pertanyaan yang rumit ini, kami akan sederhanakan dengan kesimpulan ini.

1.      Kita bisa percaya apa yang Alkitab sendiri katakan mengenai siapa yang menulisnya, tetapi kita harus berhati-hati mengartikan isi Alkitab agar sesuai dengan maksud yang sebenarnya, bukan maksud sesuai yang kita ingini.[4]

2.       Para penulis Alkitab menulis dengan bahasa Yunani, Ibrani dan Aramaik. Salinan-salinan berikutnya menggunakan Yunani.

3.      Seluruh isi PB sekarang ini, di kanonisasi sebelum tahun 375 A.D. Sementara PL sudah di kanonisasi lebih dulu, sebelum Yesus Kristus lahir.

4.      Davidson menjelaskan mengenai cara Alkitab diberikan. “Doktrin mengenai revelation-inspiration (wahyu-dan-inspirasi) sangat mendasar terhadap interpretasi alkitab. Sesuai dengan catatan Alkitab Tuhan telah menunjukkan diriNya dan kehendakNya melalui pernyataan-pernyataan khusus akan kebenaran kepada nabi-nabiNya (Ibrani 1:1). Melalui inspirasi Roh, Dia telah memampukan nabi-nabiNya untuk mengkomunikasikan wahyu ilahi sebagai Firman Tuhan yang dapat dipercaya dan mempunyai otoritas (2 Tim. 3:15, 16; 2 Petrus 1:19–21). Roh yang sama telah menginspirasi nabi-nabi telah dijanjikan kepada yang ingin menggunakan pikiran mereka untuk mencari arti dari wayu ilahi (Yoh 14:26; 1 Kor. 2:10–14).[5]



[1]John MacArthur, The MacArthur Bible Handbook, "Published in Association With the Literary Agency of Wolgemuth & Associates, Inc."--T.p. Verso.; Includes Index. (Nashville, Tenn.: Thomas Nelson Publishers, 2003), xi.

[2] R.E. Friedman, Who Wrote the Bible? (San Francisco, CA: Harper Collins, 1997), 28.

[3] D.J.A. Clines, “Pentateuch,” [an essay in B.M. Metzger et al, The Oxford Companion to the Bible, New York: NY, Oxford University Press, 1993), 579–580.

[4]Walter C. Kaiser, Hard Sayings of the Bible (Downers Grove, IL: InterVarsity, 1997), 39.

[5]Raoul Dederen, vol. 12, Handbook of Seventh-Day Adventist Theology, electronic ed., Logos Library System; Commentary Reference Series (Hagerstown, MD: Review and Herald Publishing Association, 2001, c2000), 59.



0 komentar:

Posting Komentar