BAIT Ministry

HUT BAIT ke 1 di Megamendung Bogor

Kunjungan ke Jemaat Sentul dan Panti Asuhan di Bogor dalam rangka HUT BAIT Ministry ke 1.

BAIT Ministry di Toraja

Kunjungan BAIT Ministry ke SLA Mebali dan berbagai tempat wisata dalam rangka HUT BAIT ke 3.

Kunjungan BAIT Ministry ke Palu

Kunjungan BAIT Ministry ke Palu Dalam Rangka HUT BAIT Ministry ke 4.

KKR Bait Ministry di Kotamobagu

KKR BAIT Ministry di Kotamobagu Dalam Rangka HUT BAIT Ministry ke 5.

Baptisan BAIT Ministry di Kotamobagu

Baptisan Setelah KKR Dalam Rangka HUT BAIT Ministry ke 5 di Kotamobagu.

Sabtu, 29 Maret 2025

Roti Bakar

 
Roti Bakar
Oleh : Pdt. Dr. Robert Walean

Keluarga besar Isakhar adalah kaum yang dikenal sebagai kaum pekerja.  Bible Commentary Vol 1 hlm 482 memberikan penjelasan bahwa kaum Isakhar ini bekerja dibidang pertanian, bukan di bidang kekeuasaan politik.  Hal ini mengindikasikan bahwa Keturunan Isakhar ini adalah orang-orang yang fisiknya kuat. 

Mengenai kaum yang memiliki fisik kuat ini, ada suatu ayat yang menarik merhatian saya, ayat itu adalah Kejadian 49:14.  Ayat ini mengatakan Isakhar adalah seperti keledai yang kuat tulangnya, yang meniarap diapit bebannya,”  Dalam ayat ini Isakhar diparalelkan/ digambarkan seperti keledai yang kuat tulangnya, tetapi keledai yang kuat tulangnya ini tidak dalam posisi berdiri tegap,  juga dalam posisi berjalan membawa barang bawaannya tetapi justru digambarkan dalam posisi tiarap dengan diapit oleh beban yang seharusnya diangkatnya/ dibawanya.  Keledai yang digambarkan di ayat ini sebenarnya memiliki potensi yang baik untuk berdiri tegap dan bekerja karena kuat tulangnya, tetapi faktanya adalah walaupun ia memiliki potensi yang baik tetapi ia meniarap diapit bebannya.

Gambaran yang seperti ini, sebenarnya menggambarkan keadaan beberapa umat Tuhan.  Ada beberapa umat Tuhan yang sebenarnya sudah lama mengenal kebenaran ini dan itu pun masih dilengkapi dengan berbagai sertifikat kehadiran di beberapa seminar pemuritan, Ada yang berpengalaman dalam tugas-tugas di jemaat, ada yang secara akademis mereka sudah memiliki sertifikasi dalam pemahaman bahkan untuk mengajarkan akan firman Tuhan, dan masih ditambah lagi dengan sudah memiliki pengalaman-pengalaman spektakuler yang sebenarnya menguatkan iman mereka.  Tetapi sayangnya, sekarang ini justru mereka dalam keadaan lemah imannya sehingga sekarang ini mereka hanya meniarap diapit bebannya.

Dalam I Raja-raja 18 kita mendapati suatu catatan yang mengenai nabi Elia.  Nabi Elia adalah seorang nabi kuat, hebat, dan telah melakukan suatu hal yang spektakuler dengan mengalahkan 450 nabi-nabi  baal.  Tetapi tidak lama setelah itu semua, hanya dalam satu fatsal kemudian juga dicatatkan, ketika ia mendapat ancaman (I Raja-raja 19:1-2) dari seorang wanita penyembah berhala,  “Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana.  Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku."  Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu…”  I Raja-raja 19:3-5.  Rasa takut telah begitu menguasai Elia sehingga  itu membuat Elia yang sebenarnya adalah nabi Allah yang kuat, hebat, dan spektakuler itu menjadi buta akan fakta-fakta kuasa Tuhan yang ada dan buta akan rencana-rencana Tuhan padanya.  Ia tidak lagi melihat kuasa Tuhan yang ada dan ia tidak lagi melihat rencana-rencana yang besar padanya didepan. Dalam ayat 10 dicatatkan bahwa ia mengira bahwa sudah tidak ada lagi orang Israel yang bersama dia masih menyembah Tuhan, dengan mengatakan “…orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.”  Tetapi kemudian apa kata Tuhan mengenai fakta yang sebenarnya terjadi pada waktu itu “Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia."  II Raja-raja 19:18. 

Elia adalah serang nabi yang kuat, hebat, spektakuler, dan ia telah manang (18:40), tetapi dalam fatsal 19:4 ia menjadi lemah, tidak kuat, putus asa, bahkan ia minta untuk mati saja karena dikejar-kejar oleh pihak Izebel. 

Kadang-kadang kita juga menjumpai umat-umat Tuhan, bahkan bisa saja ada hamba Tuhan yang kuat, hebat, dan juga telah mengalami perkara-perkara yang spektakuler  bersama Tuhan, tetapi tiba-tiba pada suatu kesempatan menjadi lemah karena dikejar-kejar oleh daya tarik lawan jenisnya, dikejar-kejar oleh daya tarik harta, dikejar-kejar oleh daya tarik posisi, atau justru karena merasa ditinggalkan.  Keadaan ini, seperti keledai Isakhar yang kuat tulangnya tetapi lemah sehingga meniarap diapit bebannya. 

Kembali ke pengalaman nabi Elia, dalam I Raja-raja 19:5-7 dicatatkan “…Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: "Bangunlah, makanlah!"  Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring pula.  Tetapi malaikat TUHAN datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta berkata: "Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu."  Lalu apa akibat memakan makanan dan minuman dari malaikat ini?  “Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.”  I Raja-raja 19:8.  Memang Elia yang adalah nabi yang kuat, hebat, dan spektakuler itu pernah lari dari kejaran pihak Isebel, ia lari dengan masuk kehutan tanpa tujuan pokoknya melarikan diri dari tantangan Isebel.  Tetapi sekarang keadaan berubah!  Dalam I Raja-raja 19:8 dikatakan bahwa sesudah ia dikuatkan dengan memakan makanan dari malaikat, ia bisa berjalan dengan kuat selama empat puluh hari dan empat puluh malam dengan tujuan yang jelas dan pasti, yaitu ke gunung Allah, yakni gunung Horeb!  Dan di gunung Allah, yakni gunung Horeb ini, ia mendapat suatu kesempatan yang bukan hanya spektakuler tapi juga merupakan sutu kesempatan untuk bertemu dengan Allah yang menyatakan diri di sana (I Raja-raja 19:9-18). 

Mengapa Elia bisa kembali jadi kuat dan hebat, bahkan bukan hanya mengalami pengalaman yang spektakuler tapi ia mengalami suatu pengalaman yang mulia diatas gunung Horeb itu?  Karena ia makan roti bakar dan minum air yang disediakan oleh malaikat dua kali!  Peristiwa itu terjadi di hutan dan di sajikan oleh malaikat, itu artinya roti bakar itu dan air itu bukanlah roti bakar yang dijual dipinggir jalan dan bukan air dari sumur, tapi itu adalah makanan yang disediakan oleh Surga untuk Elia.  Hal ini mengingatkan kita akan apa yang Tuhan Yesus katakan dalam Matius 4:4  “…Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”  Bila firman Tuhan kita terima bukan sekedar untuk mepelajarinya tapi karena kita memang membutuhkannya, firman Tuhan ini akan membuka mata rohani kita melihat akan tujuan-tujuan yang mulia. 

Kembali ke keledai Isakhar, dalam Kejadian 49:15 dikatakan “ketika dilihatnya, bahwa perhentian itu baik dan negeri itu permai, maka disendengkannyalah bahunya untuk memikul, lalu menjadi budak rodi.”  Setelah keledai Isakhar ini melihat dengan jelas akan suatu tujuan yang baik dan permai,  munculah kekuatan baru untuk menuju ke tempat itu.  Setelah keledai ini melihat mendapatkan suatu visi yang tepat dan mulia, ada dua hal yang terjadi:

Hal pertama, “…maka disendengkannyalah bahunya untuk memikul…” Bahunya diarahkan untuk bekerja.  Kembali menyadari bahwa tujuannya adalah baik dan permai, maka timbullah semangat baru dan kekuatan baru untuk bekerja.  Disinilah perlunya kita saling mengingatkan sebagai suatu jemaat bahwa tujuan kita bukanlah sekedar tujuan-tujuan di dunia ini, tetapi tujuan kita adalah suatu tempat yang baik dan permai, dimana kita bisa hidup bersama kembali dengan kekasih-kekasih kita yang sudah mendahului kita bahkan disana kita bisa hidup bersama dengan Juruslamat kita.  Kita perlu kembali dan selalau melihat pada Yesus sang Raja Semawi itu, maka kita akan disanggupkan untuk bekerja sambil menuju Kerajaan Semawi itu.

Hal kedua,  “..menjadi budak rodi.”  Anak kalimat ini bukanlah merujuk pada suatu status seseorang yang rendah/ yang dibawah kekuasaan orang lain.  Tetapi anak kalimat ini merujuk pada sikap kerja dimana keledai ini kembali bekerja dengan sikap yang sungguh-sungguh  ia rela menyerahkan hidupnya dalam pekerjaan itu, dan hal ini, menyerahkan hidup kita untuk bekerja dalam menuju “negeri yang permai” itu adalah suatu kehormatan!  Itulah sebabnya ayat ini oleh King James Version dituliskan sebagai “And he saw that rest was good, and the land that it was pleasant ; and bowed his shoulder to bear , and became a servant unto tribute.” 

Bukankah hal ini mengingatkan kita semua bahwa firman Tuhan yang kita terima Karena memang kita membutuhkannya, dapat membukan visi mata kita dengan jelas ketempat-tempat yang mulia sehingga timbul juga gairah dan semangat untuk berjalan maju dengan kuat kembali sambil memikul tugas-tugas yang diembankan pada kita.  Kuasa firman Tuhan dapat mengembalikan kita pada komitmen kita yang semula, apapun resikonya. 

Mungkin kita berfikir, bukankah saya ini seorang Kristen yang setiap hari membacara sesuai jadwal “Follow The Bible.”  Oh syukurlah kalau begitu, tetapi sekedar untuk mengingatkan diri kita sendiri, marilah kita lihat apa yang dinasihatkan oleh Ny. Ellen G. White sehubungan dengan belajar (bukan sekedar baca tapi selidiki, pelajari dengan cara yang bukan sekedarnya) “Selidikilah Alkitab! Pelajarilah Alkitabmu sebagaimana engkau belum pernah pelajari sebelumnya.” TESTIMONIES, Jld. 5, hlm. 717.  

Memang kita adalah manusia biasa yang dapat saja berhadapan dengan tantangan-tantagan iman yang dapat saja menggerogoti kekuatan kita, biarlah kita senantiasa menerima firman Tuhan sebagaimana memang kita sungguh membutuhkannya sehingga kita juga akan mengalami bahwa kuasa Tuhan akan menyanggupkan kita untuk tetap berdiri bahkan menjalankan tugas-tugas yang telah diembankan pada kita sambil berjalan dengan kuat menuju tempat yang dengan jelas kita lihat yaitu pertemuan dengan Allah kita, di hari Maranataha itu. ***


Tanya Jawab : Ulatnya Tak Akan Mati

 

ULATNYA TAK AKAN MATI

Oleh : Pdt. Ronell Mamarimbing

 


Pertanyaan:

 

Apakah maksud dari pernyataan “ditempat itu ulatnya tak akan mati” dalam Markus 9:44, 46, 48?

 

Jawaban:

Kalimat “ditempat itu ulatnya tak akan mati” adalah sebuah kalimat kiasan/ibarat yang dipakai oleh penulis kitab Markus merujuk kepada Lembah Hinnom yang disebelah barat dan selatan Yerusalem di zaman tersebut. Dilembah inilah orang-orang kafir mengurbankan anak-anak mereka kepada  ilah Melek, atau Molokh, dewa sembahan bangsa Amon (Imamat 18:21; 22:2-5; Yesaya 32:35) dengan lewat membakar kurbannya hidup-hidup.  Tempat inilah yang kemudian orang-orang Yahudi namakan “Gehena” untuk menggambarkan keberandaan neraka itu (New Standard Dictionary, p 426).

              

Dilembah inilah segala sesuatu yang menjijikan di bawah, termasuk mayat atau anggota tubuh dari binatang yang mati, untuk dibakar.  Adakalanya tubuh binatang itu tidak habis terbakar semuanya oleh karena api yang dinyalakan ditempat terbuka tersebut cepat padam. Bahkan beberapa bagian dari tubuh mayat tersebut tidak sepenuhnya kena api. Bagian-bagian inilah yang segera lalat, dan menghasilkan belatung dan segala jenis ulat yang memakan habis bagian yang tak terbakar tersebut.  Jadi dengan melalui dua agent cara menghancurkan, api dan ulat, setiap mayat akan binasa, berobah bentuk, dan tak dikenali lagi.

              

Demikianlah yang akan terjadi bagi mereka yang menolak panggilan keselamatan itu. Semua orang jahat akan dibinasakan dengan api, dan orang mati tidak tau dan tidak akan mencari tahu cara bagaimana mereka mati. Yang pasti, kebinasaan orang-orang jahat disebabkan oleh penolakan mereka terhadap karunia Kasih Penebusan Yesus Kristu yang telah disampaikan lewat injil kekal ALLAH itu. 



Sabtu, 22 Maret 2025

Berjaga & Berdoa

 
Berjaga & Berdoa
Oleh ; Pdt. dr. Moldy Mambu

Adalah seorang muda  bernama Victor melamar pekerjaan di peternakan.  Ketika ditanyakan, apakah engkau mengetahui seluk beluk soal beternak?  Dari wajahnya yang jujur ia menjawab “I can sleep on windy nights”.  Walaupu si farmer tak mendapatkan arti jawaban tersebut, Víctor diterima dan langsung bekerja.  Ternyata Victor adalah pekerja keras yang cermat.  Pada suatu tengah malam angin dan hujan keras datang menerjang, si farmer terbangun dan langsung pergi membangunkan Victor tapi ia tak terjaga, tetap lelap.  Segera saja si farmer mengambil keputusan bahwa besok pagi ia akan di berhentikan sambil berjalan mengecek ternak dan gudang makanan.  Surprise, tidak ada pintu yang tercabut, semua ternak aman dan makanan terlindung dari badai malam itu.  Victor masih tidur dan si farmer teringat dan mengerti arti “I can sleep on windy nights”.  Cerita dari Uncle Arthur’s Bed-time stories ini mengilustrasikan dengan tepat tentang apa yang kita harus lakukan.  Kalau kita menjaga harta Tuhan secara terencana dengan mengikuti prosedur semestinya, maka badai apapun yang muncul kita telah Siap. Sebagaimana kata Yesus, berjagalah dan berdoalah, kedua kata ini menjadi kata kunci disini.  Sambil berjaga mempersiapkan segala sesuatu, kita pula berdoa agar diberikan akal budi dan kekuatan menghadapi situasi buruk, badai yang mungkin saja menimpa.

               Ya, di dunia yang semakin tua ini malapetaka dan bencana datang silih berganti.  Kehancuran serta kerusakan menyergap diwaktu yang tak diduga.  Lihat saja ketika musibah datang di Philippines beberapa tahun terakhir ini, diantara bangunan yang rusak nampak gereja kita ikut menjadi korban, hal ini terjadi waktu bencana .  Rumah perbaktian dan sekolah kita  rusak di Papua, Nias, Jawa tengah, dan Alor ketika gempa datang menggoyang bumi..  Hal yang sama terjadi ketika air meluap  di dataran Dumoga, Bolaang Mongondou beberapa waktu yang lalu.  Bukan hanya alam yang ditakutkan tapi manusia juga sering menjadi penyebab.  Belasan gereja kita sengaja di bakar dalam kerusuhan “sara” di Maluku, Ternate, Halmahera, Poso.  Juga habisnya bangunan gereja dilalap api yang masih belum jelas siapa pemantiknya seperti yang terjadi di  Bitung dan Bali pada beberapa tahun yang lalu.  Jemaat yang tiba-tiba kehilangan Rumah Ibadah akan sangat mengalami kesulitan dalam berbakti.  Untunglah banyak jemaat yang mempunyai pandangan kedepan untuk “berjaga dan berdoa” dengan mengasuransikan bangunan gereja dan bangunan sekolahnya.   Namun sangat di sayangkan bahwa  ada beberapa bangunan gereja  yang tidak mempunyai coverage  secara penuh ke asuransi malahan ada yang tidak diasuransikan sama sekali. Ketika musibah datang, claim yang didapat tidak mencukupi karena under coverage atau tidak mendapatkan apa-apa karena alpa memasukan nama jemaat kedalam daftar asuransi di kantor Konferens atau Mission.  Di Indonesia, premium asuransi bangunan gereja dan sekolah tidaklah besar. Dibeberapa tempat, mission / konferens yang membayarnya  dan dilain tempat biaya di share ataupun ditanggung jemaat. Namun yang utama adalah, apakah diasuransi? Apakah coverage nya memadai?.

               Gereja Advent menjadi denominasi pertama memiliki perusahan asuransi.  Ikhtiar telah di mulai oleh William A. Benyamin, penjual mesin ketik dengan modal $25,000.  Tahun 1936 organisasi ini telah dimulai dengan menggunakan nama General Conference Insurance Service (GCIS) kemudian berturut-turut berubah menjadi Gencon Company, General Conference Risk Management Service (GCRMS) dan sejak tahun 1995 mempunyai nama baru, Adventist Risk Management, Inc. disingkat ARM.  Wadah baru ini menyediakan quality risk management programs kepada gereja meliputi health care, personal risk, property / casualty, claims services and risk identification and control di 190 negara.  Bertemakan  75 years of providing solutions to minimize risks, institusi yang dimiliki GMAHK ini melayani jemaat Tuhan.

               Dulu dijamannya Ny. White  program asuransi belum teratur - orang dapat membeli asuransi jiwa untuk jiwa orang lain yang tidak dikenal dengan maksud mendapatkan keuntungan.  Hal ini telah mendatangkan banyak persoalan dan kesusahan dikalangan masyarakat.  Itu sebabnya Ny. White menganjurkan untuk tidak memasuki bisnis semacam ini. Sekarang jaman telah berubah, program asuransi dikelola secara profesional.  Untuk asset, resiko dapat diminimalisasi, di bagi, bahkan dipindahkan sehingga bangunan milik jemaat mendapat proteksi penuh.

               Apakah bangunan gereja dan sekolah anda telah di asuransi dengan jumlah yang memadai?  Hal ini perlu di update setiap tahun dengan berkoordinasi dengan kantor konferens / mission.  Semua kita ingin aman  sehingga “We can sleep on windy nights”.  Bukankah Alkitab banyak menceritakan mengenai harusnya memahami nilai-nilai persiapan, pentingnya details dan sadar akan resiko?  Sebab Injil itu sendiri – kabar keselamatan,  adalah the greatest loss control story ever told.

 


Sabtu, 15 Maret 2025

Tuhan Adalah Gembalaku : Arti & maknanya Untuk Kita

 

TUHAN ADALAH GEMBALAKU:

ARTI DAN MAKNANYA UNTUK KITA

Oleh: Pdt. Blasius Abin


Puisi Daud dalam Mazmur 23

Ekspresi metafora Raja Daud dalam Mazmur 23 tidak memiliki referensi langsung dengan peristiwa sejarah aktual Israel, baik kehidupan sosial, sipil, maupun kultural (sekalipun istilah seperti gembala dan beberapa ungkapan verbal sangat familiar dengan Israel). Alasannya, karena peristiwa dan konsepsi yang diungkapkan dalam bahasa puisi ini sesuatu yang tidak biasa bagi Israel. Lebih dari itu, peristiwa dan konsepsi Mazmur 23 dapat diaktualisasi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Tulisan ini mendiagnosa pengertian ekspresi puisi Daud dan interkoneksi dari berbagai ungkapan metafora Mazmur 23 ini dihubungkan dengan tema utama dalam puisi. Dari sana kita menarik kesimpulan dan aplikasi.

Mazmur 23 secara sederhana dapat dibagi dalam tiga bagian: pendahuluan (vs.1), tema utama (vs.4), dan penutup (vs. 6). Setiap bagian mengikat tema keseluruhan dari Mazmur 23. Ayat yang lain, seperti ayat 2, 3, 5  adalah elaborasi dan penjelasan dari tema utama pada pasal ini. Sebagai contoh ayat 1 dan 4 memiliki persamaan tematis, dan keduanya berfungsi sebagai pendahuluan dari expresi pada ayat 2, 3 dan ayat 5, 6. Jadi ekspresi bahasa Ibrani seperti:

lo ehsar = Aku tak akan kekurangan  (vs. 1b)

lo irara = Aku tak akan takut bahaya (vs. 4b)

berfungsi sebagai penjelasan dan afirmasi dari peran: “Tuhan adalah gembalaku” (vs. 1a), dan “Engkau besertaku” (vs. 4c). Kedua ungkapan ini secara semantik menegaskan kesetiaan Allah pada manusia sebagai inisiator perjanjian, dan menyingkapkan iman pemazmur kepada Allah sebagai gembala yang sesungguhnya.

Jika tema mazmur ini tidak  dapat dipisahkan dari pendahuluan dan penutup, maka contoh seperti pernyataan ayat 1a dan 1b tidak dapat berdiri sendiri,  dan pada level ini keduanya berdiri di atas hubungan sebab akibat: “karena Tuhan adalah gembalaku, maka saya tidak akan kekurangan.” Konsekuensi logis dari keyakinan ini diulang kembali pada bagian penutup: “karena Tuhan adalah gembalaku” (vs.1),  maka saya tidak pernah absen berada di hadapan Allah.” (vs.6). Ini menegaskan bahwa fokus utama dari puisi ini adalah peran Tuhan sebagai gembala, dan tema sentral dari puisi adalah keteguhan iman dalam kehidupan nyata (vs. 4).

 

Fokus Utama: Tuhan adalah Gembalaku

Pernyataan yhwh roi (“Tuhan adalah gembalaku”) dalam konteks sejarah Mesir sering digunakan untuk menggambarkan peran raja dalam menjalankan pemerintahan. Untuk menjadi seorang raja atau firaun yang baik dan bijaksana, para firaun yang duduk di takhta wajib memberikan ma’at (“social justice”) kepada para dewa dan manusia.  Kemudian konsep ini diformulasi dan digunakan sebagai label untuk pekerjaan gembala, terutama untuk gembala yang baik. Artinya, pernyataan “Tuhan adalah gembalaku” dalam Mazmur 23 bukanlah deskripsi tentang pekerjaan gembala biasa, mengungkapkan gelar ilahi, peran Allah dan fungsi kekuasaannya (bandingkan ekspresi yang sama dalam Kel. 15:3; Maz. 24:10; Amos 4:13; Hakim 5:5; Kej. 33:20). Pemazmur menggunakan gelar yang sama untuk Allah dalam berbagai kesempatan (seperti el roi  Kej. 16:13). Gelar “Tuhan adalah gembalaku” mengungkapkan karakter dan tanggung jawab dari individu yang memiliki kekuasaan dan tanggung jawab terhadap orang lain atau bangsa.

Metafora “Tuhan adalah gembalaku” sebagai fokus dari puisi ini, membentuk kualitas tema utama puisi (vs. 4), jadi gambaran tentang gembala-kawanan (vss. 1-4), ayah-anak (vs. 5) adalah ungkapan sinonim untuk menjelaskan karakter utama dari metafora tentang “Tuhan adalah gembalaku.” Deskripsi tentang “gembala yang baik”  dan “air yang tenang” sesungguhnya mengulang kembali ide utama di ayat satu, selanjutnya gambaran itu diganti dengan tersedianya makanan” (vs. 5)  dan tempat tinggal yang permanen “rumah Tuhan” (vs. 6). Dalam konteks tinggal di rumah Bapa, E. G. White berkata:

“Faith now took possession of my heart. I felt an inexpressible love for God, and had the witness of His Spirit that my sins were pardoned. My views of the Father were changed. I now looked upon Him as a kind and tender parent, rather than a stern tyrant compelling men to a blind obedience. My heart went out toward Him in a deep and fervent love. Obedience to His will seemed a joy; it was a pleasure to be in His service. No shadow clouded the light that revealed to me the perfect will of God…and realized the truth of what Christ had said: "He that followeth Me shall not walk in darkness, but shall have the light of life." John 8:12. (LS 39)

Ayat 1 dan 6 memiliki persamaan, keduanya dimulai dengan subyek orang ketiga tunggal (“Tuhan”), dan ayat 6 diakhiri dengan subyek orang pertama tunggal (“saya”), fakta ini menjelaskan ikatan kesatuan dari keseluruhan puisi dan menegaskan parameter dari puisi. Pernyataan “Aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa” tidak hanya memberi kesimpulan pada puisi ini tetapi janji yang mengandung prospek dan pengharapan. Ayat 6 adalah orientasi tentang masa depan, ini ditandai oleh munculnya partikel penghubung ak  “sesungguhnya”  segala sesuatu yang sudah terjadi sebelumnya, yang dibuat oleh sang Gembala (bdk. “therefore” Maz. 1:5) akan membawa efek positif untuk kehidupan yang akan datang. Dengan kata lain, Mazmur 23 mengingatkan kembali tentang makna “hidup” dalam konteks hubungan dengan Tuhan. Kesimpulan pada ayat 6a and janji pada ayat 6b harus dimengerti dari isi keseluruhan puisi (vss. 1-6). Hubungan ayat 1 dan 6 harus dilihat pada hubungan sebab-akibat, seperti berikut:

Ayat 6: karena kebaikan dan kemurahan akan mengikuti aku seumur hidupku (vs. 6a),   Maka aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa (vs. 6b). Ayat 1: Karena Tuhan adalah gembalaku (1a), maka aku tak akan kekurangan (1b).

Dalam konteks hubungan sebab akibat: Ayat 6a dan 1a adalah alasan dan ayat 6b dan 1b adalah konsekuensi atau akibat. Bahasa puitis ini hendak meyakinkan audiens atau pembaca tentang janji perlindungan Allah. Sejak “Tuhan adalah gembalaku” (vs.1) maka “kebaikan dan kemurahan akan mengiukti aku seumur hidupku (vs.6a). Pernyataan “aku akan diam dalam rumah Tuhan  sepanjang masa” (vs. 6b) adalah alasan mengapa “aku tak akan kekurangan” (vs. 1b). Jadi formula ayat 1a yang mendeskripsi tentang Allah “Tuhan adalah gembalaku” diulang kembali pada ayat 6b “aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa.” 

Gambaran kontinuitas perlindungan Allah pada ayat 1 dan 6 dijelaskan secara rinci melalui metafora tentang “gembala” dan “pertanian” pada ayat 2-5. Dari kehidupan yang semi-nomadik (berpindah tempat)  seperti seorang gembala (vs. 1) kepada kehidupan permanent seperti seorang petani (vs. 6). Secara gramatikal, kata kerja yang digunakan dalam ayat 1 dan 6 adalah deskripsi tentang kehidupan sekarang (present) dan kehidupan yang akan datang (future “sepanjang masa” vs. 6b).

 

Deskripsi Praktis Mazmur 23:2-3

Ayat 2 dan 3 memiliki pekabaran yang tak dapat dipisahkan dari ayat 1. Fungsi ayat 1a sama dengan ayat 1b-3. Perbedaannya, ayat 1 menggunakan subyek orang pertama “saya” (pemazmur) dan ayat 2 dan 3 menggunakan subyek orang ketiga tunggal “ia” (Tuhan) yang aktif melakukan sesuatu.  Aktivitas Allah sebagai subyek dari kata kerja pada ayat 2a-3b dan ayat 5a-b memberikan alasan utama terbentuknya premis iman dari pemazmur: mengapaaku tak akan kekurangan” (vs. 1b) jika “Tuhan adalah gembalaku” (vs. 1b);  mengapaaku tidak takut bahaya” (vs.4b) jika  “engaku besertaku” (vs. 4c). Dengan kata lain pertanyaan “mengapa” secara sederhana dijawab, karena Allah adalah gembalaku yang bertindak untuk aku. Pemazmur hendak mengatakan kepada pembaca bahwa eksistensi kehidupan manusia semata-mata karena providensia Tuhan, dan ide ini dapat dilihat dari subyek kata kerja pada ayat 2, 3, di mana Tuhan adalah inisiator untuk semua tujuan yang baik dalam kehidupan: “Ia membaringkan aku,” “Ia membimbing aku,” “Ia menyegarkan jiwaku,” dan “Ia menuntun aku.”

Dari semua aktivitas di atas, pernyataan “Ia menyegarkan jiwaku” (vs. 3) adalah pekabaran yang sangat penting dalam Mazmur Daud. Lebih penting dari “aku tak akan kekurangan” (vs.1b). Pernyataan “aku tak akan kekurangan” diformulasi tanpa obyek penderita (kata kerja transitif), dan probabilitas obyek dalam kalimat ini tidak terbatas “tak akan kekurangan sesuatu” (bdk. Maz. 34:11; Ul. 2:7) , bisa sesuatu yang bersifat material atau immaterial, tetapi pada ayat 3a, kata kerja yang digunakan diikuti oleh obyek penderita: “ia menyegarkan jiwaku.” Gambaran ayat 3a ini tidak dapat dipisahkan dari konteks klasik mengenai domba yang hilang. Domba yang hilang ditemukan,  dan selanjutnya sang gembala memenuhi kebutuhan yang paling fundamental, seperti yang digambarkan pada ayat 2.

Kombinasi antara “aku tak akan kekurangan” dan “ia menyegarkan jiwaku” menuntun pembaca pada ide tentang seseorang yang mati. Jika kita kekurangan segala sesuatu dari Tuhan dan jiwa kita tanpa restorasi, akibatnya: “kematian.”  Hal ini dikuatkan dengan penggunaan kata salmawet lembah kekelaman”  atau lembah kematian pada ayat 4a. Kata jiwa atau nepes dalam cerita Sinai (Im. 19:28 dan 21:1) digambarkan sebagai entitas yang telah mati karena ketidaktaatan, dan dalam buku Ratapan nepes dijelaskan sesuatu yang tidak terlindung atau sesuatu yang kosong (bdk. Ratap. 1:16).  Kata nepes dalam Maz. 23 digunakan oleh pemazmur dalam konteks pembaharuan. Restorasi jiwa hanya bisa terjadi bukan saja melalui tuntutan loyalitas tetapi juga intimitas hubungan dengan Allah sebagai gembala. Gelar Allah sebagai gembala, selalu menjadi alasan utama untuk memperoleh kekuatan (vs. 1b),  petunjuk (vss. 2a, 3b) dan memuliakan Allah (vs. 3c).

Pernyataan pada ayat 3c “oleh karena namaNya” tidak menggunakan subyek orang ketiga tunggal. Hal ini hendak menekankan kembali fokus utama dari puisi: “Tuhan adalah gembalaku.” Semua aktivitas pada ayat 2-3b dikerjakan oleh sang Gembala. Pernyataan “oleh karena namaNya” adalah afirmasi penting siapa Tuhan kita dalam menghadapi kompetitor dari gembala sejati. Aktivitas pada ayat 2-3b seperti “ia membaringkan aku di rumput yang hijau…ia menuntun aku di air yang tenang…ia menyegarkan jiwaku…dapat dilakukan oleh oknum lain dengan menggunakan nama yang lain (bdk. Hakim2 8; 1 Sam. 17; 25; 2 Raja2 19; Neh. 4; 6; Maz. 31; 42; 69; 74; 89:51-52). Semua perikop ini, terutama Maz. 89:51-52 secara eksplisit menggambarkan penderitaan orang yang setia oleh karena musuh jiwa. Artinya gambaran metafora tentang karakter Allah di ayat 2-3b mempertegas keyakinan pemazmur tentang eksistensi Allah dan apa yang Ia lakukan (vss. 1-3) sebagai individu yang memiliki otoritas dan kekuasaan penuh dalam menggembalakan jemaatNya.

 

Deskripsi Praktis Mazmur 23:5-6

Dalam literatur purba, kata “piala” (vs. 5c) digunakan berhubungan dengan peran para dewa. Di hadapan para penyembah, para dewa dalam literatur Babel, memegang piala dan menyampaikan berkat atau kutuk (UT 128. II. 11-28; CTA 15.II. 16-18). Orang Ibrani dalam PL, terutama pemazmur menggambarkan Allah memegang piala ketika ia memberikan keadilan atau mengumumkan penghukuman (Maz. 75:9; Hab. 2:16). Menurut Musa, piala melambangkan kekuasaan Allah (Kel. 15:6, 12).

Dalam Mazmur 23 pernyataan “pialaku penuh berlimpah” secara struktural berhubungan dengan ayat 3c “oleh karena namanya.” Pemazmur menekankan bahwa berkat yang limpah (vs. 5c) terjadi sebagai akibat logis dari peran Allah sebagai gembala (vs. 3c). Berkat ini dihubungkan dengan “ia menyediakan hidangan atau table (vs. 5a), ia mengurapi kepalaku dengan minyak (vs. 5b). “Minyak”  oleh para gembala digunakan sebagai obat bagi para kawanan yang terluka, dan “piala” digunakan oleh gembala untuk menampung air bagi kawanan yang haus. Jadi di sini piala tidak berhubungan dengan gambaran kekuasaan tetapi providensia kelimpahan Allah bagi umatNya. Fokus utama dalam puisi ini adalah “Tuhan adalah gembalaku.” Kata-kata seperti “air,” “piala,” “hidangan,” dan “minyak” adalah gambaran minor tentang Allah sebagai gembala.

Ungkapan simbolik ayat 5 dan 6 diakhiri dengan gambaran tentang Allah sebagai seorang gembala yang memilik rumah: “rumah Allah” (vs.6b). Di sini Allah digambarkan sebagai ayah dalam keluarga yang menyiapkan tempat tinggal atau rumah. Sebagai pembaca, kita dapat melihat ide pemazmur tentang perkembangan hubungan antara Allah dan manusia dalam Mazmur 23. Dari seorang gembala yang memelihara (vs. 1-3) kepada undangan untuk tinggal secara permanen di rumahnya, dan ia mengadopsi setiap orang untuk menjadi anggota keluarga: Aku akan tinggal di rumah Tuhan selamanya (vs. 6b). Pemazmur menegaskan hal yang penting dalam level praktikal, bahwa tinggal di rumah Allah harus memiliki hubungan dengan Allah, dan mau dituntun dan diajar oleh Gembala. Sekalipun  bet yhwh rumah Allah”  bagi orang Israel dihubungkan dengan kaabah di Jerusalem, tetapi ekspresi simbolik ini digunakan untuk berbagai aspek dari kehidupan. Kaabah orang Israel adalah tempat Allah tinggal dan Israel diangkat sebagai anak-anakNya. Intensitas dan kualitas hubungan dengan Allah, melalui aktivtias rohani dalam keluarga dan gereja adalah aspek lain untuk aplikasi “rumah Allah.” Tetapi aspek eskatologis, memberi keyakinan yang sahih tentang surga yang menjadi rumah yang sesungguhnya. Surga adalah tempat untuk didiami oleh orang-orang yang sudah digembalakan  Yesus.

 

Deskripsi Praktis Mazmur 23: 4

Ayat empat dianggap bagian yang menarik dari Mazmur 23. Selain perubahan subyek kata kerja, juga perikop ini dimulai dengan gam kisekalipun” yang membuatnya berbeda dengan eksperesi sebelum dan sesudah ayat 4. Frase gam ki selain berfungsi untuk mengontraskan sesuatu tetapi juga untuk mempertegas keyakinan dan iman pemazmur pada Allah. (bdk. Yes. 1:15; Hos. 8:10).  Ayat 4 memberi informasi penting dalam puisi ini karena pemazmur mendeklarasi keteguhan imannya. Jika ayat 3 mengungkapkan tujuan hidup, yakni bersatu dengan Allah, maka ayat 4 memberi fokus pada aktivitas yang nyata atau situasi real dari kehidupan. Pada level ini, pengakuan tentang iman dan kepercayaan mendapatkan tempat yang penting sebagai tema dari Mazmur 23. Hal ini penting, karena pengakuan iman secara publik seperti pada ayat 1-3 adalah perlu, tetapi pengakuan iman pribadi dalam ayat 4-6 adalah sangat penting. Sistem sekuritas iman untuk menghadapi kehidupan yang nyata, hanya datang dari totalitas iman individu kepada Allah. Deklarasi tentang keyakinan dan iman peribadi lebih dari “aku tak akan kekurangan” (vs. 1). Kelimpahan hidup yang dikaruniakan oleh Allah tidak resistan terhadap problem yang real, oleh karena itu komitmen iman pribadi sangat penting dalam realitas.

Ekspresi bahasa pada ayat 4-5a adalah sama dengan gambaran tentang keselamatan yang diwartakan oleh Yesaya (baca Yes. 41:8-13, 14-16; 43:1-4, 5-7; 44:1-5). Khotbah Yesaya didahului oleh panggilan: “jangan takut” dilanjutkan dengan janji keselamatan. Panggilan dalam Maz. 23 untuk jangan takut bersifat implisit melalui tindakan Allah dalam ayat 2 dan 3. Respons pemazmur pada ayat 4b “aku tidak takut bahaya” dan diikuti oleh “karena engaku besertaku” merupakan afirmasi terhadap janji perlindungan Allah.

Jadi partikel penghubung dalam bahasa Ibrani gam kisekalipun” pada ayat 4 menegaskan kembali tema deklarasi tentang iman dan kepercayaan, dan inilah alasannya “I fear no evil, for” (saya tidak akan takut kejahatan karena….).  Di sini artikel ki karena/sebab” berperan sebagai transisi  untuk subyek “you” dalam “engaku besertaku.” Jadi yang hendak ditekankankan oleh pemazmur adalah intimitas hubungan antara “I” dan “you” (Allah), lebih bersifat personal dan intensitas hubungan yang lebih dekat dengan Allah. Pemazmur, dalam ayat 4, membangun skenario yang berlawanan. Kelimpahan hidup pada ayat 2-3 dan kehidupan kekal pada ayat 5-6 tidak dapat diancam oleh kehadiran salmawet lembah kekelaman /kematian” pada ayat 4. Bagi para gembala salmawet adalah ancaman fisik yang nyata, tetapi dalam konteks kita, itu lebih dari ancaman fisik. Tapi apapun konteksnya, kehadiran Tuhan adalah dasar dari sistem sekuritas fisik dan rohani kawanan Allah. Pernyataan “ia menyegarkan jiwaku” (vs.3) dan “tinggal di rumah Tuhan selamanya” (vs.6) adalah interkoneksi yang penting untuk mengerti komitmen iman dalam menghadapi ancaman yang real pada ayat 4.

 

Kesimpulan dan Aplikasi

Pernyataan “Tuhan adalah gembalaku” adalah gambaran peran Allah yang penuh kuasa dengan membangun perjanjian (covenant) dengan umatnya, perjanjian itu dimeteraikan melalui ritual simbolik “Engaku menyediakan hidangan bagiku” (vs. 5). Ritual simboli ini menuntut jawaban iman dari umatNya. Allah sebagai “Gembala” adalah gambaran yang penting tentang Allah bagi kehidupan semua orang di masa sekarang dan akan datang.

Dalam level praktis, pernyataan “Tuhan adalah gembalaku” adalah gambaran tentang eksistensi Allah yang penuh kuasa dalam menuntun umatnya. Gelar inilah yang menjadi alasan mengapa pemazmur dan semua pembaca  tidak perlu takut terhadap kekurangan dan terhadap bahaya yang mengancam setiap saat. Membaca mazmur 23, memberikan efek positif terhadap perspektif theology mengenai keselamatan. Allah tidak hanya inisiator untuk menyiapkan keselamatan melalui ungkapan metafora dari pemazmur 23, tetapi ia juga menuntut totalitas komitment iman. Komitmen itu lebih dari pengakuan verbal,  realita yang sulit akan menguji komitmen iman pemazmur.

Metafora tentang tuntunan dan tindakan Allah sebagai gembala dalam Maz. 23:2-3 dan ayat 5-6 menempatkan manusia sebagai obyek pasif dari keselamatan yang dikerjakan oleh Allah. Tetapi lebih dari itu Allah, dalam ayat 4, menuntut respon aktif dari manusia, respon iman yang konsisten. Hal ini penting karena realitas hidup selalu paradoks, ada janji pengharapan tetapi ada realitas yang sulit dalam kehidupan nyata.  Iman dalam realita lebih sulit dari iman yang diakui  secara verbal di kebaktian.  Melalui pengalaman raja Daud, yang diekspresikan dalam Mazmur 23, tetap menjadi inspirasi untuk perjalanan kita sebagai kawanan Allah:  “aku berjalan dalam lembah kematian, aku tidak takut karena Allah besertaku.” (vs. 4), karena “Tuhan adalah gembalaku.” ***

 


Sabtu, 08 Maret 2025

YESUS KRISTUS, RAJA DAMAI

 

YESUS KRISTUS, RAJA DAMAI

Oleh: Pdt. Drs. Reinhold Kesaulya, MPH

 Yesaya 9:5 Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.

 

D

amai adalah hal yang banyak dicari namun juga sukar dimengerti, Kebutuhan terbesar dunia ialah kedamaian. Para pemimpin, politikus dan diplomat mencurahkan seluruh usaha mereka untuk kedamaian. Tetapi sejarah membuktikan kesia-siaan mereka. Seorang ahli sejarah Perancis memperkirakan bahwa 15 abad sebelum Kristus sampai AD telah terjadi 3.130 tahun peperangan sedangkan tahun-tahun damai hanya 227 tahun. Berarti dunia mengalami 13 tahun perang berbanding 1 tahun damai.

Saat ini kehancuran oleh senjata nuklir menjadi momok bagi manusia. Peperangan berikut akan membuat perhitungan bahwa mereka yang mati dihitung secara unit dengan jutaan mayat. Senjata pembunuh diperkenalkan USA di perang Afganistan yaitu: bom dengan daya bunuh menghabiskan oxigin. Manusia bukan saja mati dikoyak bom dan senjata nuklir, tetapi juga mati terkoyak watak/tabiat.

Rasa takut menghantui semua orang. Rasa takut di jaman kelahiran Yesus belum sehebat sekarang.  Orang tidak bisa tidur memikirkan masa depan. Takut jatuh miskin, takut apa yang akan di makan, di pakai esok, takut ditinggal kekasih/sahabat, takut tua, takut gaji dipotong, dll. Ada berbagai phobia: Claustro (tertutup); zoo (binatang); hydro (air); acro (tinggi). Takut kedatangan Yesus.

Lukas 2:13,14 Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." Amos 5:18 Celakalah mereka yang menginginkan hari TUHAN! Apakah gunanya hari TUHAN itu bagimu? Hari itu kegelapan, bukan terang! 5:19 Seperti seseorang yang lari terhadap singa, seekor beruang mendatangi dia, dan ketika ia sampai ke rumah, bertopang dengan tangannya ke dinding, seekor ular memagut dia! 5:20 Bukankah hari TUHAN itu kegelapan dan bukan terang, kelam kabut dan tidak bercahaya?

”The heart of the problem is the problem of the heart”.  Inti/hati masalah adalah masalah hati. Jadi kedamaian itu bukan sesuatu yang terdapat di luar tetapi di dalam hati. “When the going gets tough, the tough gets going” (Bila keadaan menjadi semakin sukar, maka yang ulet/kuat tetap maju). Mengapa? Yohanes 14:27 Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.

Sebagai Raja Damai, Yesus menanamkan kedamaianNya dalam 3 hubungan utama.

(1) Berdamai dengan Tuhan melalui pengantaraan Yesus. Dosa adalah penyebqb perpecahan dan memisahkan kita dari Tuhan.

Yesaya 59:1 Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; 59:2 tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.

 

(2) Yesus memampukan kita memiliki kedamaian dalam hati.

Yesaya 26:3 Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.

Roma 5:1 Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.

 

Roma 7:21-25 Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.


(3) Berdamai dengan semua orang.

Markus 9:50 Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."

Damai menghasilkan sukacita.  (1) Pilipi 1:3,4 Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu. Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita. (2) Pilipi 1:18 Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita, (3)  Pilipi 1:25 Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman, 5T 745 (1889) ”Kalau sekarang kita tidak mendapatkan kesenangan di dalam merenungkan perkara2 semawi; jika kita tidak menaruh minat untuk mencari pengetahuan akan Allah, tidak merasa senang memandang tabiat Kristus; kalau kekudusan tidak mempunyai penarikan bagi kita – maka kita merasa pasti bahwa pengharapan kita akan surga adalah sia-sia. Penyesuaian yang sempurna dengan kehendak Allah merupakan tujuan luhur yang harus tetap ada di hadapan orang Kristen. Dia akan senang berbicara tentang Allah, tentang Yesus, dan tentang rumah kebahagiaan dan kemurnian  yang Kristus telah sediakan bagi mereka yang mengasihiNya. Merenungkan perkara2 ini, bilamana jiwa bersukaria akan jaminan Allah yang membahagiakan itu, yang rasul itu lukiskan sebagai menikmati ”kuasa dunia yang akan datang.”

Lukas 2:10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: 2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.

2:12 Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan." 2:13 Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: 2:14 "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." 2:15 Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita."

Ketika Yesus lahir, Ia lahir di kandang binatang, Ia tidak tinggalkan tanggal kelahiranNya, Ia tidak punya rumah, tidak menulis sebuah buku pun, mati untuk dosa kita, dikuburkan di kubur Yusuf dari Arimatea Yesus pada umur 12 tahun dalam bait Allah. Lukas 2:52 Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.

Yesus dibaptis, berpuasa dan dicobai, ditolak di Nazareth, menyembuhkan, memberi makan, membangkitkan anak Yairus, anak perempuan janda di Nain, dan Lazarus. Yesus mengajar dan memberitakan Injil. Lukas 4:43 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus."

Yesus meredakan angin ribut, mengusir roh jahat dari manusia, mengampuni perempuan yang berbuat jahat, mengutus 12 murid & 70 muridNya, mengajarkan dan menghidupkan kerendahan hati seorang pemimpin, memberi teladan berdoa, menyucikan Bait Allah, mengajarkan tentang membayar pajak, menasihatkan supaya berhaga-jaga, menetapkan dan mengikuti Perjamuan Kudus, di taman Getsemane, dikhianati dan ditangkap, diadili, dijatuhi hukuman mati, disalibkan, dikuburkan, bangkit dengan jaya dan naik ke Surga.

”Pilipi 2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Dialah Yesus sang Raja Damai, Yesus yang merendahkan diriNYA menjadi manusia dan membawa damai dan keselamatan bagi kita manusia. ***


HARI DEMI HARI LEBIH DEKAT KEPADANYA

 

HARI DEMI HARI LEBIH DEKAT KEPADANYA

”Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah” – Yosua 24:15

Oleh : Willy U. Wuisan

  

K

ehidupan orang Kristen merupakan suatu pertempuran dalam sebuah perjalanan. Dalam peperangan ini tidak ada kelepasan; usaha harus diadakan secara terus menerus dan tetap dipertahankan. Seorang yang memiliki hubungan yang tetap dengan Allah, yaitu persahabatan dan ikatan yang didasarkan kepada kesetiaan dari hari ke hari, ia akan membiarkan Allah menuntun hidupnya kepada kehidupan yang lebih tinggi, kita berada dalam keadaan antara kita bergantung sepenuhnya kepada diri sendiri. 

Setan terus menerus berusaha untuk menarik perhatian kita agar kita jangan tetap bersandar sepenuhnya kepada kuasa Allah. Pada saat kita mulai bergumul melawan Setan dengan kekuatan sendiri, saat kita mulai memperhatikan bagaimanakah tingkah laku perbuatan kita, perhatian kita dialihkan dari Yesus, dan putuslah ketergantungan kita kepada kuasaNya. 

Bila kita memilih untuk memiliki hubungan yang tetap dengan Yesus, arah hidup kita menuju keatas. Tuhan yang mengendalikan hidup kita, menuntun kita sedapat mungkin untuk tinggal dan bersandar kepada kuasaNya setiap waktu. Tetapi, sementara kita bertumbuh, ada saatnya di mana kita memandang kepada Yesus, dan ada saat di mana kita berpaling dari Yesus dan memandang kepada diri kita sendiri atau kepada orang-orang di sekeliling kita, boleh jadi situasi ini terjadi di dalam satu hari yang sama. 

Namun, Tuhan tidak menghakimi kita berdasarkan perbuatan baik atau salah yang sekali-sekali kita lakukan. Ia melihat arah perjalanan hidup kita. Jika dengan senang hati kita memilih untuk menempatkan diri di bawah pengendalianNya dengan mengembangkan hubungan dengan Dia dari hari ke hari, Ia akan memimpin kita agar berserah sepenuhnya kepada KuasaNya setiap waktu. Pertumbuhan di dalam kehidupan Kristiani pada dasarnya adalah belajar untuk tetap bersandar kepada Yesus secara lebih konstan dari hari ke hari. 

Sebagaimana banyak pilihan-pilihan dalan hidup ini, dihadapan kita juga terbentang pilihan, kepada siapakah kita akan beribadah serta menyerahkan hidup kita untuk dikendalikan. 

Pada hari Sabat ini apakah kita semua sudah menyadari bahwa hidup kita hari demi hari lebih dekat kepada kedatangan Tuhan yang kedua kali?. Biarlah kita hidup seperti Yosua yang menyatakan: ”Tetapi aku dan seisi rumahku memilih untuk beribadah kepada Tuhan”

 


Sabtu, 01 Maret 2025

Apokripa

 

APOKRIPA

Oleh : Herschel Najoan

Disadur dari berbagai sumber

 


 

S

ampai saat ini, masih saja ada orang Kristen yang mempertanyakan, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan Aprokripa, ada pula yang bertanya kenapa banyaknya kitab pada Alkitab yang digunakan oleh gereja Katolik berbeda jumlahnya dengan Alkitab yang dipegang oleh non Katolik. Ada pula yang bertanya kenapa ada tambahan kitab-kitab pada kanon Katolik ?.

Kitab-kitab Apokripa yang tebalnya lebih kurang dua per tiga Perjanjian Baru ini, disebut juga dengan istilah Deutrokanonika (= kanon yang kedua). Istilah Apokripa dipakai untuk sebutan sebuah koleksi tulisan-tulisan kuno yang diperkirakan ditulis antara tahun 250 Sebelum Kristus dan abad-abad permulaan dari tahun Masehi. Buku-buku Apokripa ini telah dipandang sebagai tulisan wahyu Allah dalam theologi dari Gereja Katolik Romawi, tetapi dalam pandangan kelompok Protestan dan Yahudi, buku-buku tersebut tidak memberikan inspirasi yang nyata.

               Kebanyakan para ahli agama merasa bahwa buku-buku Apokripa mewakili buku-buku yang tingkatannya lebih rendah dibanding dengan tulisan-tulisan yang murni Alkitabiah. Buku-buku Apokripa tersebut jelas mengandung banyak ketidak tepatan dan ketidak sesuaian yang bersifat sejarah dan geografis, dan tidak bernafaskan roh nubuatan.

               Buku-buku Apokripa tak pernah dinyatakan sebagai tulisan yang mempunyai kuasa otoritas sebelumnya, dan baru diakui oleh Badan Musyawarah Umat Katolik (tahun 1546 Tarikh Masehi). Pada saat itu buku-buku Apokripa yang dinyatakan murni adalah : Tobit, Yudit, Kebesaran Salomo, Pengkhotbah, Barukh (termasuk surat dari Yeremia), I dan II Makabe, tambahan pada Kitab Esther dan tambahan pada Kitab Daniel (yaitu: Susana, nyanyian dari tiga orang pemuda dan Bel dan Naga).

               Alasan-alasan lain gereja Protestan dan Yahudi menolak Apokripa di antaranya :

·        Dalam Perjanjian Baru, ada kira-kira 260 kutipan langsung dari Perjanjian Lama, dan juga ada kira-kira 370 penggunaan bagian-bagian Perjanjian Lama yang tidak merupakan kutipan langsung. Ini menunjukkan bahwa baik Yesus maupun rasul-rasul mengakui otoritas Perjanjian Lama sebagai Firman Allah, dan menggunakannya sebagai dasar hidup, iman dan ajaran mereka. Tetapi baik Yesus maupun rasul-rasul tidak pernah mengutip dari kitab-kitab Apocrypha sebagai dasar ajaran mereka, padahal kitab-kitab Apokripa itu sudah ada / beredar pada zaman Yesus hidup di dunia ini. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengakui kitab-kitab Apokripa sebagai Firman Allah.

·        Penulis kitab-kitab Apocrypha itu sendiri tidak menunjukkan dirinya sebagai penulis Firman Tuhan yang diberikan Allah kepada manusia.

        Coba itu  perhatikan 2 Makabe 15:37b-38 yang    berbunyi:

"Maka aku sendiripun mau mengakhiri kisah ini. Jika susunannya baik lagi tepat, maka itulah yang kukehendaki. Tetapi jika susunannya hanya sedang-sedang dan setengah-setengah saja, maka hanya itulah yang mungkin bagiku".

               Ini sama sekali tidak menunjukkan orang yang menuliskan Firman Tuhan di bawah pengilhaman Roh Kudus! Perhatikan kata-kata 'kukehendaki' dan 'bagiku'. Bagaimana kita bisa mempercayai otoritas tulisan seperti ini, sedangkan penulisnya sendiripun tidak yakin akan kebenaran tulisannya!

  • Penulis kitab Apokripa tidak mengerti sejarah, contohnya:
    • Yudit 1:1,7 menyebut Nebukadnezar sebagai raja Asyur di Niniwe, sedangkan kita tahu bahwa sebetulnya Nebukadnezar adalah raja Babilonia (Daniel 4:4-6,30).
  • Dalam kitab-kitab Apocrypha ada doktrin sesat 'salvation by works' (= keselamatan karena perbuatan baik), seperti:
    • Tobit 12:9 berbunyi: "Memang sedekah melepaskan dari maut dan menghapus setiap dosa".
    • Tobit 4:10 berbunyi: "Memang sedekah melepaskan dari maut dan tidak membiarkan orang masuk ke dalam kegelapan".
    • Tobit 14:10-11a berbunyi: "Nak, ingatlah kepada apa yang telah diperbuat Nadab kepada bapa pengasuhnya, yaitu Ahikar. Bukankah Ahikar hidup-hidup diturunkan ke bagian bawah bumi? Tetapi Allah telah membalas kelaliman Nadab ke atas kepalanya sendiri. Ahikar keluar menuju cahaya, sedangkan Nadab turun ke kegelapan kekal, oleh karena ia telah berusaha membunuh Ahikar. Karena melakukan kebajikan maka Ahikar luput dari jerat maut yang dipasang baginya oleh Nadab. Sedangkan Nadab jatuh ke dalam jerat maut yang juga membinasakannya. Makanya anak-anakku, camkanlah apa yang dihasilkan oleh sedekah dan apa yang dihasilkan oleh kelaliman".
    • Sirakh 3:3a berbunyi: "Barangsiapa menghormati bapanya memulihkan dosa".

Doktrin sesat ini jelas bertentangan dengan Gal 2:16,21 dan Ef 2:8-9.

               Walaupun Apocripa diterima Katolik sebagai bagian Firman yang diilhamkan namun lucunya, ada Paus yang menentang kitab-kitab Apocrypha, dan dengan demikian mereka bertentangan dengan Council of Trent yang memasukkan kitab-kitab itu ke dalam Alkitab. Loraine Boettner mengutip kata-kata Dr. Harris yang dalam bukunya yang berjudul 'Fundamental Protestant Doctrines', I, hal 4, berkata:

"Pope Gregory the Great declared that First Maccabees, an Apocryphal book, is not canonical. Cardinal Zomenes, in his polygot Bible just before the Council of Trent, excluded the Apocrypha and his work was approved by pope Leo X. Could these popes have been mistaken or not? If they were correct, the decision of the Council of Trent was wrong. If they were wrong where is a pope's infallibility as a teacher of doctrine?" (= Paus Gregory yang Agung menyatakan bahwa kitab Makabe yang pertama, suatu kitab Apocrypha, tidak termasuk kanon. Kardinal Zomenes, dalam Alkitab polygotnya persis sebelum Council of Trent, mengeluarkan / membuang Apocrypha dan pekerjaannya disetujui oleh Paus Leo X. Apakah Paus-paus ini bisa salah atau tidak? Jika mereka benar, keputusan Council of Trent salah. Jika mereka salah, dimana ketidak bersalahan Paus sebagai seorang pengajar doktrin?) - Loraine Boettner, 'Roman Catholicism', hal 83.

               Pada tahun 1545, sidang gereja di Trent menyatakan bahwa tradisi mempunyai otoritas yang sama dengan Kitab Suci, tapi harus ditafsirkan oleh gereja. Ini menyebabkan ajaran mereka tidak bisa berubah. Jadi, kalaupun suatu waktu mereka menyadari bahwa ada keputusan sidang gereja atau keputusan Paus yang ternyata salah, mereka tidak bisa mengubahnya. Bagaimana mungkin menyatakan sesuatu, yang setingkat otoritasnya dengan Kitab Suci, sebagai sesuatu yang salah dan harus diralat ?

               Tahun 1546, sidang gereja di Trent memasukkan 12 kitab-kitab Apocrypha itu ke dalam Kitab Suci (karena itu maka disebut Deutrokanonika (= kanon yang kedua). Hal ini dilakukan untuk mempertahankan ajaran-ajaran mereka yang tidak selaras dengan Kitab Suci (misalnya: api pencucian, keperawanan yang abadi dari Maria, kesucian Maria, kenaikan Maria ke sorga dengan tubuh jasmaninya, dsb). 'Tradisi' ini justru jauh lebih berperan sebagai dasar dari ajaran-ajaran Roma Katolik, bahkan sebagian besar ajaran / dogma Roma Katolik tidak didasarkan pada Kitab Suci, tetapi pada tradisi! Ini menyebabkan sekalipun Roma Katolik dan Kristen Protestan sama-sama menggunakan Kitab Suci, tetapi ajarannya bisa sangat berbeda / bertentangan.

               Pengakuan Westminster (Westminster Confession 1643) yang ditulis oleh kalangan pemimpin-pemimpin Protestan menyatakan bahwa "buku-buku yang umumnya disebut Apokripa yang tidak terjadi oleh inspirasi yang ilahi, tidak termasuk buku yang murni Alkitabiah, dan karena itu tak mempunyai kuasa otoritas dari Gereja Allah ataupun yang dapat diterima ataupun dipakai sebagai buku yang absah murni dari Allah; kecuali hanya sebagai buku-buku biasa yang ditulis oleh seorang manusia".

Semoga penjelasan ini akan menambah pengetahuan kita sehubungan dengan perbedaan jumlah kitab yang digunakan oleh gereja Katolik dan gereja lain termasuk oleh kita gereja Advent.