BAIT Ministry

Sabtu, 31 Juli 2021

Asal Mula pekabaran GMAHK Di Sulawesi Tengah

 Dilaporkan oleh : Christian Siwy

Narasumber  : Pdt. Kawet-Pdt District Poso Kota dan Tentena

Diceritakan oleh : Sdr. A. Kolengan


Jauh sebelum Misi Gereja Masehi Advent Hari 7 masuk di Sulawesi Tengah. Zending Protestan Belanda telah menjajaki penginjilan di Sulawesi Tengah. Tahun 1893  Zending Protestant Belanda dari Nederland telah mengirim 2 misionari ke Sulawesi Tengah, bernama Dr, Albert. C. Kruyt dan Dr. N. Andriani untuk mempelajari bahasa dan adat istiadat setempat sebelum memulai penginjilan.  Pemahaman bahasa dan adat istiadat setempat dan pendekatan-pendekatan melalui bahasa daerah dan masyarakat itulah kedua misionari itu menyampaikan injil. Dalam kurun waktu 12 Tahun (1893-1905) sebanyak 180 orang penduduk telah menjadi Kristen di sekitar danau Poso dan Tentena yang kemudian hari menjadi pusat gereja Kristen protestan Sulawesi Tengah (GKST ).  Dengan masuknya agama Kristen di daerah Sulawesi Tengah telah terbuka pandangan baru oleh masyarakat terhadap agama Kristen dan ajaran Alkitab yang kemudian akan diperjelas oleh evangelis literature dari Gereja Masehi Advent Hari 7   melalui buku-buku rohani dan kesehatan.

 

Awal perintisan

                Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia perintisan pekerjaan Gereja Masehi Advent Hari ke 7  di Sulawesi Tengah dimulai oleh evangelis literature, diantara tahun 1925-1926. Dua orang evangelis literature tersebut bernama R. Rolangon dan M. Malingkas yang baru menyelesaikan pendidikan dari Singapura ( training school ). Mereka datang ke Sulawesi Tengah menjual buku-buku rohani dan majalah kesehatan yang kemudian dikenal dengan majalah Rumah Tangga dan Kesehatan.  Majalah itu tersebar luas di sekitar Poso dimana pekerjaan injil dari gereja protestan telah dimulai sebelumnya. Perintisan melalui buku-buku rohani itu  menjadi jembatan bagi pekabaran injil di Sulawesi Tengah dan sekitarnya sampai ke desa-desa yang jauh dijangkau.

                Sementara itu satu keluarga dari Telap-Minahasa datang ke poso dan menetap di sana yaitu keluarga Ferdinand Rumayar. Keluarga ini datang karena sebelumnya kakaknya yaitu Harmen Rumayar telah berada di Tentena beberapa tahun sebelumnya tapi kakaknya ini belum menjadi anggota Gereja Masehi Advent Hari ketujuh. Di tengah situasi yang tidak bersahabat karena tidak mendapatkan ijin dari pemerintah untuk mengabarkan injil dan membentuk perkumpulan, sSaudara Herman Rumayar tetap mengabarkan injil pada kakaknya sendiri dan kenalan-kenalan lainnya.

                Sebuah kelompok kecil kemudian diadakan dengan menggunakan pondok kecil di kebun milik Herman Rumayar. Setelah belajar sungguh-sungguh anggota kelompok kecil itu minta dibaptiskan tetapi pendeta tidak ada yang bertugas. Karena situasi yang tidak memungkinan, surat permohonan ke Tondano di Sulawesi Utara di kirim oleh Ferdinand Rumayar untuk memohon kesediaan pendeta membaptiskan orang–orang yang telah diajar itu.

                Perang dunia ke II yang pecah di Eropa berakibat besar ke jajahan Hindia Belanda atau Indonesia sehingga tidak ada seorang pun pendeta yang siap dikirim ke poso dan baptisan pun harus tertunda. Dalam suasana yang sulit itu, Jepang pun mendarat di Minahasa bulan Januari 1942 dan menawan beberapa misionari.

                Pdt D.S Kime seorang yang berkebangsaan Amerika yang menjadi ketua daerah Sulawesi Utara melarikan diri melalui jalan darat berjalan kaki bersama F. Mandolang dan tiba di poso-Tentena hari Jumat 17 January 1942. Kedatangan Pdt. D.S Kime di Poso-Tentena merupakan kesukaan bagi orang-orang yang menantikan baptisan yang telah lama rindu untuk di baptiskan Di antara beberapa baptisan ada Kel. Kolengen dan istri dan semuanya berjumlah 12 orang yang dibaptiskan oleh Pdt. D.S Kime tanggal 18 January 1942.

                Meskipun dalam suasana genting dan keadaan tidak aman, pada sore harinya mereka mengadakan perjamuan kudus sebelum meninggalkan Poso/Tentena dengan mobil yang sudah di persiapkan dan telah menunggu yang akan membawa rombongan Pdt. D.S. Kime ke Makassar dan seterusnya akan naik pesawat ke Bandung bersama Pdt. W.R. Holley dan keluarga kemudian ke Cilacap dimana sebuah kapal sedang menunggu.

 

 

Terbentuknya Kumpulan

                Perpindahan anggota jemaat dari Minahasa ke Sulawesi Tengah dengan sendirinya terbentuk kelompok-kelompok kecil yang  menjadi cikal bakal terbentuknya jemaat-jemaat di wilayah Sulawesi Tengah. Kelompok-kelompok kecil itu bertambah besar keanggotanya dan kemudian menjadi satu Jemaat yang diorganisir (terbentuknya jemaat-jemaat akan di bahas kemudian).

                Sejak Tahun 1948 kesempatan menjadi semakin luas mengabarkan injil di Sulawesi Tengah, Kebaktian Kebangunan Rohani yang dilakukan oleh; Pdt. A. Sakul, Pdt. A. Londa, Guru Injil Tirayoh Pdt. R. S. Rantung dan Guru injil Lie Sun. Goam di Tentena telah membawa lebih banyak orang kedalam lingkungan GMAHK di Sulawesi Tengah sehingga perkumpulan baru makin banyak yang terbentuk.***


0 komentar:

Posting Komentar