Matius 4:19
Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan
penjala manusia.”
Pada tanggal 19 Januari
2008, Pdt. M. Sagala, Direktur Pelayanan SS dan PP Uni Indonesia Kawasan Barat,
mengadakan acara “Tell The World” di distrik Balikpapan. Acara yang
dilaksanakan di gereja Ágape itu,
dihadiri oleh orang tua, orang muda dan anak-anak. Pdt. Sagala memberikan
arahan bagaimana membuat kelompok kecil dan KPA di jemaat masing-masing. Pdt. Sagala mengajak semua anggota untuk terlibat dalam
program dari GMAHK ini. Semua diundang untuk terlibat. Secara individu, secara Keluarga, dan secara Jemaat.
Pada waktu Yesus sedang
menikmati angin sejuk di pantai Galilea, Dia melihat Petrus dan Andreas sedang
mencari ikan. Mereka sudah mencari ikan semalaman dan belum mendapatkan ikan.
Yesus mendekat kepada mereka dan menyuruh mereka untuk pergi agak ketengah dan
menebarkan jala sekali lagi. Kali ini jala mereka penuh dengan ikan, sampai jala
mereka mulai robek, bahkan perahu mereka mulai tenggelam. Karena ikan begitu
banyak, mereka memanggil rekan-rekan mereka Yohanes dan Yakobus, yang sedang
mencari ikan juga, untuk membantu. Sementara mereka sedang sibuk dengan
ikan-ikan yang begitu banyak, Yesus berkata kepada mereka ”Jika kamu mengikut
Aku, kamu akan menjadi penjala manusia!”. Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes
sudah menerima Yesus tetapi sekarang mereka diundang Yesus untuk menjadi
murid-murid yang sesungguhnya.
Bagaimana menjadi murid
yang sesungguhnya?
Seorang murid adalah
seorang pelajar, seorang pengikut; seorang yang percaya dalam ajaran-ajaran
tertentu, dan mengikut gaya hidup tertentu, juga memperkembangkan suatu
kesanggupan untuk hubungan yang lebih dekat. Sekarang Yesus mengundang kita untuk menjadi muridNya atau
pengikutNya.
Dimana tempat yang pas
untuk memperkembangkan pemuridan ini? Jawabnya adalah di rumah tangga kita.
Rumah tangga yang berbahagia adalah rumah tangga yang mengajarkan dan memberi
contoh akan kebenaran, gaya hidup dari Yesus. Pada waktu kita berusaha dan
mencari murid, maka kita mempunyai kesempatan untuk menuntun anak-anak kita
dengan pengertian dan teladan Yesus.
John adalah seorang
mahasiswa yang berceritera dengan Peggy pada suatu acara. Ia katakan bilamana
Peggy berbicara tentang seorang Bapa yang mengasihi yang berada di Surga, maka
hal itu hanyalah membawa akibat negatif di dalam hatinya. Lalu John menjelaskan
betapa perlakuan yang kejam yang ia peroleh setiap hari dari bapanya yang
pemabuk, yang bahkan memukul dia dan ibunya setiap hari. Hanyalah Allah melalui
Roh-Nya yang dapat menyembuhkan luka-luka John dan dapat menerima dia sebagai
seorang anak.
Keluarga adalah tempat di
mana kita belajar keahlian berhubungan, untuk yang lebih baik atau yang lebih
buruk. Perbuatan dan kata-kata kita membuat tanda-tanda yang tak terhapus satu
sama lain di dalam kesatuan keluarga. Jika ikatan yang rapat dan lemah lembut
ada di antara anggota-anggota keluarga, maka untuk menjadi murid Kristus
menjadi lebih mudah. Anggota keluarga yang menikmati hubungan yang hangat,
mempraktekkan kasih yang tak bersyarat, keterbukaan dan saling menguatkan,
disertai disiplin yang penuh kasih untuk memperbaiki dan pengampunan, adalah
mudah melihat Allah sebagai oknum yang baik, mengasihi, Bapak yang mengampuni,
dan mereka akan menginginkan suatu hubungan yang erat dengan Dia untuk menjadi
salah satu murid-Nya. Anak-anak yang dibesarkan dalam rumah tangga seperti ini,
tentunya akan memperkembangkan persahabatan di dalam masyarakat yang dapat
menjadi kesaksian bagi teman-temannya.
Menjadi murid Yesus di
dalam keluarga adalah bagaikan batu yang di lemparkan ke air, membuat
gelombang-gelombang kecil yang tak habis-habisnya. Kita bersyukur kepada Tuhan
karena Dia memberi kesempatan kepada kita untuk mencari murid-murid bagi-Nya.
Marilah kita mulai pemuridan di dalam rumah tangga kita. ****
0 komentar:
Posting Komentar