Pertanyaan
mengenai penulis Alkitab memang cukup rumit. Jika anda membuka internet browser
anda, dan membuat search di Amazon, anda akan menemukan banyak buku yang
ditulis untuk menjawab pertanyaan yang diatas. Ada buku berjudul `Who Really Wrote the Bible?’ oleh Eyal Rav-Noy dan Gil Weinreich, ada juga buku yang berjudul ‘How the Bible Became the Bible’ oleh
Donald L. O’Dell, dan ‘The Origin of the Bible’ oleh Philip W.
Comfort.
Ini
disebabkan oleh begitu banyaknya buku Alkitab, 66 buku. Untuk mendapat jawaban
yang tepat, kita harus menjawab pertanyaan ini untuk tiap buku, dan saya rasa
kita tidak punya waktu untuk itu. Untuk itu, mari kita melihat beberapa
penjelasan mengenai pertanyaan ini.
Secara
umum, kita bisa menjawab bahwa para penulis Alkitab adalah “nabi-nabi,
imam-imam, dan kepala-kepala Negara dari bangsa Israel yang menulis buku-buku
PL dalam bahasa Ibrani (dua dalam bahasa Aramaik). Rasul-rasul dan pembantu
mereka menulis buku-buku PB dalam bahasa Yunani.”[1] Bahkan para gembala,
petani, penjual tenda, dokter, penjala ikan, dan ahli filsafat juga telah
mengambil bagian di dalam menulis Alkitab. Mereka di inspirasi oleh Roh Kudus
dan mereka menuliskan dengan kata-kata mereka sendiri apa yang sudah
dikomunikasikan Roh kudus kepada mereka, sesuai dengan latar belakang
pendidikan dan intelek masing-masing.
Semua 66
buku membahas
berbagai ragam pengetahuan, sejarah, nubuatan, kesusasteraaan dan teologia.
Walaupun sangat kompleks dan begitu banyak perbedaan gaya penulisannya yang
meliputi waktu yang cukup lama, semua buku di dalam Alkitab selalu setuju
dengan tema, fakta-fakta yang ada dan bukti arkaeologis yang dewasa ini mengkonfirmasi dunia Alkitab.
Dengan
fakta-fakta tersebut, kita melihat bahwa tidak ada seorangpun yang hidup dapat
merencanakan satu rencana penulisan buku yang terdiri dari kumpulan-kumpulan
penulis yang beragam dalam kurun waktu 1,500 tahun. Kita harus ingat bahwa
tulisan-tulisan asli dari Alkitab bisa bertahan atas tantangan cuaca,
penganiayaan waktu. Semua ditulis dengan tangan, sebab mesin cetak baru di
ciptakan tahun 1455.
Banyak
tulisan Alkitab menggunakan material yang rapuh seperti papyrus, yang adalah
tanaman sejenis jerami, sehingga semua catatan itu sudah lenyap dimakan waktu.
Tetapi masih banyak salinan buku-buku PL yang tetap utuh.
Tulisan-tulisan
yang utuh, sebagai contoh, adalah gulungan-gulungan Alkitab yang ditemukan di
Laut Mati atau the Dead Sea Scrolls di Qumran. Tahun
1946, seorang gembala Palestina yang bernama Muhammed edh-Dhib bersama dengan
sepupunya menemukan gua pertama dari sebelas gua yang ditemukan selama
1946-1947. Gua-gua itu mengandung gulungan-gulungan Alkitab dari seluruh buku di PL,
selain Ester. Gulungan-gulungan ini diperkirakan berasal dari waktu sebelum
Yesus Kristus. Bahkan di saat Perang Kaisar Yulius di Gaul.
Penemuan ini memberi bukti
bahwa Alkitab telah di salin berkali-kali dengan sangat tepat sesuai dengan
asli. Ini menegaskan bahwa para penulis Alkitab yang telah menerima ilham dari
Tuhan merasa sangat penting agar salinan dilakukan sedetail mungkin.
Jika
kita memperhatikan dengan seksama (coba membuka suatu Bible Commentary), kita
akan dapati bahwa ada beberapa buku Alkitab yang tidak menyebutkan secara
langsung siapa penulisnya. Di dalam Perjanjian Lama,
Karena
itu, pertanyaan yang rumit ini, kami akan sederhanakan dengan kesimpulan ini.
1.
Kita bisa percaya apa yang Alkitab sendiri katakan mengenai
siapa yang menulisnya, tetapi kita harus berhati-hati mengartikan isi Alkitab
agar sesuai dengan maksud yang sebenarnya, bukan maksud sesuai yang kita
ingini.[4]
2.
Para penulis Alkitab
menulis dengan bahasa Yunani, Ibrani dan Aramaik. Salinan-salinan berikutnya
menggunakan Yunani.
3.
Seluruh isi PB sekarang ini, di kanonisasi sebelum tahun 375
A.D. Sementara PL sudah di kanonisasi lebih dulu, sebelum Yesus Kristus lahir.
4.
Davidson menjelaskan mengenai cara Alkitab diberikan.
“Doktrin mengenai revelation-inspiration (wahyu-dan-inspirasi) sangat mendasar terhadap interpretasi
alkitab. Sesuai dengan catatan Alkitab Tuhan telah menunjukkan diriNya dan
kehendakNya melalui pernyataan-pernyataan khusus akan kebenaran kepada
nabi-nabiNya (Ibrani 1:1). Melalui inspirasi Roh, Dia telah memampukan
nabi-nabiNya untuk mengkomunikasikan wahyu ilahi sebagai Firman Tuhan yang
dapat dipercaya dan mempunyai otoritas (2 Tim. 3:15, 16; 2 Petrus 1:19–21). Roh
yang sama telah menginspirasi nabi-nabi telah dijanjikan kepada yang ingin
menggunakan pikiran mereka untuk mencari arti dari wayu ilahi (Yoh 14:26; 1
Kor. 2:10–14).[5]
[1]John MacArthur, The MacArthur Bible
Handbook, "Published in Association With the Literary Agency of
Wolgemuth & Associates, Inc."--T.p. Verso.; Includes Index. (
[2] R.E. Friedman, Who Wrote the Bible? (San Francisco, CA: Harper Collins, 1997), 28.
[3] D.J.A. Clines, “Pentateuch,” [an essay in
B.M. Metzger et al, The Oxford Companion
to the Bible,
[4]Walter C. Kaiser, Hard Sayings of the
Bible (Downers Grove, IL: InterVarsity, 1997), 39.
[5]Raoul Dederen, vol. 12, Handbook of
Seventh-Day Adventist Theology, electronic ed., Logos Library System;
Commentary Reference Series (Hagerstown, MD: Review and Herald Publishing
Association, 2001, c2000), 59.
0 komentar:
Posting Komentar