BAIT Ministry

Sabtu, 28 Agustus 2021

Apakah Saya Salah Pilih ?

 


Apakah Saya Salah Pilih ?

Oleh : Pdt. Jacky Runtu

 

Pertanyaan ini bukan ditujukan kepada Pilkada yang sedang semarak atau desas-desus pemilihan kepemimpinan gereja. Pertanyaan ini dapat muncul seiring berlalunya waktu dalam perjalanan kehidupan berumah-tangga. Pada saat berpacaran kemudian pertunangan dan akhirnya pernikahan, setiap tahap itu berlalu dengan perasaan sukacita. Bulan madupun terasa sangat membahagiakan, oleh karena mereka menikmati kebersamaan dengan harmonis. Namun kita tidak punya istilah “tahun madu”. Begitu bulan-bulan berlalu memasuki tahun-tahun pernikahan, gejolak rumah-tangga mulai muncul. Kebersamaan yang harmonis mulai diuji dengan kenyataan bahwa setiap pribadi manusia berbeda, apalagi antara pria dan wanita. Mulai kelihatan sifat asli pasangannya: kekanak-kanakan atau sudah dewasa.

 

Sifat kekanak-kanakan adalah sifat yang selalu minta perhatian dan dilayani. Kebahagiaannya adalah apabila diperhatikan dan semua keinginannya dipenuhi. Sebaliknya orang dewasa akan berbahagia apabila dia bisa melayani dan membahagiakan orang lain. Seorang yang dewasa dalam pernikahan akan lebih cenderung berusaha membahagiakan pasangannya dan mencari jalan keluar dari setiap permasalahan dengan lebih banyak tenggang rasa dan pengertian. Namun mereka yang kekanak-kanakkan akan bersikap menuntut dilayani dan dituruti keinginannya. Apa yang membuat dirinya berbahagia dianggap itulah kebahagiaan rumah-tangganya. Mari kita mencoba untuk mendewasakan diri kita.

 

Apabila muncul konflik dalam rumah-tangga, lalu muncul perasaan bahwa rumah-tangganya tidak bahagia, maka terbayang pribadi-pribadi lain yang sempat dekat dengannya, lalu mulai berandai-andai. Andaikan saya menikah dengan si ini atau si itu. Pasti saya bahagia. Lihatlah rumah-tangga si ini dan si itu sangat harmonis. Saya menyesal menikah dengan pasngan saya yang sekarang. Benarkah saya telah salah pilih ?

 

Sebenarnya kebahagiaan atau kesusahan, terkadang kita sendiri yang membuatnya dengan sikap kita yang baik ataupun yang buruk. Bagaimana kita bisa katakana kita salah pilih, padahal kita tidak menjalani kehidupan rumah-tangga itu dengan oranglain.

 

Pada waktu kita berpacaran, pantang sekali untuk mengatakan putus. Film-film percintaan sering menceritakan bagaimana hubungan pacaran mendapat tantangan-tantangan dan berakhir dengan bahagia yang dinyatakan dalam pesta pernikahan. Jarang kita mendapat cerita bagaimana kita harus berusaha untuk mempertahankan rumah-tangga apapun tantangan yang kita hadapi. Apabila ada orang gonta-ganti pacar akan dipandang jelek sebagai playboy atau playgirl. Namun sebenarnya tidak ada hukum yang melarang itu. Adalah sangat aneh memiliki idealisme untuk mempertahankan kehidupan berpacaran tetapi sangat mudah untuk mencari jalan bagi perceraian. Justru itulah waktu yang tepat untuk “mencari pasangan yang tepat” Tetapi apabila sudah menikah maka tidak boleh lagi “mencari” dengan membanding-bandingkan atau mencocokkan diri kita dengan yang lain. Firman Tuhan dengan jelas mengatakan “Aku membenci perceraian” “apa yang telah dipersatukan Allah, tidak dapat dipisahkan manusia”. Tidak ada istilah salah pilih karena bukan lagi saatnya untuk mencari tetapi inilah saatnya untuk “menjadi pasangan yang tepat”. Pada saat kita memasuki upacara pernikahan, kita sudah memiliki pasangan yang tepat, hasil dari kebebasan kita memilih pasangan. Tetapi setelah pernikahan, tidak ada lagi kebebasan kita untuk memilih pasangan yang tepat, melainkan kita harus menjadi pasangan yang tepat.

 

Bila kita sudah menikah, maka konsentrasi kebahagiaan itu bukan lagi pada apa yang membuat saya berbahagia, tetapi bagaimana membuat kita berbahagia. Mencari pasangan yang tepat setelah menikah adalah berpusat kepada diri sendiri. Mereka yang berfikir untuk bercerai sedang menghidupkan kehidupan yang mementingkan diri sendiri. Menjadi pasangan yang tepat sekalipun itu menyakitkan hati, akan berbuah menjadi kebahagiaan sejati karena akan terlihat suatu kehidupan kasih yang tidak mementingkan diri sendiri.

 

Nasihat Firman Tuhan dalam Efesus 5 : 21  menyatakan: “ rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.”  Dalam kehidupan berumah-tangga, marilah kita menjadi pasangan yang tepat bagi pangan kita, dengan masing-masing menghidupkan roh kerendahan hati.

0 komentar:

Posting Komentar