Dilaporkan oleh : Christian Siwy
Narasumber : Pdt. Kawet-Pdt District Poso Kota dan
Tentena
Diceritakan oleh : Sdr. A. Kolengan
Jauh sebelum
Misi Gereja Masehi Advent Hari 7 masuk di Sulawesi Tengah. Zending Protestan Belanda telah menjajaki penginjilan di Sulawesi
Tengah. Tahun 1893 Zending Protestant
Belanda dari Nederland telah mengirim 2 misionari ke Sulawesi Tengah, bernama
Dr, Albert. C. Kruyt dan Dr. N. Andriani untuk mempelajari bahasa dan adat
istiadat setempat sebelum memulai penginjilan.
Pemahaman bahasa dan adat istiadat setempat dan pendekatan-pendekatan
melalui bahasa daerah dan masyarakat itulah kedua misionari itu menyampaikan
injil. Dalam kurun waktu 12 Tahun (1893-1905) sebanyak 180 orang penduduk telah
menjadi Kristen di sekitar danau Poso dan Tentena yang kemudian hari menjadi
pusat gereja Kristen protestan Sulawesi Tengah (GKST ). Dengan masuknya agama Kristen di daerah
Sulawesi Tengah telah terbuka pandangan baru oleh masyarakat terhadap agama
Kristen dan ajaran Alkitab yang kemudian akan diperjelas oleh evangelis
literature dari Gereja Masehi Advent Hari 7
melalui buku-buku rohani dan kesehatan.
Awal perintisan
Sebagaimana daerah-daerah lain
di Indonesia perintisan pekerjaan Gereja Masehi Advent Hari ke 7 di Sulawesi Tengah dimulai oleh evangelis
literature, diantara tahun 1925-1926. Dua orang evangelis literature tersebut bernama R.
Rolangon dan M. Malingkas yang baru menyelesaikan pendidikan dari Singapura (
training school ). Mereka datang ke Sulawesi Tengah menjual buku-buku rohani
dan majalah kesehatan yang kemudian dikenal dengan majalah Rumah Tangga dan
Kesehatan. Majalah itu tersebar luas di
sekitar Poso dimana pekerjaan injil dari gereja protestan telah dimulai
sebelumnya. Perintisan melalui buku-buku rohani itu menjadi jembatan bagi pekabaran injil di
Sulawesi Tengah dan sekitarnya sampai ke desa-desa yang jauh dijangkau.
Sementara itu satu keluarga dari
Telap-Minahasa datang ke poso dan menetap di sana yaitu keluarga Ferdinand
Rumayar. Keluarga ini datang karena sebelumnya kakaknya yaitu Harmen Rumayar
telah berada di Tentena beberapa tahun sebelumnya tapi kakaknya ini belum
menjadi anggota Gereja Masehi Advent Hari ketujuh. Di tengah situasi yang tidak
bersahabat karena tidak mendapatkan ijin dari pemerintah untuk mengabarkan
injil dan membentuk perkumpulan, sSaudara Herman Rumayar tetap mengabarkan
injil pada kakaknya sendiri dan kenalan-kenalan lainnya.
Sebuah kelompok kecil kemudian
diadakan dengan menggunakan pondok kecil di kebun milik Herman Rumayar. Setelah
belajar sungguh-sungguh anggota kelompok kecil itu minta dibaptiskan tetapi
pendeta tidak ada yang bertugas. Karena situasi yang tidak memungkinan, surat
permohonan ke Tondano di Sulawesi Utara di kirim oleh Ferdinand Rumayar untuk
memohon kesediaan pendeta membaptiskan orang–orang yang telah diajar itu.
Perang dunia ke II yang pecah di
Eropa berakibat besar ke jajahan Hindia Belanda atau Indonesia sehingga tidak
ada seorang pun pendeta yang siap dikirim ke poso dan baptisan pun harus
tertunda. Dalam
suasana yang sulit itu, Jepang pun mendarat di Minahasa bulan Januari 1942 dan
menawan beberapa misionari.
Pdt D.S Kime seorang yang berkebangsaan Amerika yang
menjadi ketua daerah Sulawesi Utara melarikan diri melalui jalan darat berjalan
kaki bersama F. Mandolang dan tiba di poso-Tentena hari Jumat 17 January 1942.
Kedatangan Pdt. D.S Kime di Poso-Tentena merupakan kesukaan bagi orang-orang
yang menantikan baptisan yang telah lama rindu untuk di baptiskan Di antara
beberapa baptisan ada Kel. Kolengen dan istri dan semuanya berjumlah 12 orang
yang dibaptiskan oleh Pdt. D.S Kime tanggal 18 January 1942.
Meskipun dalam suasana genting dan keadaan tidak
aman, pada sore harinya mereka mengadakan perjamuan kudus sebelum meninggalkan
Poso/Tentena dengan mobil yang sudah di persiapkan dan telah menunggu yang akan
membawa rombongan Pdt. D.S. Kime ke Makassar dan seterusnya akan naik pesawat
ke Bandung bersama Pdt. W.R. Holley dan keluarga kemudian ke Cilacap dimana
sebuah kapal sedang menunggu.
Terbentuknya Kumpulan
Perpindahan anggota jemaat dari Minahasa ke Sulawesi
Tengah dengan sendirinya terbentuk kelompok-kelompok kecil yang menjadi cikal bakal terbentuknya
jemaat-jemaat di wilayah Sulawesi Tengah. Kelompok-kelompok kecil itu bertambah
besar keanggotanya dan kemudian menjadi satu Jemaat yang diorganisir
(terbentuknya jemaat-jemaat akan di bahas kemudian).
Sejak Tahun 1948 kesempatan
menjadi semakin luas mengabarkan injil di Sulawesi Tengah, Kebaktian Kebangunan
Rohani yang dilakukan oleh; Pdt. A. Sakul, Pdt. A. Londa, Guru Injil Tirayoh
Pdt. R. S. Rantung dan Guru injil Lie Sun. Goam di Tentena telah membawa lebih
banyak orang kedalam lingkungan GMAHK di Sulawesi Tengah sehingga perkumpulan
baru makin banyak yang terbentuk.***
0 komentar:
Posting Komentar