Keluarga besar Isakhar adalah kaum yang dikenal sebagai kaum pekerja. Bible Commentary Vol 1 hlm 482 memberikan penjelasan bahwa kaum Isakhar ini bekerja dibidang pertanian, bukan di bidang kekeuasaan politik. Hal ini mengindikasikan bahwa Keturunan Isakhar ini adalah orang-orang yang fisiknya kuat.
Mengenai kaum yang
memiliki fisik kuat ini, ada suatu ayat yang menarik merhatian saya, ayat itu
adalah Kejadian 49:14. Ayat ini
mengatakan “Isakhar adalah seperti keledai yang kuat tulangnya, yang meniarap
diapit bebannya,” Dalam ayat ini
Isakhar diparalelkan/ digambarkan seperti keledai yang kuat tulangnya, tetapi
keledai yang kuat tulangnya ini tidak dalam posisi berdiri tegap, juga dalam posisi berjalan membawa barang
bawaannya tetapi justru digambarkan dalam posisi tiarap dengan diapit oleh
beban yang seharusnya diangkatnya/ dibawanya.
Keledai yang digambarkan di ayat ini sebenarnya memiliki potensi yang
baik untuk berdiri tegap dan bekerja karena kuat tulangnya, tetapi faktanya
adalah walaupun ia memiliki potensi yang baik tetapi ia meniarap diapit
bebannya.
Gambaran yang seperti ini,
sebenarnya menggambarkan keadaan beberapa umat Tuhan. Ada beberapa umat Tuhan yang sebenarnya sudah
lama mengenal kebenaran ini dan itu pun masih dilengkapi dengan berbagai
sertifikat kehadiran di beberapa seminar pemuritan, Ada yang berpengalaman
dalam tugas-tugas di jemaat, ada yang secara akademis mereka sudah memiliki
sertifikasi dalam pemahaman bahkan untuk mengajarkan akan firman Tuhan, dan
masih ditambah lagi dengan sudah memiliki pengalaman-pengalaman spektakuler
yang sebenarnya menguatkan iman mereka.
Tetapi sayangnya, sekarang ini justru mereka dalam keadaan lemah imannya
sehingga sekarang ini mereka hanya meniarap diapit bebannya.
Dalam I Raja-raja 18 kita mendapati suatu catatan yang mengenai nabi Elia. Nabi Elia adalah seorang nabi kuat, hebat, dan telah melakukan suatu hal yang spektakuler dengan mengalahkan 450 nabi-nabi baal. Tetapi tidak lama setelah itu semua, hanya dalam satu fatsal kemudian juga dicatatkan, ketika ia mendapat ancaman (I Raja-raja 19:1-2) dari seorang wanita penyembah berhala, “Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana. Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku." Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu…” I Raja-raja 19:3-5. Rasa takut telah begitu menguasai Elia sehingga itu membuat Elia yang sebenarnya adalah nabi Allah yang kuat, hebat, dan spektakuler itu menjadi buta akan fakta-fakta kuasa Tuhan yang ada dan buta akan rencana-rencana Tuhan padanya. Ia tidak lagi melihat kuasa Tuhan yang ada dan ia tidak lagi melihat rencana-rencana yang besar padanya didepan. Dalam ayat 10 dicatatkan bahwa ia mengira bahwa sudah tidak ada lagi orang Israel yang bersama dia masih menyembah Tuhan, dengan mengatakan “…orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.” Tetapi kemudian apa kata Tuhan mengenai fakta yang sebenarnya terjadi pada waktu itu “Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia." II Raja-raja 19:18.
Elia adalah serang nabi yang kuat, hebat, spektakuler, dan ia telah manang (18:40), tetapi dalam fatsal 19:4 ia menjadi lemah, tidak kuat, putus asa, bahkan ia minta untuk mati saja karena dikejar-kejar oleh pihak Izebel.
Kadang-kadang kita juga menjumpai umat-umat Tuhan, bahkan bisa saja ada hamba Tuhan yang kuat, hebat, dan juga telah mengalami perkara-perkara yang spektakuler bersama Tuhan, tetapi tiba-tiba pada suatu kesempatan menjadi lemah karena dikejar-kejar oleh daya tarik lawan jenisnya, dikejar-kejar oleh daya tarik harta, dikejar-kejar oleh daya tarik posisi, atau justru karena merasa ditinggalkan. Keadaan ini, seperti keledai Isakhar yang kuat tulangnya tetapi lemah sehingga meniarap diapit bebannya.
Kembali ke pengalaman nabi Elia, dalam I Raja-raja 19:5-7 dicatatkan “…Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: "Bangunlah, makanlah!" Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring pula. Tetapi malaikat TUHAN datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta berkata: "Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu." Lalu apa akibat memakan makanan dan minuman dari malaikat ini? “Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.” I Raja-raja 19:8. Memang Elia yang adalah nabi yang kuat, hebat, dan spektakuler itu pernah lari dari kejaran pihak Isebel, ia lari dengan masuk kehutan tanpa tujuan pokoknya melarikan diri dari tantangan Isebel. Tetapi sekarang keadaan berubah! Dalam I Raja-raja 19:8 dikatakan bahwa sesudah ia dikuatkan dengan memakan makanan dari malaikat, ia bisa berjalan dengan kuat selama empat puluh hari dan empat puluh malam dengan tujuan yang jelas dan pasti, yaitu ke gunung Allah, yakni gunung Horeb! Dan di gunung Allah, yakni gunung Horeb ini, ia mendapat suatu kesempatan yang bukan hanya spektakuler tapi juga merupakan sutu kesempatan untuk bertemu dengan Allah yang menyatakan diri di sana (I Raja-raja 19:9-18).
Mengapa Elia bisa kembali jadi kuat dan hebat, bahkan bukan hanya mengalami pengalaman yang spektakuler tapi ia mengalami suatu pengalaman yang mulia diatas gunung Horeb itu? Karena ia makan roti bakar dan minum air yang disediakan oleh malaikat dua kali! Peristiwa itu terjadi di hutan dan di sajikan oleh malaikat, itu artinya roti bakar itu dan air itu bukanlah roti bakar yang dijual dipinggir jalan dan bukan air dari sumur, tapi itu adalah makanan yang disediakan oleh Surga untuk Elia. Hal ini mengingatkan kita akan apa yang Tuhan Yesus katakan dalam Matius 4:4 “…Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Bila firman Tuhan kita terima bukan sekedar untuk mepelajarinya tapi karena kita memang membutuhkannya, firman Tuhan ini akan membuka mata rohani kita melihat akan tujuan-tujuan yang mulia.
Kembali ke keledai Isakhar, dalam Kejadian
49:15 dikatakan “ketika dilihatnya, bahwa perhentian itu baik dan negeri itu permai,
maka disendengkannyalah bahunya untuk memikul, lalu menjadi budak rodi.” Setelah keledai Isakhar ini melihat dengan
jelas akan suatu tujuan yang baik dan permai,
munculah kekuatan baru untuk menuju ke tempat itu. Setelah keledai ini melihat mendapatkan suatu
visi yang tepat dan mulia, ada dua hal yang terjadi:
Hal
pertama, “…maka disendengkannyalah bahunya untuk memikul…” Bahunya
diarahkan untuk bekerja. Kembali
menyadari bahwa tujuannya adalah baik dan permai, maka timbullah semangat baru
dan kekuatan baru untuk bekerja.
Disinilah perlunya kita saling mengingatkan sebagai suatu jemaat bahwa
tujuan kita bukanlah sekedar tujuan-tujuan di dunia ini, tetapi tujuan kita
adalah suatu tempat yang baik dan permai, dimana kita bisa hidup bersama
kembali dengan kekasih-kekasih kita yang sudah mendahului kita bahkan disana
kita bisa hidup bersama dengan Juruslamat kita.
Kita perlu kembali dan selalau melihat pada Yesus sang Raja Semawi itu,
maka kita akan disanggupkan untuk bekerja sambil menuju Kerajaan Semawi itu.
Hal kedua, “..menjadi budak rodi.” Anak kalimat ini bukanlah merujuk pada suatu status seseorang yang rendah/ yang dibawah kekuasaan orang lain. Tetapi anak kalimat ini merujuk pada sikap kerja dimana keledai ini kembali bekerja dengan sikap yang sungguh-sungguh ia rela menyerahkan hidupnya dalam pekerjaan itu, dan hal ini, menyerahkan hidup kita untuk bekerja dalam menuju “negeri yang permai” itu adalah suatu kehormatan! Itulah sebabnya ayat ini oleh King James Version dituliskan sebagai “And he saw that rest was good, and the land that it was pleasant ; and bowed his shoulder to bear , and became a servant unto tribute.”
Bukankah hal ini mengingatkan kita semua bahwa firman Tuhan yang kita terima Karena memang kita membutuhkannya, dapat membukan visi mata kita dengan jelas ketempat-tempat yang mulia sehingga timbul juga gairah dan semangat untuk berjalan maju dengan kuat kembali sambil memikul tugas-tugas yang diembankan pada kita. Kuasa firman Tuhan dapat mengembalikan kita pada komitmen kita yang semula, apapun resikonya.
Mungkin kita berfikir, bukankah saya ini seorang Kristen yang setiap hari membacara sesuai jadwal “Follow The Bible.” Oh syukurlah kalau begitu, tetapi sekedar untuk mengingatkan diri kita sendiri, marilah kita lihat apa yang dinasihatkan oleh Ny. Ellen G. White sehubungan dengan belajar (bukan sekedar baca tapi selidiki, pelajari dengan cara yang bukan sekedarnya) “Selidikilah Alkitab! Pelajarilah Alkitabmu sebagaimana engkau belum pernah pelajari sebelumnya.” TESTIMONIES, Jld. 5, hlm. 717.
Memang kita adalah manusia
biasa yang dapat saja berhadapan dengan tantangan-tantagan iman yang dapat saja
menggerogoti kekuatan kita, biarlah kita senantiasa menerima firman Tuhan
sebagaimana memang kita sungguh membutuhkannya sehingga kita juga akan mengalami
bahwa kuasa Tuhan akan menyanggupkan kita untuk tetap berdiri bahkan
menjalankan tugas-tugas yang telah diembankan pada kita sambil berjalan dengan
kuat menuju tempat yang dengan jelas kita lihat yaitu pertemuan dengan Allah
kita, di hari Maranataha itu. ***
0 komentar:
Posting Komentar