BAIT Ministry

Selasa, 06 Juli 2021

Semangat Yang Patah Mengeringkan Tulang

 

dr. Harold Manueke

R

espons tubuh terhadap rangsangan dilakukan oleh 2 sistem utama, humoral (hormon) dan neuronal (saraf). Kedua sistem ini amat berhubungan dengan semua organ tubuh karena masing-masing menggunakan jalur aliran darah dan serabut saraf yang praktis menjangkau semua organ, jaringan bahkan sel. Keduanya juga memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya dan bekerja secara berurutan, bergantian atau bahkan serempak secara harmonis dalam tubuh manusia normal. Kedua sistem ini berpusat di otak manusia sebagai pusat pengendali (walaupun banyak juga hormon dihasilkan oleh kelenjar di luar otak) dengan menggunakan senyawa kimiawi sebagai media komunikasi, di  sistem saraf dengan berbagai neurotransmiternya, sedangkan sistem humoral dengan aneka hormonnya. 

      Respons akan terjadi jika ada gaya berupa kekuatan fisik atau psikis yang menimpa seseorang. Dengan adanya gaya yang datang, tubuh akan melakukan tindakan adaptif atau eliminatif terhadap gaya tersebut. Gaya-gaya fisik dan psikis inilah yang disebut dengan stressor atau rangsangan. Rangsangan bisa berupa rangsangan positif (eustress) dan negatif (distress). Rangsanganlah yang membuat kita tersenyum, tertawa, malu, marah, iri, dengki, rasa nyeri, kegelikan, lelah, bergerak, makan, minum, bangun, tidur, berpikir, mencintai, atau bertindak dalam bentuk apapun. Dalam tulisan ini kita lebih menekankan pada respons tubuh rangsangan psikis.

      Tubuh kita memiliki ambang batas kemampuan untuk mengadaptasi atau menghilangkan gaya tersebut dimana dari gaya nol hingga nilai ambang tersebut akan menciptakan rentangan stress fisiologis, yang justru memberi dampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental menuju kematangan dan kedewasaan. Sedangkan bila telah melampaui nilai ambangnya akan menciptakan rentangan stress patologis, dimana akan merusak sel, jaringan, organ, sistem organ yang ujung-ujungnya akan merusak sistem tubuh yang berimbas pada perubahan fisik dan perilaku.

      Nilai ambang yang dimaksud adalah kadar hormon dalam darah dan kadar neurotransmitter pada celah sinaptik saraf. Saat stressor (psikis) datang, sistem humoral mengeluarkan hormone endorphin dan kortisol, sedangkan sistem saraf mengeluarkan senyawa katekolamin; epinefrin(adrenalin)  dan norepinefrin.

      Sejauh masih dalam batas ambang, semua senyawa kimia ini amat bermanfaat untuk menjaga keseimbangan tubuh yang disebut homeostasis. Kadar dalam rentang normal atau melampaui ambang batas amat bergantung pada bentuk, derajat, dan lamanya rangsangan. Peningkatan kadar yang bermakna dalam waktu lama akan membawa dampak negatif terhadap tubuh, baik ditingkat sel, jaringan, organ bahkan sistem organ.

Kolaborasi senyawa-senyawa dalam kadar yang melebihi ambang akibat stress dalam waktu yang lama dapat “menggerogoti tulang”. Secara ilmiah dapat diterangkan sebagai berikut:

·         Kortisol dapat membuat orang jadi kerempeng dengan cara merangsang pemecahan molekul-molekul penyimpan energi seperti lemak, protein dan karbohidrat untuk digunakan saat mobilisasi energi. Bagi mereka yang memiliki cadangan energi yang berlebihan (gemuk) akan dapat mengambil manfaat agar bisa lebih langsing, namun kortisol juga merangsang glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru), sebagai sumber energi cadangan bila ada kebutuhan mendadak sehingga mereka yang kurus akan lebih bertambah kurus.

Norepinefrin menyebabkan peningkatan kadar glukosa plasma (gula darah tinggi) dengan meningkatkan pemecahan simpanan glukosa di hati dan otot rangka, sehingga hati melepasakan lebih banyak glukosa ke dalam plasma. Kolaborasi kedua senyawa ini disaat stress pada penderita diabetes mellitus yang kronis akan memperlihatkan penampakan kulit bungkus tulang.

·         Kortisol dapat menyebabkan gangguan kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) dengan cara meningkatkan respons saraf simpatis, termasuk respons yang ditujukan untuk meningkatkan curah jantung.

Epinefrin mengikat reseptor beta di jantung, meningkatkan kecepatan denyut jantung dan kontraktilitasnya sehingga curah jantung meningkat yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Kolaborasi keduanya menyebabkan tekanan darah tinggi. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan stroke, serangan jantung atau gagal jantung, tergantung dukungan faktor-faktor resiko lainnya.

·         Kortisol akan memperlambat penyembuhan penyakit dan cedera sel dengan cara menghambat pembentukan interleukin, senyawa yang dibutuhkan untuk komunikasi antar leukosit atau sel darah putih (netrofil, eosinofil, basofil, monosit dan limfosit) dimana masing-masing tipe lekosit memiliki peran tersendiri dalam proses peradangan untuk eliminasi kuman dan memperbaiki cedera sel. Selain itu, kortisol juga menurunkan akumulasi sel darah putih di tempat cedera atau infeksi sehingga menjadi rentan terhadap infeksi.

·         Kortisol akan menurunkan imunitas tubuh dengan cara menghambat fungsi sel B, sel yang menyusun sistem imun humoral dalam sirkulasi dan fungsi sel T, sel yang menyusun sistem imun seluler. Sel B dan Sel T berperan besar dalam sistem imunitas tubuh dalam wujud immunoglobulin G,A,M,D,E dan Sel T1, T2, T3, T4, T5. Seorang yang mengidap HIV dikatakan penderita AIDS bila kadar sel T4  (T helper) atau yang disebut CD4 sudah kurang dari ambang toleransi.

·         Kortisol menyebabkan gangguan saluran pencernaan dengan cara merangsang sekresi HCl menyebabkan tingkat keasaman lambung menjadi tinggi, terjadi iritasi lapisan mukosa dan sub mukosa sehingga terasa perih dan bisa muntah darah, dan untuk saluran pencernaan selanjutnya bisa terjadi borok usus.

Norepinefrin berikatan dengan reseptor otot polos saluran cerna, menyebabkan relaksasi otot sehingga pencernaan dan motilitas saluran cerna menjadi lambat, mempermudah terjadinya borok usus.

·         Kortisol menyebabkan infertilitas dengan cara menghambat pelepasan hypothalamic releasing factors yang berguna untuk mengontrol ovulasi pada wanita dan sintesis sperma dan testosteron pada pria.

·         Kortisol menyebabkan gangguan petumbuhan dan percepat proses penuaan dengan cara merangsang pelepasan somatostatin, suatu penghambat pelepasan somatotropin (hormon pertumbuhan) yang pada anak-anak dibutuhkan untuk pertumbuhan sedangkan orang dewasa untuk maintenance (pemeliharaan)

Ilmu kedokteran membuktikan adalah ya dan amin kalau alkitab mengatakan ”semangat yang patah mengeringkan tulang.”***


0 komentar:

Posting Komentar