“ON TIME” KENAPA SIH!
Oleh
Pdt. Moldy Ruddy Mambu
“Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari
ini adalah jahat“ Efesus
Acara besok pagi dimulai
pukul
Dibanyak jemaat himbauan „datang pada waktunya“ hanya sebatas retorika. Tiap acara kebaktian pemimpin sekolah sabat mengulangi hal ini. Namun sangat sering kita menyaksikan acara yang dimulai terlambat menunggu sampai tempat duduk dianggap sudah „terisi“ baru acara dimulai. Padahal dengan jelas pada buku acara menunjuk pada satu waktu tertentu. Keadaan ini bukan hanya terjadi di satu tempat tapi telah menjadi pemandangan umum di banyak jemaat dan acara. Acara molor beberapa menit malahan sampai hitungan jam. Pertanyaan yang muncul adalah apakah „acara dimulai“ menunggu hadirin ataukah hadirin menunggu „acara dimulai“. Seyogyanya suatu acara dimulai, adalah menurut waktu yang sudah direncanakan. Untuk hal seperti ini masalah terletak kepada pembawa acara untuk konsisten: Mau memulai acara atau tidak mau memulai acara, tanpa mempedulikan jumlah yang hadir. Kalau sudah ditentuka waktunya untuk dimulai tidaklah perlu menanti sampai semua kursi telah terisi. Disini terjadi proses pembelajaran bagi jemaat untuk belajar disiplin dan menghormati waktu.
Mendapat mamfaat rohani secara penuh, utuh selama waktu perbaktian hanyalah oleh mengikuti semua acara kebaktian dari mula secara penuh. Datang mendahului acara akan memberi kesempatan anggota jemaat mempersiapkan hati untuk mengikuti acara demi acara dengan hikmat. Itu juga memberi kemudahan untuk memilih tempat yang menyenangkan lalu berkesempatan komunikasi dengan saudara-saudara seiman lainnya dan mengucapkan selamat hari Sabat.
Mau terlambat atau sebaliknya tepat waktu tergantung dari kebiasaan. Di salah satu kepulauan Pacific terlambat satu jam itu masih terhitung on time. Nanti kalau anda tiba melebihi waktu tersebut barulah masuk kategori terlambat.
Di kalangan yang mengutamakan waktu, lima menit lewat berarti anda sudah terlambat, 10 menit anda tak muncul menandakan anda tak menghargai diri anda sendiri, melebihi jumlah itu artinya anda telah merampas waktu orang lain.
Pada dasarnya semua orang tidak mau terlambat. Berbagai cara dibuat orang agar supaya boleh hadir pada waktunya. Mulai dari meng-set jam tangan ataupun jam dinding dirumah 10 menit kedepan sampai kepada meminta orang lain untuk mengingatkan namun yang terjadi adalah: ….. tetap saja kita terlambat. Mengapa? Karena yang perlu di set bukanlah jam tangan, tetapi pikiran. Yaitu berpikir maju untuk tidak mau terlambat. Dengan demikian akan ada tindakan sungguh-sungguh yang dilakukan dari saat kesaat supaya tidak terlambat yang kemudian akan berubah menjadi kebiasaan. Kebiasaan ini kelak masuk menjadi bagian dari tabiat. Selanjutnya tabiat yang baik akan sangat berperan dalam mendatangkan keuntungan di depan.
Ungkapan „biar lambat asal selamat“ sudah jarang
digunakan orang dewasa ini. Kelambatan
umumnya membawa bencana. „Kalau saja
sejak dulu kita telah melawat, kalau saja sejak dulu kita sudah
menasihati, kalau saja sejak dulu kita
sudah mulai dirikan bangunan Gereja ...
adalah kalimat-kalimat penyesalan yang mempersalahkan kebiasaan lambat. Untuk meraih kemajuan perlu ada perubahan untuk bertindak cerdas,
cepat dan tepat. BAIT
0 komentar:
Posting Komentar