BAIT Ministry

Sabtu, 20 Januari 2024

Kesempatan Untuk Hidup

 

“Kesempatan Untuk Hidup Sebagaimana Pencipta Alam Semesta Ini”

Oleh : Pdt. Dr. Robert Walean

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh adalah merupakan suatu gereja sedunia yang keberadaannya terdapat di berbagai penjuru dunia ini.  Sebagai suatu gereja sedunia ini tentu saja gereja kita ini adalah terdiri dari gereja-gereja setempat yang berbeda-beda keberadaannya, dari gereja-gereja  yang  berdiri megah di kota-kota besar sampai gereja-gereja sederahana di berbagai pelosok dunia ini, tetapi dimanapun dan  bagaimanapun keadaan gereja itu, Allah sangat menaruh perhatian pada gereja-Nya.  Sebagaimana yang Ny.  Ellen G. White katakan “Gereja Kristus adalah satu-satunya obyek diatas bumi ini yang terhadapnya dicurahkan-Nya perhatian-Nya yang paling tinggi.”[1]  Tentu saja kita bersyukur dan berbangga karena Khalik semesta alam kita ini menaruh perhatian yang sedemikian istimewanya pada gereja-Nya ini.

Di sisi yang lain, bila Kristus sangat memperdulikan gereja-Nya, lalu bagaimana dengan sikap kita sendiri terhadap gereja-Nya itu?  Ny. Ellen G. White juga menasihatkan kita “Setiap umat percaya hendaknya dengan tulus mengasihi dan memperhatikan jemaat Kristus.”[2]  Jemaat yang dikasihi Tuhan, Masih ingatkah kita bahwa beberapa saat sebelum kita menerima babtisan yang suci dulu, masing-masing kita ada mengucapkan sumpah babtisan, dengan cara mengucapkan kata “ya” pada 12 pertanyaan yang ditanyakan pendeta?  Dan pada sumpah yang ke 10, yang saat itu pendeta tanyakan pada kita “Apakah anda percaya pada oraganisasi Jemaat, dan apakah adalah rencanamu untuk membantu jemaat itu?”  Dan tetu saja kita juga telah menjawabnya dengan kata “ya.”  

Dalam menyokong jemaat yang dikasihi Tuhan itu, tahukah kita akan tujuan keberadaan gereja itu sendiri? “Allah telah mengorganisir GMAHK-7 di masa sekarang ini untuk menolong anggota untuk tunduk (berserah) kepada-Nya.  Program-program gereja termasuk mengenai tubuh, harta, kesanggupan, dan waktu dari setiap anggota gereja dapat membentuk pengembangan tabiat.  Gereja setempat memilih pemimpin-pemimpin dalam setiap departemen untuk mendorong anggota-anggota untuk menyerahkan diri mereka sendiri pada Allah dalam pelayanan yang mengasihi jemaat dan masyarakat.  Pendeta-pendeta kita adalah pemimpin-pemipin rohani kita, tetapi Allah tidaklah mengharapkan mereka menangani penyebaran injil seorang diri.  Seluruh program rohani jemaat menyediakan semua kesempatan untuk kita meyerahkan kehidupan kita pada Allah.”[3]

               Pembentukan tabiat Kristus dalam kehidupan jemaat adalah sangat penting sebagai dasar untuk mensukseskan penginjilan sebagai tujuan gereja kita ini didirikan.  “Kecuali setiap anggota memiliki hubungan yang akrab dengan Allah dan mengembangkan tabiat-Nya, ia tidak mempunyai sesuatu untuk dibagikan.  Kehidupan berjalan dengan kering sebagaimana sebuah pena yang kehabisan tinta, itulah sebabnya usaha-usaha penginjilan untuk mereka yang bukan anggota Advent tidal lebih banyak berbuah.”[4]

               Dalam II Korintus 9:8 rasul Paulus menuliskan “Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.”  Ayat ini menunjukkan bahwa kebajikan/ kedermawanan adalah sesuatu yang merupakan pemberian Allah.  Sebagai pemberian Allah bagi jemaat, tentulah kebajikan/ kedermawanan itu dapat kita dapatkan untuk nantinya kita praktekkan, bila kita memintanya.  Sedangkan proses meminta pada Allah ini akan mendidik kita untuk bergantung pada Allah, sehingga terjalinlah suatu hubungan yang akrab antara kita jemaat-Nya dengan Allah yang adalah Kepala jemaat itu.

               Sebagai pemimpin rohani jemaatnya, para para pemimpin jemaat haruslah mengerti, menghargai, dan mengimplimentasikan program-program serta pengaruhnya untuk mengarahkan dan membantu pembentukan tabiat jemaat untuk semangkin seperti Kristus.  Kristus telah meneladankan suatu kehidupan yang tidak hanya memikirkan diriNya sendiri, tetapi selalu lebih mengutamakan untuk memikirkan, menolong, menyokong, bahkan berkorban bagi kepentingan umat-Nya.  Di zaman modern sekarang ini, pendeta yang adalah pemimpin rohani bagi jemaatnya bertanggung jawab untuk merencanakan dan mengarahkan pertumbuhan tabiat yang terus menerus  jemaatnya.  Sebagaimana Ny. E.  G. White katakan “Hal-hal yang membutuhkan kedermawanan dalam tindakan haruslah ditempatkan dihadapan mereka, atau mereka tidak dapat mencontoh tabiat dari Teladan yang agung itu..”[5]

               Bersama dengan para pemimpin rohani di jemaat, adalah tanggung jawab kita pula sebagai anggota jemaat untuk menggunakan segala karunia kita bahkan hidup kita dalam memelihara dan menyokong jemaat, baik itu dalam hal penggembalaan jemaat maupun dalam hal penginjilan jemaat yang merupakan dua tujuan didirikannya gereja kita ini.  Untuk menggunakan segala karunia bahkan hidup kita untuk menyokong jemaat inilah, kita harus menata gaya hidup kita dan rencana-rencana hidup kita.  Disinilah peranan dari prinsip-prinsip Penatalayanan dalam kehidupan kita sebagai anggota jemaat. 

               Penatalayanan bukanlah suatu program untuk membatas-batasi gaya hidup kita, tetapi justru Penatalayanan adalah suatu program yang menghargai kita sebagai anggota jemaat. Ya, Penatalayanan adalah suatu program yang menghargai anggota jemaat, karena penatalayanan adalah suatu kesempatan untuk bagi kita untuk hidup sebagaimana Pencipta Alam semesta ini, yang dermawan.  Mengenai hal ini, Ny. E. G. White mengatakan bahwa“Allah telah merencanakan sistim kedermawan, agar supaya manusia dapat menjadi seperti Penciptanya, kedermawanan dan tidak cinta diri dalam tabiat, dan akhirnya turut bersama Kristus dalam kekekalan, upah yang mulia.”[6]

               Pada saat kita menyadari akan terang bahwa Penatalayanan adalah merupakan Kesempatan untuk hidup sebagaimana Pencipta, maka “program-program rohani dan keuangan dari jemaat setempat dapat membuat arti dan tujuan yang baru seutuhnya.”[7]  Itulah sebabnya, “Kedermawanan yang sistimatis harus mempengaruhi seluruh kehidupan – tubuh, harta, kesanggupan, dan waktu.  Empat hal ini membuat pertumbuhan tabiat Allah dalam kehidupanmu; dibutuhkan keempatnya untuk membawa injil pada dunia.”[8]

               Melaui menghargai dan menerapkan prinsip-prinsip penatalayanan, kita berkesempatan untuk Menyokong gereja dengan seluruh kehidupan kita.  Sebagaimana yang Pdt. Dr, Jan Paulsen, mantan ketua GMAHK-7 sedunia katakan “Dalam memberi, kita sedang berkata pada Allah, ‘Saya ingin menjadi bahagian dalam rencana-Mu dalam menyelesaikan tugas.”  Dan Ny. E. G. White juga mengatakan “Bilamana engkau telah menjadikan pekerjaan Allah menjadi perhatianmu yang nomor satu sedemikian rupa, maka engkau dapat meminta dengan keyakinan sehingga keperluanmu sendiri dapat dipenuhi.”[9]



[1] Ellen G. White, Review and Herald, 12 November 1988.

 

[2] Ellen G. White, 4 Testimonies, hlm. 18.

[3] Paul G. Smith, Managing God’s Goods (Nashville, Tennessee:  Southern Publishing Association, 1973), hlm. 41.

 

[4] Paul G. Smith, Managing God’s Goods (Nashville, Tennessee:  Southern Publishing Association, 1973), hlm. 46.

[5] Ellen G. White, Counsels on Stewardship, hlm. 15.

 

[6] Ellen G. White, Counsels on Stewardship, hlm. 15.

[7] Paul G. Smith, Managing God’s Goods (Nashville, Tennessee:  Southern Publishing Association, 1973), hlm. 40.

[8] Paul G. Smith, Managing God’s Goods (Nashville, Tennessee:  Southern Publishing Association, 1973), hlm. 40.

[9] Ellen G. White, Mount of Blessing, hlm. 110


0 komentar:

Posting Komentar