ULATNYA TAK AKAN MATI
Oleh : Pdt. Ronell Mamarimbing
Pertanyaan:
Apakah maksud dari
pernyataan “ditempat itu ulatnya tak akan mati” dalam Markus 9:44, 46, 48?
Jawaban:
Kalimat “ditempat itu ulatnya tak akan mati” adalah sebuah kalimat
kiasan/ibarat yang dipakai oleh penulis kitab Markus merujuk kepada Lembah
Hinnom yang disebelah barat dan selatan Yerusalem di zaman tersebut. Dilembah
inilah orang-orang kafir mengurbankan anak-anak mereka kepada ilah Melek, atau Molokh, dewa sembahan bangsa
Amon (Imamat 18:21; 22:2-5; Yesaya 32:35) dengan lewat membakar kurbannya
hidup-hidup. Tempat inilah yang kemudian
orang-orang Yahudi namakan “Gehena” untuk menggambarkan keberandaan neraka itu
(New Standard Dictionary, p 426).
Dilembah inilah segala sesuatu yang menjijikan di bawah, termasuk mayat
atau anggota tubuh dari binatang yang mati, untuk dibakar. Adakalanya tubuh binatang itu tidak habis
terbakar semuanya oleh karena api yang dinyalakan ditempat terbuka tersebut
cepat padam. Bahkan beberapa bagian dari tubuh mayat tersebut tidak sepenuhnya
kena api. Bagian-bagian inilah yang segera lalat, dan menghasilkan belatung dan
segala jenis ulat yang memakan habis bagian yang tak terbakar tersebut. Jadi dengan melalui dua agent cara
menghancurkan, api dan ulat, setiap mayat akan binasa, berobah bentuk, dan tak
dikenali lagi.
Demikianlah yang akan terjadi bagi mereka yang menolak panggilan
keselamatan itu. Semua orang jahat akan dibinasakan dengan api, dan orang mati
tidak tau dan tidak akan mencari tahu cara bagaimana mereka mati. Yang pasti,
kebinasaan orang-orang jahat disebabkan oleh penolakan mereka terhadap karunia
Kasih Penebusan Yesus Kristu yang telah disampaikan lewat injil kekal ALLAH
itu.
0 komentar:
Posting Komentar