“Kesempatan Untuk Hidup Sebagaimana Pencipta Alam Semesta Ini”
Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh adalah merupakan suatu gereja sedunia yang keberadaannya
terdapat di berbagai penjuru dunia ini.
Sebagai suatu gereja sedunia ini tentu saja gereja kita ini adalah
terdiri dari gereja-gereja setempat yang berbeda-beda keberadaannya, dari
gereja-gereja yang berdiri megah di kota-kota besar sampai
gereja-gereja sederahana di berbagai pelosok dunia ini, tetapi dimanapun
dan bagaimanapun keadaan gereja itu,
Allah sangat menaruh perhatian pada gereja-Nya.
Sebagaimana yang Ny. Ellen G.
White katakan “Gereja Kristus adalah satu-satunya obyek diatas bumi ini yang
terhadapnya dicurahkan-Nya perhatian-Nya yang paling tinggi.”[1] Tentu saja kita bersyukur dan berbangga
karena Khalik semesta alam kita ini menaruh perhatian yang sedemikian
istimewanya pada gereja-Nya ini.
Di sisi yang lain, bila Kristus sangat memperdulikan gereja-Nya,
lalu bagaimana dengan sikap kita sendiri terhadap gereja-Nya itu? Ny. Ellen G. White juga menasihatkan kita
“Setiap umat percaya hendaknya dengan tulus mengasihi dan memperhatikan jemaat
Kristus.”[2] Jemaat yang dikasihi Tuhan, Masih ingatkah
kita bahwa beberapa saat sebelum kita menerima babtisan yang suci dulu,
masing-masing kita ada mengucapkan sumpah babtisan, dengan cara mengucapkan
kata “ya” pada 12 pertanyaan yang ditanyakan pendeta? Dan pada sumpah yang ke 10, yang saat itu
pendeta tanyakan pada kita “Apakah anda percaya pada oraganisasi Jemaat, dan
apakah adalah rencanamu untuk membantu jemaat itu?” Dan tetu saja kita juga telah menjawabnya
dengan kata “ya.”
Dalam menyokong jemaat yang dikasihi Tuhan
itu, tahukah kita akan tujuan keberadaan gereja itu sendiri? “Allah telah
mengorganisir GMAHK-7 di masa sekarang ini untuk menolong anggota untuk tunduk
(berserah) kepada-Nya. Program-program
gereja termasuk mengenai tubuh, harta, kesanggupan, dan waktu dari setiap
anggota gereja dapat membentuk pengembangan tabiat. Gereja setempat memilih pemimpin-pemimpin
dalam setiap departemen untuk mendorong anggota-anggota untuk menyerahkan diri
mereka sendiri pada Allah dalam pelayanan yang mengasihi jemaat dan
masyarakat. Pendeta-pendeta kita adalah
pemimpin-pemipin rohani kita, tetapi Allah tidaklah mengharapkan mereka
menangani penyebaran injil seorang diri.
Seluruh program rohani jemaat menyediakan semua kesempatan untuk kita
meyerahkan kehidupan kita pada Allah.”[3]
Pembentukan tabiat
Kristus dalam kehidupan jemaat adalah sangat penting sebagai dasar untuk
mensukseskan penginjilan sebagai tujuan gereja kita ini didirikan. “Kecuali setiap anggota memiliki hubungan
yang akrab dengan Allah dan mengembangkan tabiat-Nya, ia tidak mempunyai
sesuatu untuk dibagikan. Kehidupan
berjalan dengan kering sebagaimana sebuah pena yang kehabisan tinta, itulah
sebabnya usaha-usaha penginjilan untuk mereka yang bukan anggota Advent tidal
lebih banyak berbuah.”[4]
Dalam II Korintus 9:8
rasul Paulus menuliskan “Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia
kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan
malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.” Ayat ini menunjukkan bahwa kebajikan/
kedermawanan adalah sesuatu yang merupakan pemberian Allah. Sebagai pemberian Allah bagi jemaat, tentulah
kebajikan/ kedermawanan itu dapat kita dapatkan untuk nantinya kita praktekkan,
bila kita memintanya. Sedangkan proses
meminta pada Allah ini akan mendidik kita untuk bergantung pada Allah, sehingga
terjalinlah suatu hubungan yang akrab antara kita jemaat-Nya dengan Allah yang
adalah Kepala jemaat itu.
Sebagai pemimpin rohani
jemaatnya, para para pemimpin jemaat haruslah mengerti, menghargai, dan
mengimplimentasikan program-program serta pengaruhnya untuk mengarahkan dan
membantu pembentukan tabiat jemaat untuk semangkin seperti Kristus. Kristus telah meneladankan suatu kehidupan
yang tidak hanya memikirkan diriNya sendiri, tetapi selalu lebih mengutamakan
untuk memikirkan, menolong, menyokong, bahkan berkorban bagi kepentingan
umat-Nya. Di zaman modern sekarang ini,
pendeta yang adalah pemimpin rohani bagi jemaatnya bertanggung jawab untuk
merencanakan dan mengarahkan pertumbuhan tabiat yang terus menerus jemaatnya.
Sebagaimana Ny. E. G. White
katakan “Hal-hal yang membutuhkan kedermawanan dalam tindakan haruslah
ditempatkan dihadapan mereka, atau mereka tidak dapat mencontoh tabiat dari
Teladan yang agung itu..”[5]
Bersama dengan para pemimpin
rohani di jemaat, adalah tanggung jawab kita pula sebagai anggota jemaat untuk
menggunakan segala karunia kita bahkan hidup kita dalam memelihara dan
menyokong jemaat, baik itu dalam hal penggembalaan jemaat maupun dalam hal penginjilan
jemaat yang merupakan dua tujuan didirikannya gereja kita ini. Untuk menggunakan segala karunia bahkan hidup
kita untuk menyokong jemaat inilah, kita harus menata gaya hidup kita dan
rencana-rencana hidup kita. Disinilah
peranan dari prinsip-prinsip Penatalayanan dalam kehidupan kita sebagai anggota
jemaat.
Penatalayanan bukanlah suatu
program untuk membatas-batasi gaya hidup kita, tetapi justru Penatalayanan
adalah suatu program yang menghargai kita sebagai anggota jemaat. Ya,
Penatalayanan adalah suatu program yang menghargai anggota jemaat, karena
penatalayanan adalah suatu kesempatan untuk bagi kita untuk hidup sebagaimana
Pencipta Alam semesta ini, yang dermawan.
Mengenai hal ini, Ny. E. G. White mengatakan bahwa. “Allah telah merencanakan
sistim kedermawan, agar supaya manusia dapat menjadi seperti Penciptanya,
kedermawanan dan tidak cinta diri dalam tabiat, dan akhirnya turut bersama
Kristus dalam kekekalan, upah yang mulia.”[6]
Pada saat kita
menyadari akan terang bahwa Penatalayanan adalah merupakan Kesempatan untuk
hidup sebagaimana Pencipta, maka “program-program rohani dan keuangan dari
jemaat setempat dapat membuat arti dan tujuan yang baru seutuhnya.”[7] Itulah sebabnya, “Kedermawanan yang
sistimatis harus mempengaruhi seluruh kehidupan – tubuh, harta, kesanggupan,
dan waktu. Empat hal ini membuat
pertumbuhan tabiat Allah dalam kehidupanmu; dibutuhkan keempatnya untuk membawa
injil pada dunia.”[8]
Melaui menghargai dan
menerapkan prinsip-prinsip penatalayanan, kita berkesempatan untuk Menyokong
gereja dengan seluruh kehidupan kita.
Sebagaimana yang Pdt. Dr, Jan Paulsen, mantan ketua GMAHK-7 sedunia
katakan “Dalam memberi, kita sedang berkata pada Allah, ‘Saya ingin menjadi
bahagian dalam rencana-Mu dalam menyelesaikan tugas.” Dan Ny. E. G. White juga mengatakan “Bilamana
engkau telah menjadikan pekerjaan Allah menjadi perhatianmu yang nomor satu
sedemikian rupa, maka engkau dapat meminta dengan keyakinan sehingga
keperluanmu sendiri dapat dipenuhi.”[9]
[1] Ellen G. White, Review and Herald,
[2] Ellen G. White, 4 Testimonies, hlm. 18.
[3] Paul G. Smith, Managing God’s Goods
(Nashville, Tennessee: Southern
Publishing Association, 1973), hlm. 41.
[4] Paul G. Smith, Managing God’s Goods
(Nashville, Tennessee: Southern
Publishing Association, 1973), hlm. 46.
[5] Ellen G. White, Counsels on Stewardship,
hlm. 15.
[6] Ellen G. White, Counsels on Stewardship,
hlm. 15.
[7] Paul G. Smith, Managing God’s Goods
(Nashville, Tennessee: Southern
Publishing Association, 1973), hlm. 40.
[8] Paul G. Smith, Managing God’s Goods
(Nashville, Tennessee: Southern
Publishing Association, 1973), hlm. 40.
[9] Ellen G. White, Mount of Blessing, hlm. 110
0 komentar:
Posting Komentar