A |
nemia, sering disebut ”kurang darah” merupakan gangguan kesehatan yang
sering dialami khususnya oleh kaum perempuan. Mengapa disebut juga ”kurang
darah”? Oleh karena pada anemia terdapat salah satu komponen sel darah yang
berkurang yaitu sel darah merah.
Darah berisi beberapa jenis sel darah dan plasma darah. Sel darah dalam
tubuh manusia meliputi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (lekosit)
dan keping darah (trombosit), sedangkan plasma darah merupakan cairan jernih
berwarna kekuning-kuningan yang berisi terutama protein albumin dan berbagai substansi penting lainnya. Eritrosit yang
merupakan jenis sel terbanyak dalam tubuh manusia, hanya hidup 120 hari
kemudian pecah dan yang diganti oleh sel yang baru. Secara normal, sumsum
tulang akan menghasilkan eritrosit
yang baru secara teratur.
Darah berwarna merah karena di dalam eritrosit terdapat zat yang disebut hemoglobin. Hemoglobin mempunyai peran sangat penting yaitu membawa oksigen
yang sangat diperlukan oleh seluruh jaringan tubuh, dari paru-paru ke seluruh
bagian tubuh dan memberi warna merah pada darah. Hemoglobin dibentuk oleh "hemo“ berasal dari kata „heme“ yang berarti besi dan ”globin”
yang merupakan suatu protein. Apabila eritrosit pecah, maka sebagian besar zat
besi dan globin tersebut akan dipergunakan kembali untuk menyusun hemoglobin
yang baru. Secara normal, sebagian zat besi akan dikeluarkan tubuh setiap
harinya melalui saluran cerna dan setiap bulannya melalui darah haid pada
perempuan. Kekurangan zat besi akan diperoleh kembali melalui makanan yang
mengandung zat besi.
Orang dengan anemia mempunyai hemoglobin
yang kurang dari normal. Kekurangan hemoglobin
kebanyakan diakibatkan oleh kurangnya zat besi sehingga sering diberikan
tambahan zat besi baik melalui makanan maupun dalam bentuk tablet berisi zat
besi yang lazim disebut ”obat tambah darah”. Akan tetapi, kekurangan hemoglobin
dapat disebabkan juga oleh adanya penyakit pada globin. Salah satu
penyakit pada globin yaitu thalasemia.
Thalassemia merupakan penyakit keturunan yang banyak dijumpai di berbagai populasi
dunia, khususnya pada orang yang berasal dari Laut Tengah, Timur Tengah dan
Asia termasuk Indonesia. Akibat tingginya migrasi dari satu negara ke negara
dan adanya perkawinan campuran antar etnis menyebabkan tidak satupun negara di
dunia yang luput dari kelainan ini. Di Indonesia, frekuensi thalassemia
berkisar antara 3 – 10 % dari populasi. Hal ini menunjukkan betapa tingginya
kemungkinan kita termasuk sebagai penderita thalassemia.
Thalassemia disebabkan oleh adanya perubahan atau mutasi pada gen globin sehingga produksi globin
berkurang atau tidak ada. Gen merupakan komponen sangat penting yang terdapat di
bagian inti setiap sel tubuh kita. Setiap sifat dan fungsi tubuh kita dikontrol
oleh gen. Setiap gen selalu berpasangan, satu belah gen berasal dari ibu dan
yang lainnya dari ayah. Gen yang mengontrol pembentukan globin disebut gen globin.
Akibat produksi globin terganggu
maka hemoglobin akan berkurang dan
eritrosit akan mudah sekali rusak atau umurnya lebih pendek dari 120 hari.
Itulah sebabnya pada orang dengan thalassemia
akan terjadi penurunan hemoglobin
yang disebut sebagai anemia. Meskipun demikian berat ringannya anemia
ditentukan terutama oleh beratnya mutasi pada gen globin tersebut dan kondisi
lingkungan yang mempermudah pecahnya eritrosit.
Secara klinis, thalassemia dibagi
menurut beratnya penyakit menjadi thalassemia
minor (ringan), intermedia, dan mayor (berat). Pada thalassemia minor, penderita dapat tidak bergejala sehingga
diagnosis mungkin didapat secara kebetulan pada saat check up. Gejala klinis thalassemia intermedia bervariasi dari anemia ringan yang tidak membutuhkan
transfusi sampai yang cukup berat sehingga membutuhkan transfusi secara
teratur, selain itu terdapat pembesaran limpa, batu empedu yang berulang,
sampai terjadi kegagalan hati. Thalassemia
mayor adalah bentuk yang paling berat, sebagian penderita mungkin mati
dalam kandungan sehingga ibunya mengalami keguguran atau terjadi kejadian lahir
mati sedangkan penderita yang hidup akan selalu bergantung pada transfusi darah
untuk kelangsungan hidupnya.
Akibat kurangnya pemahaman tentang penyebab anemia, umumnya masyarakat awam
bahkan para praktisi kesehatanpun terpaku pada pemberian ”obat tambah darah”
setiap kali menemukan penderita anemia. Padahal pada kasus anemia oleh karena
thalassemia, pemberian ”obat tambah darah” justru dapat mencetuskan gejala yang
berat atau memperparah gejala yang ada. Mengapa demikian? Pada thalassemia,
akibat kerusakan eritrosit yang lebih cepat dari normal maka zat besi yang
dihasilkan dari pemecahan eritrosit akan terdapat lebih banyak dibandingkan
orang normal. Dengan berjalannya waktu maka akan terjadi penimbunan zat besi
dalam tubuh. Zat besi yang tak terpakai dalam tubuh akan menyebabkan banyak
kerusakan organ seperti hati, jantung, ginjal, dll. Bila kita menambah asupan
zat besi dari luar dalam bentuk ”obat tambah darah” tentu saja akan memperberat
keadaan ini bukan? Meskipun demikian, penderita thalassemia ringan dapat juga mengalami kurang zat besi bilamana asupan zat besi dalam makanan sangat
kurang. Pemberian zat besi pada penderita thalassemia
dengan kekurangan zat besi merupakan terapi yang tepat. Itulah sebabnya bila
menemukan seorang dengan anemia kita perlu menelusuri apa penyebab anemia
tersebut.
Oleh karena thalassemia merupakan
penyakit genetik maka tidak ada terapi yang dapat menghilangkan atau mengubah
kondisi gen tersebut. Pengobatan thalassemia
yang paling optimal adalah transfusi darah dan pencegahan terjadinya
peningkatan kerusakan eritrosit oleh zat oksidan. Yang dapat dilakukan adalah
pencegahan dilahirkannya anak pengidap thalassemia
terutama anak dengan thalassemia
intermedia dan mayor. Bagaimana mencegah kelahiran penderita thalassemia? Kelahiran penderita thalassemia dapat dicegah dengan 2 cara,
pertama adalah mencegah perkawinan antara 2 orang pembawa sifat thalassemia,
kedua adalah memeriksa janin yang dikandung oleh pasangan pembawa sifat dan
menghentikan kehamilan bila janin dinyatakan sebagai penderita thalassemia mayor.
Pemahaman yang benar tentang
beragamnya penyebab dari anemia akan mencegah kita mengkonsumsi ”obat tambah
darah” secara keliru yang justru dapat merugikan. Kepedulian terhadap setiap
hasil pemeriksaan darah rutin dapat menolong kita mendeteksi secara dini adanya
thalassemia. Dengan mengetahui
seseorang telah mengidap thalassemia, pemeriksaan terhadap calon pasangan
hidupnya merupakan suatu hal yang penting dilakukan untuk mencegah
dilahirkannya anak dengan thalassemia.***
0 komentar:
Posting Komentar