APOKRIPA
Oleh : Herschel
Najoan
Disadur dari
berbagai sumber
S |
ampai saat ini, masih saja
ada orang Kristen yang mempertanyakan, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan
Aprokripa, ada pula yang bertanya kenapa banyaknya kitab pada Alkitab yang
digunakan oleh gereja Katolik berbeda jumlahnya dengan Alkitab yang dipegang
oleh non Katolik. Ada pula yang bertanya kenapa ada tambahan kitab-kitab pada
kanon Katolik ?.
Kitab-kitab
Apokripa yang tebalnya lebih kurang dua per tiga Perjanjian Baru ini, disebut
juga dengan istilah Deutrokanonika (= kanon yang kedua). Istilah Apokripa
dipakai untuk sebutan sebuah koleksi tulisan-tulisan kuno yang diperkirakan
ditulis antara tahun 250 Sebelum Kristus dan abad-abad permulaan dari tahun
Masehi. Buku-buku Apokripa ini telah dipandang sebagai tulisan wahyu Allah
dalam theologi dari Gereja Katolik Romawi, tetapi dalam pandangan kelompok
Protestan dan Yahudi, buku-buku tersebut tidak memberikan inspirasi yang nyata.
Kebanyakan para ahli agama merasa bahwa buku-buku
Apokripa mewakili buku-buku yang tingkatannya lebih rendah dibanding dengan
tulisan-tulisan yang murni Alkitabiah. Buku-buku Apokripa tersebut jelas
mengandung banyak ketidak tepatan dan ketidak sesuaian yang bersifat sejarah
dan geografis, dan tidak bernafaskan roh nubuatan.
Buku-buku Apokripa tak pernah dinyatakan sebagai
tulisan yang mempunyai kuasa otoritas sebelumnya, dan baru diakui oleh Badan Musyawarah Umat Katolik (tahun
1546 Tarikh Masehi). Pada saat itu buku-buku Apokripa yang dinyatakan murni
adalah : Tobit, Yudit, Kebesaran Salomo, Pengkhotbah, Barukh (termasuk surat
dari Yeremia), I dan II Makabe, tambahan pada Kitab Esther dan tambahan pada
Kitab Daniel (yaitu: Susana, nyanyian dari tiga orang pemuda dan Bel dan Naga).
Alasan-alasan lain gereja Protestan dan Yahudi menolak
Apokripa di antaranya :
·
Dalam Perjanjian Baru, ada kira-kira 260 kutipan langsung dari Perjanjian
Lama, dan juga ada kira-kira 370 penggunaan bagian-bagian Perjanjian Lama yang
tidak merupakan kutipan langsung. Ini menunjukkan bahwa baik Yesus maupun
rasul-rasul mengakui otoritas Perjanjian Lama sebagai Firman Allah, dan
menggunakannya sebagai dasar hidup, iman dan ajaran mereka. Tetapi baik Yesus
maupun rasul-rasul tidak pernah mengutip dari kitab-kitab Apocrypha sebagai
dasar ajaran mereka, padahal kitab-kitab Apokripa itu sudah ada / beredar pada
zaman Yesus hidup di dunia ini. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengakui
kitab-kitab Apokripa sebagai Firman Allah.
·
Penulis kitab-kitab Apocrypha itu sendiri tidak menunjukkan dirinya sebagai
penulis Firman Tuhan yang diberikan Allah kepada manusia.
Coba itu
perhatikan 2 Makabe 15:37b-38 yang berbunyi:
"Maka aku sendiripun mau
mengakhiri kisah ini. Jika susunannya baik lagi tepat, maka itulah yang
kukehendaki. Tetapi jika susunannya hanya sedang-sedang dan setengah-setengah
saja, maka hanya itulah yang mungkin bagiku".
Ini sama sekali tidak menunjukkan
orang yang menuliskan Firman Tuhan di bawah pengilhaman Roh Kudus! Perhatikan
kata-kata 'kukehendaki' dan 'bagiku'. Bagaimana kita bisa mempercayai otoritas
tulisan seperti ini, sedangkan penulisnya sendiripun tidak yakin akan kebenaran
tulisannya!
- Penulis kitab Apokripa tidak
mengerti sejarah, contohnya:
- Yudit 1:1,7 menyebut
Nebukadnezar sebagai raja Asyur di Niniwe, sedangkan kita tahu bahwa
sebetulnya Nebukadnezar adalah raja Babilonia (Daniel 4:4-6,30).
- Dalam kitab-kitab Apocrypha
ada doktrin sesat 'salvation by works' (= keselamatan karena
perbuatan baik), seperti:
- Tobit 12:9 berbunyi:
"Memang sedekah melepaskan dari maut dan menghapus setiap
dosa".
- Tobit 4:10 berbunyi:
"Memang sedekah melepaskan dari maut dan tidak membiarkan orang
masuk ke dalam kegelapan".
- Tobit 14:10-11a
berbunyi: "Nak, ingatlah kepada apa yang telah diperbuat Nadab
kepada bapa pengasuhnya, yaitu Ahikar. Bukankah Ahikar hidup-hidup
diturunkan ke bagian bawah bumi? Tetapi Allah telah membalas kelaliman
Nadab ke atas kepalanya sendiri. Ahikar keluar menuju cahaya, sedangkan
Nadab turun ke kegelapan kekal, oleh karena ia telah berusaha membunuh
Ahikar. Karena melakukan kebajikan maka Ahikar luput dari jerat maut yang
dipasang baginya oleh Nadab. Sedangkan Nadab jatuh ke dalam jerat maut
yang juga membinasakannya. Makanya anak-anakku, camkanlah apa yang
dihasilkan oleh sedekah dan apa yang dihasilkan oleh kelaliman".
- Sirakh 3:3a berbunyi:
"Barangsiapa menghormati bapanya memulihkan dosa".
Doktrin
sesat ini jelas bertentangan dengan Gal 2:16,21 dan Ef 2:8-9.
Walaupun Apocripa diterima Katolik sebagai bagian
Firman yang diilhamkan namun lucunya,
ada Paus yang menentang kitab-kitab Apocrypha, dan dengan demikian mereka
bertentangan dengan Council of Trent yang memasukkan kitab-kitab itu ke dalam
Alkitab. Loraine
Boettner mengutip kata-kata Dr. Harris yang dalam bukunya yang berjudul 'Fundamental
Protestant Doctrines', I, hal 4, berkata:
"Pope
Gregory the Great declared that First Maccabees, an Apocryphal book, is not
canonical. Cardinal Zomenes, in his polygot Bible just before the Council of
Trent, excluded the Apocrypha and his work was approved by pope Leo X. Could
these popes have been mistaken or not? If they were correct, the decision of
the Council of
Pada tahun 1545, sidang gereja di Trent menyatakan
bahwa tradisi mempunyai otoritas yang sama dengan Kitab Suci, tapi harus
ditafsirkan oleh gereja. Ini menyebabkan ajaran mereka tidak bisa berubah.
Jadi, kalaupun suatu waktu mereka menyadari bahwa ada keputusan sidang gereja
atau keputusan Paus yang ternyata salah, mereka tidak bisa mengubahnya.
Bagaimana mungkin menyatakan sesuatu, yang setingkat otoritasnya dengan Kitab
Suci, sebagai sesuatu yang salah dan harus diralat ?
Tahun 1546, sidang gereja di Trent memasukkan 12
kitab-kitab Apocrypha itu ke dalam Kitab Suci (karena itu maka disebut
Deutrokanonika (= kanon yang kedua). Hal ini dilakukan untuk mempertahankan
ajaran-ajaran mereka yang tidak selaras dengan Kitab Suci (misalnya: api
pencucian, keperawanan yang abadi dari Maria, kesucian Maria, kenaikan Maria ke
sorga dengan tubuh jasmaninya, dsb). 'Tradisi'
ini justru jauh lebih berperan sebagai dasar dari ajaran-ajaran Roma Katolik,
bahkan sebagian besar ajaran / dogma Roma Katolik tidak didasarkan pada Kitab
Suci, tetapi pada tradisi! Ini menyebabkan sekalipun Roma Katolik dan
Kristen Protestan sama-sama menggunakan Kitab Suci, tetapi ajarannya bisa
sangat berbeda / bertentangan.
Pengakuan Westminster (Westminster Confession 1643)
yang ditulis oleh kalangan pemimpin-pemimpin Protestan menyatakan bahwa
"buku-buku yang umumnya disebut Apokripa yang tidak terjadi oleh inspirasi
yang ilahi, tidak termasuk buku yang murni Alkitabiah, dan karena itu tak
mempunyai kuasa otoritas dari Gereja Allah ataupun yang dapat diterima ataupun
dipakai sebagai buku yang absah murni dari Allah; kecuali hanya sebagai
buku-buku biasa yang ditulis oleh seorang manusia".
Semoga
penjelasan ini akan menambah pengetahuan kita sehubungan dengan perbedaan
jumlah kitab yang digunakan oleh gereja Katolik dan gereja lain termasuk oleh
kita gereja Advent.
0 komentar:
Posting Komentar