BAIT Ministry

HUT BAIT ke 1 di Megamendung Bogor

Kunjungan ke Jemaat Sentul dan Panti Asuhan di Bogor dalam rangka HUT BAIT Ministry ke 1.

BAIT Ministry di Toraja

Kunjungan BAIT Ministry ke SLA Mebali dan berbagai tempat wisata dalam rangka HUT BAIT ke 3.

Kunjungan BAIT Ministry ke Palu

Kunjungan BAIT Ministry ke Palu Dalam Rangka HUT BAIT Ministry ke 4.

KKR Bait Ministry di Kotamobagu

KKR BAIT Ministry di Kotamobagu Dalam Rangka HUT BAIT Ministry ke 5.

Baptisan BAIT Ministry di Kotamobagu

Baptisan Setelah KKR Dalam Rangka HUT BAIT Ministry ke 5 di Kotamobagu.

Sabtu, 27 Januari 2024

Bagaimana Kita Tahu Yang Menulis Alkitab ?

 
Bagaimana Kita Tahu Yang Menulis Alkitab ?
Oleh : Pdt. Dr. Bryan Sumendap



Pertanyaan mengenai penulis Alkitab memang cukup rumit. Jika anda membuka internet browser anda, dan membuat search di Amazon, anda akan menemukan banyak buku yang ditulis untuk menjawab pertanyaan yang diatas. Ada buku berjudul `Who Really Wrote the Bible?’  oleh Eyal Rav-Noy dan Gil Weinreich,  ada juga buku yang berjudul ‘How the Bible Became the Bible’ oleh Donald L. O’Dell,  dan ‘The Origin of the Bible’ oleh Philip W. Comfort.

 

Ini disebabkan oleh begitu banyaknya buku Alkitab, 66 buku. Untuk mendapat jawaban yang tepat, kita harus menjawab pertanyaan ini untuk tiap buku, dan saya rasa kita tidak punya waktu untuk itu. Untuk itu, mari kita melihat beberapa penjelasan mengenai pertanyaan ini.

 

Secara umum, kita bisa menjawab bahwa para penulis Alkitab adalah “nabi-nabi, imam-imam, dan kepala-kepala Negara dari bangsa Israel yang menulis buku-buku PL dalam bahasa Ibrani (dua dalam bahasa Aramaik). Rasul-rasul dan pembantu mereka menulis buku-buku PB dalam bahasa Yunani.”[1] Bahkan para gembala, petani, penjual tenda, dokter, penjala ikan, dan ahli filsafat juga telah mengambil bagian di dalam menulis Alkitab. Mereka di inspirasi oleh Roh Kudus dan mereka menuliskan dengan kata-kata mereka sendiri apa yang sudah dikomunikasikan Roh kudus kepada mereka, sesuai dengan latar belakang pendidikan dan intelek masing-masing.

 

Semua 66 buku membahas berbagai ragam pengetahuan, sejarah, nubuatan, kesusasteraaan dan teologia. Walaupun sangat kompleks dan begitu banyak perbedaan gaya penulisannya yang meliputi waktu yang cukup lama, semua buku di dalam Alkitab selalu setuju dengan tema, fakta-fakta yang ada dan bukti arkaeologis yang dewasa ini  mengkonfirmasi dunia Alkitab.

 

Dengan fakta-fakta tersebut, kita melihat bahwa tidak ada seorangpun yang hidup dapat merencanakan satu rencana penulisan buku yang terdiri dari kumpulan-kumpulan penulis yang beragam dalam kurun waktu 1,500 tahun. Kita harus ingat bahwa tulisan-tulisan asli dari Alkitab bisa bertahan atas tantangan cuaca, penganiayaan waktu. Semua ditulis dengan tangan, sebab mesin cetak baru di ciptakan tahun 1455.

 

Banyak tulisan Alkitab menggunakan material yang rapuh seperti papyrus, yang adalah tanaman sejenis jerami, sehingga semua catatan itu sudah lenyap dimakan waktu. Tetapi masih banyak salinan buku-buku PL yang tetap utuh.

Tulisan-tulisan yang utuh, sebagai contoh, adalah gulungan-gulungan Alkitab yang ditemukan di Laut Mati atau the Dead Sea Scrolls di Qumran. Tahun 1946, seorang gembala Palestina yang bernama Muhammed edh-Dhib bersama dengan sepupunya menemukan gua pertama dari sebelas gua yang ditemukan selama 1946-1947. Gua-gua itu mengandung gulungan-gulungan Alkitab dari seluruh buku di PL, selain Ester. Gulungan-gulungan ini diperkirakan berasal dari waktu sebelum Yesus Kristus. Bahkan di saat Perang Kaisar Yulius di Gaul.

 

Penemuan ini memberi bukti bahwa Alkitab telah di salin berkali-kali dengan sangat tepat sesuai dengan asli. Ini menegaskan bahwa para penulis Alkitab yang telah menerima ilham dari Tuhan merasa sangat penting agar salinan dilakukan sedetail mungkin.

 

Jika kita memperhatikan dengan seksama (coba membuka suatu Bible Commentary), kita akan dapati bahwa ada beberapa buku Alkitab yang tidak menyebutkan secara langsung siapa penulisnya. Di dalam Perjanjian Lama, lima buku pertama yang lebih dikenal sebagai Pentateuch, secara tradisi mengakui bahwa Musa adalah penulis lima buku hukum ini. Tetapi banyak ahli meragukan kesimpulan ini, sekalipun banyat ayat dari buku-buku tersebut yang memberi indikasi bahwa Musa-lah penulisnya. Friedman menulis "..tidak ada seorangpun ahli alkitb di dunia ini yang secara aktif mempelajari masalah penulisan lima buku musa ini yang akan menyatakan bawa penulisnya adalah Musa.”[2] Ini ditegaskan kembali oleh Clines bahwa “...telah begitu lama diakui bahwa...[Musa] tidak mungkin pengarang, dan bahwa Pentateuch sebenarnya adalah anonymous.”[3] Sebagai contoh di Perjanjian Baru, dari empat buku Injil, hanya Injil Yohanes yang secara langsung memberi identifikasi penulis. Walaupun demikian, sang penulis juga tidak secara langsung memberikan identitasnya, dia hanya menulis bahwa dia adalah “murid yang dikasihi Kristus.” Ini juga bukan berarti dia yang menulis seluruh injil Yohanes.

 

Karena itu, pertanyaan yang rumit ini, kami akan sederhanakan dengan kesimpulan ini.

1.      Kita bisa percaya apa yang Alkitab sendiri katakan mengenai siapa yang menulisnya, tetapi kita harus berhati-hati mengartikan isi Alkitab agar sesuai dengan maksud yang sebenarnya, bukan maksud sesuai yang kita ingini.[4]

2.       Para penulis Alkitab menulis dengan bahasa Yunani, Ibrani dan Aramaik. Salinan-salinan berikutnya menggunakan Yunani.

3.      Seluruh isi PB sekarang ini, di kanonisasi sebelum tahun 375 A.D. Sementara PL sudah di kanonisasi lebih dulu, sebelum Yesus Kristus lahir.

4.      Davidson menjelaskan mengenai cara Alkitab diberikan. “Doktrin mengenai revelation-inspiration (wahyu-dan-inspirasi) sangat mendasar terhadap interpretasi alkitab. Sesuai dengan catatan Alkitab Tuhan telah menunjukkan diriNya dan kehendakNya melalui pernyataan-pernyataan khusus akan kebenaran kepada nabi-nabiNya (Ibrani 1:1). Melalui inspirasi Roh, Dia telah memampukan nabi-nabiNya untuk mengkomunikasikan wahyu ilahi sebagai Firman Tuhan yang dapat dipercaya dan mempunyai otoritas (2 Tim. 3:15, 16; 2 Petrus 1:19–21). Roh yang sama telah menginspirasi nabi-nabi telah dijanjikan kepada yang ingin menggunakan pikiran mereka untuk mencari arti dari wayu ilahi (Yoh 14:26; 1 Kor. 2:10–14).[5]



[1]John MacArthur, The MacArthur Bible Handbook, "Published in Association With the Literary Agency of Wolgemuth & Associates, Inc."--T.p. Verso.; Includes Index. (Nashville, Tenn.: Thomas Nelson Publishers, 2003), xi.

[2] R.E. Friedman, Who Wrote the Bible? (San Francisco, CA: Harper Collins, 1997), 28.

[3] D.J.A. Clines, “Pentateuch,” [an essay in B.M. Metzger et al, The Oxford Companion to the Bible, New York: NY, Oxford University Press, 1993), 579–580.

[4]Walter C. Kaiser, Hard Sayings of the Bible (Downers Grove, IL: InterVarsity, 1997), 39.

[5]Raoul Dederen, vol. 12, Handbook of Seventh-Day Adventist Theology, electronic ed., Logos Library System; Commentary Reference Series (Hagerstown, MD: Review and Herald Publishing Association, 2001, c2000), 59.



Sabtu, 20 Januari 2024

Kesempatan Untuk Hidup

 

“Kesempatan Untuk Hidup Sebagaimana Pencipta Alam Semesta Ini”

Oleh : Pdt. Dr. Robert Walean

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh adalah merupakan suatu gereja sedunia yang keberadaannya terdapat di berbagai penjuru dunia ini.  Sebagai suatu gereja sedunia ini tentu saja gereja kita ini adalah terdiri dari gereja-gereja setempat yang berbeda-beda keberadaannya, dari gereja-gereja  yang  berdiri megah di kota-kota besar sampai gereja-gereja sederahana di berbagai pelosok dunia ini, tetapi dimanapun dan  bagaimanapun keadaan gereja itu, Allah sangat menaruh perhatian pada gereja-Nya.  Sebagaimana yang Ny.  Ellen G. White katakan “Gereja Kristus adalah satu-satunya obyek diatas bumi ini yang terhadapnya dicurahkan-Nya perhatian-Nya yang paling tinggi.”[1]  Tentu saja kita bersyukur dan berbangga karena Khalik semesta alam kita ini menaruh perhatian yang sedemikian istimewanya pada gereja-Nya ini.

Di sisi yang lain, bila Kristus sangat memperdulikan gereja-Nya, lalu bagaimana dengan sikap kita sendiri terhadap gereja-Nya itu?  Ny. Ellen G. White juga menasihatkan kita “Setiap umat percaya hendaknya dengan tulus mengasihi dan memperhatikan jemaat Kristus.”[2]  Jemaat yang dikasihi Tuhan, Masih ingatkah kita bahwa beberapa saat sebelum kita menerima babtisan yang suci dulu, masing-masing kita ada mengucapkan sumpah babtisan, dengan cara mengucapkan kata “ya” pada 12 pertanyaan yang ditanyakan pendeta?  Dan pada sumpah yang ke 10, yang saat itu pendeta tanyakan pada kita “Apakah anda percaya pada oraganisasi Jemaat, dan apakah adalah rencanamu untuk membantu jemaat itu?”  Dan tetu saja kita juga telah menjawabnya dengan kata “ya.”  

Dalam menyokong jemaat yang dikasihi Tuhan itu, tahukah kita akan tujuan keberadaan gereja itu sendiri? “Allah telah mengorganisir GMAHK-7 di masa sekarang ini untuk menolong anggota untuk tunduk (berserah) kepada-Nya.  Program-program gereja termasuk mengenai tubuh, harta, kesanggupan, dan waktu dari setiap anggota gereja dapat membentuk pengembangan tabiat.  Gereja setempat memilih pemimpin-pemimpin dalam setiap departemen untuk mendorong anggota-anggota untuk menyerahkan diri mereka sendiri pada Allah dalam pelayanan yang mengasihi jemaat dan masyarakat.  Pendeta-pendeta kita adalah pemimpin-pemipin rohani kita, tetapi Allah tidaklah mengharapkan mereka menangani penyebaran injil seorang diri.  Seluruh program rohani jemaat menyediakan semua kesempatan untuk kita meyerahkan kehidupan kita pada Allah.”[3]

               Pembentukan tabiat Kristus dalam kehidupan jemaat adalah sangat penting sebagai dasar untuk mensukseskan penginjilan sebagai tujuan gereja kita ini didirikan.  “Kecuali setiap anggota memiliki hubungan yang akrab dengan Allah dan mengembangkan tabiat-Nya, ia tidak mempunyai sesuatu untuk dibagikan.  Kehidupan berjalan dengan kering sebagaimana sebuah pena yang kehabisan tinta, itulah sebabnya usaha-usaha penginjilan untuk mereka yang bukan anggota Advent tidal lebih banyak berbuah.”[4]

               Dalam II Korintus 9:8 rasul Paulus menuliskan “Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.”  Ayat ini menunjukkan bahwa kebajikan/ kedermawanan adalah sesuatu yang merupakan pemberian Allah.  Sebagai pemberian Allah bagi jemaat, tentulah kebajikan/ kedermawanan itu dapat kita dapatkan untuk nantinya kita praktekkan, bila kita memintanya.  Sedangkan proses meminta pada Allah ini akan mendidik kita untuk bergantung pada Allah, sehingga terjalinlah suatu hubungan yang akrab antara kita jemaat-Nya dengan Allah yang adalah Kepala jemaat itu.

               Sebagai pemimpin rohani jemaatnya, para para pemimpin jemaat haruslah mengerti, menghargai, dan mengimplimentasikan program-program serta pengaruhnya untuk mengarahkan dan membantu pembentukan tabiat jemaat untuk semangkin seperti Kristus.  Kristus telah meneladankan suatu kehidupan yang tidak hanya memikirkan diriNya sendiri, tetapi selalu lebih mengutamakan untuk memikirkan, menolong, menyokong, bahkan berkorban bagi kepentingan umat-Nya.  Di zaman modern sekarang ini, pendeta yang adalah pemimpin rohani bagi jemaatnya bertanggung jawab untuk merencanakan dan mengarahkan pertumbuhan tabiat yang terus menerus  jemaatnya.  Sebagaimana Ny. E.  G. White katakan “Hal-hal yang membutuhkan kedermawanan dalam tindakan haruslah ditempatkan dihadapan mereka, atau mereka tidak dapat mencontoh tabiat dari Teladan yang agung itu..”[5]

               Bersama dengan para pemimpin rohani di jemaat, adalah tanggung jawab kita pula sebagai anggota jemaat untuk menggunakan segala karunia kita bahkan hidup kita dalam memelihara dan menyokong jemaat, baik itu dalam hal penggembalaan jemaat maupun dalam hal penginjilan jemaat yang merupakan dua tujuan didirikannya gereja kita ini.  Untuk menggunakan segala karunia bahkan hidup kita untuk menyokong jemaat inilah, kita harus menata gaya hidup kita dan rencana-rencana hidup kita.  Disinilah peranan dari prinsip-prinsip Penatalayanan dalam kehidupan kita sebagai anggota jemaat. 

               Penatalayanan bukanlah suatu program untuk membatas-batasi gaya hidup kita, tetapi justru Penatalayanan adalah suatu program yang menghargai kita sebagai anggota jemaat. Ya, Penatalayanan adalah suatu program yang menghargai anggota jemaat, karena penatalayanan adalah suatu kesempatan untuk bagi kita untuk hidup sebagaimana Pencipta Alam semesta ini, yang dermawan.  Mengenai hal ini, Ny. E. G. White mengatakan bahwa“Allah telah merencanakan sistim kedermawan, agar supaya manusia dapat menjadi seperti Penciptanya, kedermawanan dan tidak cinta diri dalam tabiat, dan akhirnya turut bersama Kristus dalam kekekalan, upah yang mulia.”[6]

               Pada saat kita menyadari akan terang bahwa Penatalayanan adalah merupakan Kesempatan untuk hidup sebagaimana Pencipta, maka “program-program rohani dan keuangan dari jemaat setempat dapat membuat arti dan tujuan yang baru seutuhnya.”[7]  Itulah sebabnya, “Kedermawanan yang sistimatis harus mempengaruhi seluruh kehidupan – tubuh, harta, kesanggupan, dan waktu.  Empat hal ini membuat pertumbuhan tabiat Allah dalam kehidupanmu; dibutuhkan keempatnya untuk membawa injil pada dunia.”[8]

               Melaui menghargai dan menerapkan prinsip-prinsip penatalayanan, kita berkesempatan untuk Menyokong gereja dengan seluruh kehidupan kita.  Sebagaimana yang Pdt. Dr, Jan Paulsen, mantan ketua GMAHK-7 sedunia katakan “Dalam memberi, kita sedang berkata pada Allah, ‘Saya ingin menjadi bahagian dalam rencana-Mu dalam menyelesaikan tugas.”  Dan Ny. E. G. White juga mengatakan “Bilamana engkau telah menjadikan pekerjaan Allah menjadi perhatianmu yang nomor satu sedemikian rupa, maka engkau dapat meminta dengan keyakinan sehingga keperluanmu sendiri dapat dipenuhi.”[9]



[1] Ellen G. White, Review and Herald, 12 November 1988.

 

[2] Ellen G. White, 4 Testimonies, hlm. 18.

[3] Paul G. Smith, Managing God’s Goods (Nashville, Tennessee:  Southern Publishing Association, 1973), hlm. 41.

 

[4] Paul G. Smith, Managing God’s Goods (Nashville, Tennessee:  Southern Publishing Association, 1973), hlm. 46.

[5] Ellen G. White, Counsels on Stewardship, hlm. 15.

 

[6] Ellen G. White, Counsels on Stewardship, hlm. 15.

[7] Paul G. Smith, Managing God’s Goods (Nashville, Tennessee:  Southern Publishing Association, 1973), hlm. 40.

[8] Paul G. Smith, Managing God’s Goods (Nashville, Tennessee:  Southern Publishing Association, 1973), hlm. 40.

[9] Ellen G. White, Mount of Blessing, hlm. 110


On Time "Kenapa Sih" ?

 

“ON TIME” KENAPA SIH!

Oleh Pdt. Moldy Ruddy Mambu

 

“Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat“ Efesus 5:16.

           

            Acara besok pagi   dimulai  pukul 8:30 , mohon jangan terlambat, bisik teman saya mewanti-wanti ketika untuk pertama kali saya bergereja di tempat itu. Hal ini penting karena rombongan kami ada berlima sehingga sulit mendapat tempat duduk berderet sebanyak itu kalau terlambat.  Besoknya walau kami datang tepat waktu tapi ternyata sudah sulit mendapat tempat.  Tempat kosong yang tersedia tersebar dibeberapa deretan  kursi sehingga kami tak berkesempatan menikmati duduk bersama.  Di jemaat itu, anggota jemaat dari wilayah dan yang berdomisili disekitarnya telah datang ke gereja  sebelum acara dimulai, lalu mengikuti  song service yang berlangsung lima belas menit sebelum acara. 

                Dibanyak  jemaat  himbauan „datang pada waktunya“ hanya sebatas retorika. Tiap acara kebaktian pemimpin sekolah sabat mengulangi hal ini.  Namun sangat sering kita menyaksikan acara yang dimulai terlambat menunggu sampai tempat duduk dianggap sudah „terisi“ baru acara dimulai.  Padahal dengan jelas pada buku acara menunjuk pada satu waktu tertentu.  Keadaan ini bukan hanya terjadi di satu tempat tapi telah menjadi pemandangan umum di banyak jemaat dan acara. Acara molor beberapa menit malahan sampai hitungan jam.  Pertanyaan yang muncul adalah apakah „acara dimulai“ menunggu hadirin ataukah hadirin menunggu „acara dimulai“.  Seyogyanya suatu acara dimulai, adalah menurut waktu yang sudah direncanakan. Untuk hal seperti ini masalah terletak kepada pembawa acara untuk konsisten:  Mau memulai  acara atau tidak mau memulai acara, tanpa mempedulikan jumlah yang hadir. Kalau sudah ditentuka waktunya untuk dimulai tidaklah perlu menanti sampai semua kursi telah terisi. Disini terjadi proses pembelajaran bagi jemaat untuk belajar disiplin dan menghormati waktu.

                Mendapat mamfaat rohani secara penuh, utuh selama waktu perbaktian hanyalah oleh mengikuti semua acara kebaktian dari mula secara penuh.  Datang mendahului acara akan memberi kesempatan anggota jemaat mempersiapkan hati untuk mengikuti acara demi acara dengan hikmat.  Itu juga  memberi kemudahan untuk memilih tempat yang menyenangkan lalu berkesempatan komunikasi dengan saudara-saudara seiman lainnya dan mengucapkan selamat hari Sabat.

                Mau terlambat atau sebaliknya tepat waktu  tergantung dari kebiasaan.  Di salah satu kepulauan Pacific terlambat satu jam itu masih terhitung on timeNanti kalau anda tiba melebihi waktu tersebut barulah masuk kategori terlambat. 

                 Di kalangan yang mengutamakan waktu, lima menit lewat berarti anda sudah terlambat, 10 menit anda tak muncul menandakan anda tak menghargai diri anda sendiri, melebihi jumlah itu artinya anda telah merampas waktu orang lain. 

 Pada dasarnya semua orang tidak mau terlambat.  Berbagai cara dibuat orang agar supaya boleh hadir pada waktunya.  Mulai dari meng-set jam tangan ataupun jam dinding dirumah 10 menit kedepan sampai kepada meminta orang lain  untuk  mengingatkan namun yang terjadi adalah: ….. tetap saja kita terlambat.   Mengapa? Karena yang perlu di set bukanlah jam tangan, tetapi pikiran. Yaitu berpikir maju untuk tidak mau terlambat.  Dengan demikian akan ada tindakan sungguh-sungguh yang dilakukan dari saat kesaat supaya tidak terlambat yang kemudian akan berubah  menjadi kebiasaan.  Kebiasaan ini  kelak masuk menjadi bagian dari tabiat.  Selanjutnya tabiat yang baik  akan sangat berperan dalam mendatangkan keuntungan di depan. 

               Ungkapan „biar lambat asal selamat“ sudah jarang digunakan orang dewasa ini.  Kelambatan umumnya membawa bencana.  „Kalau saja sejak dulu kita telah melawat, kalau saja sejak dulu kita sudah menasihati,  kalau saja sejak dulu kita sudah mulai dirikan bangunan Gereja ...  adalah kalimat-kalimat penyesalan yang mempersalahkan kebiasaan lambat.  Untuk meraih kemajuan  perlu ada perubahan untuk bertindak cerdas, cepat dan tepat. BAIT



Sabtu, 13 Januari 2024

Budayakan Membaca Sejak Dini

 
Budayakan Membaca Sejak Dini
Oleh : Ellen Manueke

Budayakan membaca sejak dini”, sering ditampilkan di sudut ruang perpustakaan di Indonesia. Kalimat ini, dalam format yang  panjang ataupun singkat seperti di atas, dapat saja menunjukkan kondisi bahwa masyarakat memang belum berbudaya membaca. Di lain pihak, kalimat ini juga merupakan motivasi dari pihak yang berkompeten (pemerintah atau orang tua) kepada pihak bersangkutan (anak sekolah) untuk memiliki kebiasaan yang menguntungkan di masa depan. 

Memang, di beberapa tempat di Indonesia, jarang terlihat anak-anak sekolah membaca di kompleks sekolah. Kebanyakan, kegiatan belajar terjadi hanya di kelas, pada jam belajar pula. Di luar jam tatap muka dan di luar kelas, jangan terlalu berharap melihat anak-anak melakukan kegiatan belajar, misalnya membaca. Hal ini tidak saja terjadi di lingkungan sekolah. Di lingkungan mahasiswapun, masih jarang terlihat sekelompok orang yang berani belajar di tempat umum. Mungkin saja takut dianggap kutu buku atau diledek teman. 

Selain kumpulan kata di atas, ada lagi ungkapan yang bersifat saran dan harapan, seperti “Budayakan membuang sampah pada tempatnya” atau “budayakan hidup sehat”. Dari beberapa kalimat tadi, kita bisa tarik simpulan sederhana bahwa semua hal-hal baik harus dibudayakan. Ya, tentu saja. Hanya saja, tidak mudah untuk membudayakan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Sebagai contoh lain; maaf, umumnya WC di airport Indonesia kotor dibandingkan di beberapa negara tetangga,  padahal, airport merupakan gerbang kota bahkan negara. Kondisi kota atau negara tercermin dari tempat-tempat seperti ini. Nilai-nilai kedisiplinan, kerja keras atau keindahan sekelompok masyarakat terlihat dari kondisi tempat-tempat umum yang ada. Memang tempat umum ukurannya sangat kecil dibandingkan luasnya kota secara keseluruhan. Namun, dari sini terukur mentalitas masyarakat setempat. 

Kebiasaan yang baik perlu dibangun. Anak-anak belum sadar pentingnya membaca. Orang orang dewasalah yang harus memberi  tuntunan. Mereka harus dibangunkan dari ‘ketidaksadarannya’ akan nilai sebuah kebiasaan membaca.  Kelak, mereka sendiri yang akan menikmati manfaatnya yang tidak ternilai itu. Jika sudah dibangunkan dari ketidaksadaran dan menjadikannya sebagai suatu kebiasaan, maka secara pribadi kebiasaan itu akan dihidupkan. Mungkin saja, orang lain akan dituntun pada kebiasaan yang sama.  

Budaya merupakan nilai-nilai yang berlaku dalam satu komunitas. Jika kebiasaan membaca, membuang sampah ataupun hidup sehat belum bisa berlaku secara komunal karena ketidak-sadaran komponen masyarakat lainnya, hidupkan saja kebiasaan yang baik secara personal. Tidak usah berharap orang lain harus melakukan apa yang kita lakukan. Sambil melakukan, kita sedang membagikan pengalaman kepada orang  di sekitar. 

Lingkungan keluarga adalah kelompok masyarakat terdekat yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebiasaan kita. Sebelum ke lingkungan yang lebih besar, di lingkungan terdekatlah budaya dibangun. Apa saja! Apakah itu budaya membaca, budaya kerja, budaya kedisiplinan, budaya kerja keras atau budaya hidup sehat, semua itu adalah nilai-nilai yang perlu dihidupkan.  Intinya, lakukan yang baik dan jauhilah yang jahat, sebagaimana natz Firman Tuhan dalam Mazmur 34:14; maka “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus,” Filipi 4:7. (*_*) 


AMBRUKNYA TEORI EVOLUSI

 

AMBRUKNYA TEORI EVOLUSI

Oleh  : Pdt. Sammy Lee


Secara singkatnya Teori Evolusi adalah:  Milyardan tahun yang lalu, terjadilah ledakan di matahari.  Dari ledakan itu terpental bagian-bagian dari matahari yang beredar diangkasa mengelilingi matahari itu berupa gas-gas dan benda-benda lain sebagai bagian dari matahari itu.  Masing-masing beredar mengelilingi sang induk asal muasal mereka itu, yaitu matahari.

Di alam ini ada milyaran matahari yang sekarang dikelilingi planet-planet, satelit-satelit dan meterorites serta asteroids berjuta-juta banyaknya sekelilingnya, yang disebut gugusan Tata Surya atau Solar System.  Di gugusan galaxy, atau bima sakti kita saja, menurut ahli bintang yang bona fide, semuanya setuju  mengatakan ada paling sedikit 100 milyard tata surya.

Sedangkan diseluruh alam, juga diperkirakan ada sekitar 100 milyard galaxy atau bima sakti.

Nah, jangan tanyakan kepada para professor teroi Evolusi itu bagaimana galaxies itu tercipta, atau bagaimana 100 milyard tata surya yang ada di galaxy kita ini tercipta, pasti dia akan marah.  Bukankah harus juga terjadi 100 milyard ledakan yang menghasilkan 100 milyard tata surya itu?  Mar mana buktinya ledakan-ledakan diseluruh ala mini yang harus ada ratusan milyard jumlahnya?

Marilah kita terima saja teori sang professor itu dengan mengatakan OK, Prof, jadi milyardan tahun yang lalu terjadi ledakan di matahari, dan bumi kita yang asalnya sebagian dari tubuh matahari itu terpelanting keluar, dan karena gaya tarik menarik matahari berterbangan berputar dalam orbitnya mengelilingi pusatnya yaitu matahari.   Lalu pikirkan menurut kata mereka setelah milyardan tahun kemudian, gas dan benda padat lainnya itu yang tadinya tentu sangat panas dan berupa cairan atau uap, mulai membeku dan menjadi seperti keadaan planet kita ini.

Milyardan tahun kemudian dari lumpur yang sudah dingin itu dipermukaan bumi ini, tiba-tiba muncul makhluk-makhluk yang pertama yang sangat sederhana, microcosms, seperti trilobites, amuba dan lain-lain.  Makhluk-makhluk sederhana yang kecil ini setelah hidup beberapa lama, mulai mengadakan mutasi dan berkembang menjadi lebih kompleks dan sempurna.  Berkembang menjadi lebih baik dan lebih bisa bertahan dialam ini, dengan sistim atau hukum: The Survival of the Fittest.  Jadi dari sekian banyak makhluk hidup yang sederhana pertama itu, beberapa berkembang terus menjadi lebih baik, lebih tinggi dan lebih kompleks dan sempurna, lebih Fit untuk bertahan.  Begitu seterusnya sehingga akhirnya kita manusia ini adalah makhluk-makhluk yang paling Fit dan sempurna dibandingkan makhluk yang lainnya, seperti leluhur kita yang paling dekat, yaitu monyet.

Buktinya? Well, mereka telah menemukan rahang seekor kera yang sangat mirip dengan manusia, tulang batok kepalanya ditempat lain, satu tulang tangan dan kaki, dan beberapa gigi dan tulang-tulang rusuknya.  Bagi para professor Evolusi itu, penemuan itu sudah cukup membuktikan teori mereka bahwa manusia itu berkembang (evolved) dari monyet menjadi manusia.

Yang mengherankan dalam teori ini adalah, bagaimana caranya nenek moyang kita itu, yaitu missing link diantara monyet dan manusia, yang rahang, batok dan potongan-potongan tulang lainnya diketemukan, bisa menentukan, dengan pola “Survival of the Fittest”, tentunya, bagaimana dia berkembang atau develop/evolve menjadi manusia, yang sampai sekarang belum diketemukan bukti itu bisa terjadi lagi, yaitu monyet setelah beberapa juta tahun berubah jadi manusia.

Sampai sekarang monyet adalah monyet, binatang bisu, bodoh dan tidak mungkin diajar menjadi seperti manusia biar dia hidup berapa juta tahun pun dan dilatih terus.

Seekor monyet, betapa pun dilatih dan dilatih, tidak akan pernah dapat menggunakan keyboard computer ini untuk menulis satu lembar surat, apalagi membuat sebuah buku seperti anda dan saya.

Sebenarnya kalau teori ini benar, maka harus diketemukan didalam penggalian arkeologi, ribuan kalau tidak jutaan, tulang-tulang yang lengkap dari makhluk yang disebut missing link ini.  Karena pasti mereka itu lebih developed, lebih berkembang dan lebih fit untuk survive dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya yang lebih rendah dan sederhana.

Mengapa ada begitu banyak tulang-tulang monyet, tulang-tulang anjing, fosil binatang lain, seperti kuda, buaya, ikan, bahkan trilobites yang mereka katakan lebih sederhana dan lebih jauh dibawah susunan perkembangan makhluk-makhluk itu sampai mencapai taraf manusia, yang bisa diketemukan.  Tapi semua tulang belulang atau fossil itu berbeda satu dengan lainnya.  Kemana jutaan tulang atau fossil itu yang harus ada diantara dua binatang yang berlainan diantara satu jenis atau species dengan yang lainnya.  Kenapa hanya ada missing link antara monyet dan manusia, dan hanya satu dua potong tulangnya yang tidak lengkap.  Mereka hanya bisa katakan, tunggulah, nanti juga pasti diketemukan.

Padahal binatang-binatang yang dianggap  jauh lebih rendah dan sederhana itu sangat banyak diketemukan tulang-tulang atau fosilnya.

Sekarang mari kita lihat teori Creationism atau Penciptaan.

Secara singkatnya Teori Creationisme atau Penciptaan adalah:  Pada mula pertama ada Allah.  Maka Allah menciptakan langit dan bumi dan sekalian isinya dengan penuh kuasa, kebijaksanaan dan kasih.  Dia hanya berkata dan terjadilah bumi ini dan isinya termasuk semua makhluk, tumbuh-tumbuhan, air, udara, dan binatang serta manusia.  Semuanya menurut jenisnya, kemudian beranak dan berkembang biak memenuhi bumi ini. 

Memang terjadi ledakan juga dalam teori creationism pada mulanya.  Terjadi sebuah “big bang”.  Yaitu ketika Tuhan Allah berkat pada mula pertamanya “hendaklah ada terang” maka terjadilah ledakan enerji yang luar biasa, dan terciptalah terang diatas dunia ini. 

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.  Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.  Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi.  Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.  Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.

Pada hari yang kedua terjadi ledakan lagi ketika enerji Tuhan Allah menciptakan bentangan dan memisahkan air dengan darat.  Dan demikian seterusnya sehingga hari yang keenam dimana terjadi ledakan enerji yang paling hebat.

Sekarang yang paling menarik adalah hari keenam dimana binatang-binatang didarat semuanya diciptakan dengan kuasa Allah dan ledakan enerji yang tak dapat kita bayangkan hebatnya:

Dan yang lebih mengesankan lagi adalah, bahwa manusia itu diciptakan beda dari binatang-binatang yang lainnya semua.  Sebab itu manusia, lain dari binatang manapun termasuk yang paling dianggap cerdik, dan paling menyerupai manusia, yaitu monyet. 

Mengenai perbedaan ini bisa kita baca dalam ayat  dan seterusnya: 

Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."

Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."

Jadi menurut Alkitab, alam semesta ini termasuk binatang dan manusia, diciptakan oleh Tuhan Allah yang mahakuasa dalam tempo enam hari, dan bukan milyardan tahun lamanya, sekitar 6000 tahun yang lalu.

Mengapa saya lebih percaya kepada Teori Creationisme dibandingkan dengan Evoutionisme?

Karena buku-buku tentang Evolusi, sejak ditulis pertama kalinya oleh Charles Darwin hampir 200 tahun yang lalu, telah diralat dan diralat, ditambahkan dan dikurangi, direvisi dan direvisi, berulang kali dan banyak kali sampai hari ini.

Tapi Alkitab yang mencatat penciptaan alam ini sudah ada selama 3500 tahun, dan ada copy yang tertua sampai sekarang yaitu tertulis diatas kulit binatang, dan simpin di Museum di Berlin sampai sekarang, telah berumur paling sedikit 2200 tahun, dan disebut Gulungan-gulungan Laut Mati (Dead Sea Scrolls), tidak pernah diralat atau direvisi sampai sekarang, secara contentnya.  Hanya kata-katanya berubah sesuai dengan perubahan zaman dan perkembangan linguistics atau ilmu bahasa yang digunakan manusia dan berubah sesuai dengan kemajuan zaman.

Diperlukan iman yang lebih besar untuk mempercayai teori evolusi daripada teori penciptaan.

Narasi dalam Alkitab ini didukung oleh kisah penciptaan dalam Al Quran, dan juga dalam aksara Tiongkok kuno serta tulisan dari orang-orang yang dianggap nabi oleh bangsa itu, yaitu seperti Laozi dan Konghucu, atau Confucius. 

Perhatikan tulisan Laozi yang hidup sezaman dengan nabi Daniel yaitu di tahun 500-an SM (BC) dibawah ini: 

Sesuatu yang misterius telah terjadi, Telah berada sebelumnya langit dan bumi; didalam kesunyian dan kehampaan, Berdiri sendiri dan tidak pernah berubah, tetap hadir dalam gerakan yang berputar.  Mungkin Dia adalah asal mulanya berjuta-juta benda, Aku tidak mengetahui namanya.  Aku sebutkan saja Tao (Firman atau Jalan). Karena tidak ada kata-kata yang lain yang dapat kugunakan, Aku menamakannya "Yang Mahakuasa." --  Gia Fu Feng and Jane English, Translation of Lao Zi, Tao Te Ching (Toronto: Vintage Books, Random House, Inc. 1989), Ch. 25, p. 25.  (Dao atau Tao dalam bahasa Tionghoa adalah “Jalan/Firman/Ajaran/Kebenaran”.  Bukankah sangat mengherankan bahwa Yesus mengaku sebagai “Jalan dan Kebenaran dan Hidup”?  

Sekarang bandingkan itu dengan ayat Alkitab dalam Yohanes 1:1-3.

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.  Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Yang terakhir, menurut para saintis penganut teori evolusi, terjadi perkembangan atau evolusi dari makhluk yang paling sederhana menjadi makhluk yang paling tinggi dan kompleks yaitu manusia.  Tapi tahukah anda bahwa sel-sel pada binatang yang paling sederhana seperti amoeba atau cacing sama komplikasi dan dahsyatnya dengan sel-sel pada binatang yang dianggap jauh lebih tinggi dalam tingkatannya bahkan sel-sel manusia sekalipun? 

Adalah lebih mudah untuk mempercayai bahwa bagian-bagian dan onderdil dari sebuah pesawat Boeing 747 atau Airbus 380 terjadi sendirinya akibat ledakan digudang penyimpanan bahan-bahan logam, plastic, kulit, kain, kayu dll, dan akhirnya salah satu tumpukannya setelah jutaan tahun berubah dengan sekonyong-konyong jadi pesawat terbang itu. 

Chromosomes yang terdapat dalam manusia hanya 23 pasang, sedangkan dalam monyet ada 24 pasang.  Dan dalam burung perkutut 39 pasang.  Lebih hebat lagi dalam ikan mas atau carp terdapat 52 pasang, dan didalam sel semacam tanaman pakis (sayur paku) yang bernama “pakis lidah ular biludak” (adders-tongue fern atau Ophioglossum reticulatum) terdapat 600 pasang chromosomes?  Dan bahwa kondisi binatang yang lebih dekat dengan manusia sehingga selalu dijadikan kelinci percobaan bukanlah monyet tapi tikus? 

Puji Tuhan karena Dia menjadikan mata kita celik dan bisa melihat kuasa, kebijaksanaan dan kasihNya menciptakan dan mengatur serta menyediakan semua keperluan makhlukNya dialam ini. ***

 


Jumat, 05 Januari 2024

Rekonsiliasi

 
Rekonsiliasi
Oleh : Bredly Sampouw

Dalam pembukuan ada yang dikenal dengan istilah Rekonsiliasi, yaitu mencocokkan pencatatan antara perusahaan dengan outsider agar terdapat kecocokan pencatatan antara kedua belah pihak.  Bagi seorang Manager keuangan tanggung jawab ini sangat penting kartena bila tugas pembuatan rekonsiali tidak tepat ewaktu atau up-to-date akan menunjukkan ketidak profesionalan bidang keuangan.  Disamping itu data yang terdapat dalam pembukuan/rekening usaha tidak up-to-date inilah dua contoih sederhana yang terjadi kalau tidak dibuat rekonsiliasi.  Biasanya dalam satu perusahaan selalu dituntut oleh Manajement atau auditor external lewat rekomendasinya yaitu buat rekonsiliasi tepat waktu atau up-to-date, karena dengan dibuatnya rekonsiliasi akan menunjukkan data atau informasi keuangan  yang aktual.

 

Pernahkah kita memikirkan dalam kehidupan nyata sekarang ini, bahwa manusia perlu rekonsiliasi juga antara sesamanya?  Tentu dalam kehidupan setiap hari kita banyak mengalami salah pendapat, salah pengertian, salah sangka, salah komunikasi, dll dan bilamana hal ini ada dalam kehidupan bermasyarakat pasti ada yang perlu di rekonsiliasi agar hidup bermasyarakat itu baik.  Bagaimana caranya kita membuat rekonsialisi dalam hidup bermasyarakat?  Cara yang sederhana ialah sedia untuk berkomunikasi dan menyampaiakan permasalahan, membahasnya kalau perlu secara detail agar saat terjadi rekonsialiasi benar-benar beres.  Tehnik rekonsiliasi bermasyarakat yang paling baik ialah dengan meminta masukkan dan pendapat, disamping itu penyebab mengapa terjadi masalah.  Disamping itu keterbukaan masing-masing pihak atas ketidak cocokan.  Kadangkala seseorang saat bertemu dengan lawan, musuhnya hanya secara basa-basih  berkomunikasi secara langsung, walaupun muka senyum, jabat tangan didepan orang lain, tetapi hati dongkol, gusar, bilamana hal ini anda rasakan, ingat anda perlu rekonsiliasi dengan orang yang dengan siapa anda berbicara.  Untuk itu mulailah menginstrospeksai diri apakah ada hal yang perlu di rekonsiliasi dengan orang lain, karena bila tidak anda akan susah sendiri seumur hidup dalam hidup bersosial. Efek samping nlainnya kepada kesehatan.

 

Kalau kita memerlukan rekonsiliasi dengan sesama kita, maka hal yang sama juga rekonsiliasi dengan Tuhan.  Pertanyaan sekarang apa yang kita perlu rekonsiliasi dengan Tuhan?  Sering kita mendengar anggota dalam gereja berseloroh, nanti waktu ucapara suci yaitu perjamuan kudus kita saling maaf-maafan dan itulah cara untuk rekonsiliasi dengan Tuhan , karena dosa-dosa diampuni. Perlu kita tau bahwa upacara perjamuan suci adalah untuk memperingati pengorbanan, dan memperbarui komitment kita. Hal yang perlu kita rekonsiliasi ialah perbuatan-perbuatan yang tidak berkenan dihadapan Tuhan atau dosa-dosa, baik nyata maupun tersembunyi, dan hal ini hanya anda yang tau dengan Tuhan. Bagaimana agar pembukuan anda dengan surga bersih, yaitu dengan jalan rekonsiliasi setiap hari dengan Tuhan, membereskan semua dosa-dosa dihadapan Tuhan, dalam istilah theologi menyucikan diri setiap saat dengan Tuhan.  Karena Alkitab mengatakan: Hendaklah hidupmu selalu suci dihadapan Tuhan, karena tanpa kesuciaan kita tidak berkenan dihadapan Tuhan.  Untuk itu kejarlah kesucian, dengan selalu membuat rekonsiali rohani dengan Tuhan. Kita tidak tahu hidup ini, resiko apa saja bisa ditemui, selama kita setia bersama Tuhan dan selama kita ada rekonsialiosi rohani dengan Tuhan, kita akan merasa aman dalam kehidupan kerohanian ini.  Mari berekonsiliasi dengan sesama bahkan terlebih dengan Tuhan sekarang juga agar hidup kita layak dihadapan sesama kita bahkan terlebih dengan Tuhan. ***


Kamis, 04 Januari 2024

Safety Measures

 
Safety Measures
Oleh : Pdt. Dr. Bryan Sumendap


Anda tidak berdaya jika terperangkap hidup-hidup di dalam lubang gelap. Satu-satunya harapan adalah bantuan dari luar untuk menyelamatkan anda. Sabtu, 5 Agustus, bagaikan hari kiamat bagi 33 buruh tambang di San Jose, Chile. Ketika mereka sibuk dengan pekerjaan mereka di tambang tembaga dan emas San Esteban, tiba-tiba terowongan tambang pada kedalaman 300 meter runtuh. Keesokan harinya, Presiden Chile Sebastian Pinera mengumumkan bahwa pemerintah akan melakukan segala sesuatu dalam kemampuannya untuk menyelamatkan mereka ketika mengetahui bahwa ke-33 buruh tambang masih hidup. 

Strategi penyelamatan adalah untuk membor lubang kecil dengan diameter 12 inci sebagai lubang inti untuk menjangkau mereka. Pada saat yang sama para buruh disuruh untuk mengungsi ke bagian yang lebih dalam lagi, mencari tempat yang lebih aman. Hari demi hari, lubang itu lebih diperbesar dengan harapan agar sebuah kapsul logam dapat dimasukkan ke dalam terowongan yang dilapisi besi untuk mengangkut para penambang itu keluar. Enam puluh sembilan hari kemudian, kapsul penyelamat mulai mengangkut para penambang itu satu-per-satu keluar. Narvaez, isteri dari salah satu penambang yang terperangkap mengungkapkan bahwa “Tuhanlah yang membantu memberi kekuatan mengatasi keraguan.” 

Proses penyelamatan awalnya diperkirakan akan memakan waktu berbulan-bulan. Tetapi berkat usaha yang gigih dari pemerintah dan para pekerja yang bekerja tanpa mengenal lelah, ‘hari kiamat’ para buruh berubah menjadi ‘hari keselamatan’ 69 hari kemudian. Setiap 12 jam, regu penyelamat mengeluarkan 8 ton batu dan tanah untuk menjangkau mereka di kedalaman lebih dari 300 meter. 

Tragedi seperti ini susah untuk di hindarim, tetapi bukan berarti tidak bisa dihindari. Bagi perusahaan-perusahaan tambang yang besar mereka mempunyai begitu banyak safety measures untuk memastikan bahwa para pekerja mereka akan selamat. Berbeda dengan tambang San Esteban yang mungkin tidak memiliki safety measures yang sama karena kurang ketatnya peraturan pemerintah dan kekurangan dana untuk mengimplementasinya. Bahkan para pemilik tambang khwatir tidak bisa membayar gaji dari para buruh itu. Lebih parah lagi ketika mereka di tuntut di pengadilan oleh keluarga-keluarga dengan jumlah yang lebih dari $200 juta. 

Apakah safety measures itu? Safety measures adalah semua tindakan yang diambil untuk menjaga para pekerja dari kecelakaan. Safety measures begitu penting untuk keselamatan manusia. Jika safety measures kita juga artikan sebagai alat-alat yang membantu kita agar selamat, kita harus pastikan juga bahwa kita tau menggunakan alat-alat itu. Bagi orang Kristen dewasa ini sangat membutuhkan safety measures di dalam kehidupan kita sehari-hari. Hidup di era informasi teknologi dewasa ini sangat sarat dengan pencobaan yang bisa menjerumuskan kita ke dalam perangkap yang membawa kita pada hari kiamat pribadi. Internet yang diakses melalui computer laptop, netbook, handheld seperti HP dan BB, bisa merupakan salah satu alat yang bisa membuat kita terjerumus dengan begitu banyak cara. 

Pencobaan-pencobaan datang dalam berbagai bentuk, paket dan kemasan. Ada berbentuk barang, ada yang berbentuk jasa, dengan baragam paket harga dari yang paling murah sampai yang paling mahal. Semua itu bisa menjerumuskan kita dalam perangkap-perangkap yang bisa merusak kesucian perkawinan, integritas dalam pekerjaan, bahkan kesetiaan kepada Tuhan. 

Di dalam jemaat, jika terjerumus di dalam perangkap pencobaan, pribadi-pribadi itu bisa menyebabkan perputaran kehidupan berjemaat terhenti sejenak. Perkelahian bisa timbul, blok-blok terjadi dan akhirnya gereja yang bertujuan untuk “memberitakan pekabaran tiga malaikat” menjadi gereja yang  “mempraktekkan akibat dari pekabaran malaikat ketiga,” menderita ‘siksa’ karena perkelahian yang bertubi-tubi sesame anggota di dalam gereja. 

Jadi apakah safety measures yang eksis bagi orang Kristen dewasa ini agar menghindari perangkap pencobaan setiap hari? Tentu sebagai orang Kristen guidelines untuk safety measures terdapat di dalam Alkitab. Berjalanlah dengan firman Tuhan (Mz. 119:105) dan biarlah langkah kita diatur oleh Tuhan (Mz. 37:23) dan ingat Tuhan akan selalu menuntun kita (Yes. 58:11). Dengan diperlengkapi dengan tools diatas, orang Kristen harus berusaha meminta akal budi dari surga, berjaga-jaga, dan bertindak melawan pencobaan setiap hari. 

Memang benar pada umumnya kita semua sudah berada di dalam lubang dosa, tetapi berusahalah untuk tidak terjerumus lebih dalam lagi berkat safety measures yang kita praktekkan.