BAIT Ministry

Minggu, 08 Agustus 2021

SEJARAH RINGKAS JEMAAT UPLAND INDONESIA

 



RENCANA MULA-MULA MEMULAIKAN JEMAAT

            Saat yang sudah lama ditunggu-tunggu belum dapat dicetuskan dari hati sanubari. Dalam pikiran beberapa orang, kapan saat-saat yang tepat jemaat baru dapat dimulaikan ? Pertanyaan ini masih merupakan satu rahasia yang belum terjawab karena belum bisa meletakkan apa yang tersimpan dalam hati, baik diantara anggota Asuza maupun diantara anggota Grand Terrace disamping anggota lain yang berasal dari Indonesia diluar kedua jemaat ini.

            Sebelumnya banyak anggota dari Gereja Indonesia Grand Terrace pernah berkumpul di Prado Park dan juga di Yorba Linda Park yang dikoordiner oleh pendeta  Paul Wuisang dan yang berkhotbah adalah pendeta F. L. Macarewa kemudian pendeta A. Waworoendeng tapi usaha mereka ini tidak berkelanjutan.

            Dalam waktu yang sama banyak anggota gereja Indonesia Azusa mempunyai keinginan yang sama, sehingga sekelompok berkumpul sendiri dalam acara sosial. Dua kali rapat kelompok ini diadakan, pertama dirumah keluarga H. Rantung dan kedua dirumah keluarga Macarewa. Kelompok besar ini yaitu mula-mula dari Azusa mempunyai tujuan yang sama tidak tahu menahu satu sama lain dan masih merupakan rahasia. Group ini belum berani dengan resmi memulai suatu wadah yang tetap. Rapat yang telah dua kali diadakan ini adalah akar yang bertumbuh menjadi kenyataan. Wadah inilah yang saat itu menamakan diri Inland Indonesian SDA Church..

            Pada tanggal  15 Mei 1988, ada seorang yang menyelesaikan  gelar doctor dalam bidang penggembalaan jemaat di Claremont Graduate School. Sesudah wisuda pada hari itu, maka pada malamnya diadakan perayaan atas tercapainya cita-cita pribadi, juga cita-cita banyak orang yang masih terpendam. Pendeta Fred L. Macarewa M. Div. Mendapat gelar baru menjadi Doctor of Ministry. Dalam acara perayaan tersebut yang dipimpin oleh James Waworoendeng, pendeta DR. Sitompul memberikan amanat dan DR. Simorangkir mengucapkan selamat datang dalam lingkungan para doktor, yang akhirnya didoakan oleh almarhum pendeta DR. Th. Sinulingga.

            Setelah selesai acara perayaan pada malam itu, Doktor Macarewa memanggil pendeta Andries Weley membisikkan apa yang sudah lama terpendam dalam pikirannya. Beliau mengatakan, “Andries, torang mulai jo akang tu Gereja kalau bisa ngana datang besok di rumah kong torang berunding”. Beliau berani mengatakan demikian karena melihat gejala-gejala banyak anggota sudah sehati mau merealisasikan keinginan untuk memulaikan jemaat baru yang kemudian ditanda tangangi oleh 46 anggota dan kepala keluarga yang dipimpin oleh pendeta Weley semasih di jemaat Azusa.  Inilah bibit mula-mula yang mulai berakar menjadi besar yang saat ini dinamakan Jemaat Upland Indonesian Church.

            Di Loma Linda, saat itu  hari Senin sore adalah rapat pertama untuk mewujudkan jemaat Upland antara pendeta Macarewa dan pendeta Weley. Dalam perundingan itu Doktor Macarewa mengatakan kepada pendeta Weley, “Sekali kita mulaikan jemaat, janganlah berhenti kita harus maju terus. Pasti akan banyak tantangan tapi lihat keatas dan tekad kita tidak akan pudar.” Beliau mengatakan kepada pendeta Weley supaya hari Rabu depannya kita berdua kunjungi pendeta Wuisang untuk dilibatkan dalam usaha yang besar ini. Pendeta Macarewa menelpon pendeta Wuisang untuk janjian rapat. Pada hari Rabu sore rapat kedua diadakan antara pendeta Macarewa, pendeta Weley dan pendeta Wuisang untuk merampungkan rencana yang masih merupakan rahasia untuk menjadi kenyataan. Walaupun pendeta Wuisang tidak tahu rencana yang besar dari pendeta Macarewa dan pendeta Weley, dia menerima usul ini dengan bertanya, ada maksud apa?

            Pendeta Wuisang sebagai anggota jemaat Indonesia Grand Terrrace, memimpin group sejumlah besar berbakti di Prado Park pada beberapa tahun sebelumnya dengan harapan untuk memisahkan diri dari jemaat Induk sudah punah. Semangat mula-mula hidup kembali. Kumpulan kedua diadakan di Yorba Linda Park dengan tujuan yang sama tetapi jemaat yang baru yang dicita-citakan belum juga menjadi kenyataan. Menurut pendeta Wuisang bahwa rencana ini adalah hasil rapat yang dihadiri oleh pendeta J. Umboh dan pendeta A. Waworoendeng. Rupanya Tuhan belum kehendaki sehingga perjuangan ini kandas. Cita-cita mereka ini tidak terwujud.

Kelompok Azusa saat itu dipupuk terus dan berjalan terus secara rahasia dan akhirnya terbuka setelah pendeta Macarewa menghubungi pendeta Wuisang.. Awalnya kelompok dari Azusa atau dari Grand Terrace masih berpikir panjang untuk maju secara terpisah, tetapi setelah dua kelompok bersatu maka terjadilah persatuan yang kuat dan mantap karena terbukanya tujuan yang ada dalam benak pendeta Macarewa. Ketiga pioner ini saling telah kenal satu sama lain sejak tahun 50-an di SPS Kawangkoan, yang lokasinya di jantung Minahasa, Sulawesi Utara, di kaki gunung Soputan, dekat bukit Nona. Akar Inland Indonesia menjadi Upland Indonesia.

            Setelah pertemuan ketiga orang ini, Macarewa, Wuisang dan Weley, maka rencana yang terpendam dalam hati banyak anggota dalam kedua jemaat ini, Asuza dan Grand Terrace, diketemukan. Pendeta Wuisang mengatakan, “so ini tu solama ditungu-tunggu”. Dalam rapat kedua pendeta Wuisang telah hadir, maka rencana lebih diwujudkan dengan pengertian masih merupakan rahasia karena ketiga orang ini masih mau melibatkan lebih banyak orang lagi tetapi dengan lebih berhati-hati. Rapat ketiga, lebih banyak lagi orang diundang, antara lain Joseph Rey, Jack Kussoy, James Tielung, Jooce Lengkong, Jopie Wauran, Moody Waworoendeng, Erens Rey, Albert Awuy, Eddy Gampu, Rose Beaulieu dan Jimmy Salaki, juga Charrel Rattu dan beberapa yang lain lagi tetapi yang hadir hanya beberapa orang saja yaitu Jack Kusoy, Jooce Lengkong, Joopie Wauran, Rose Beaulieu dan Jimmy Salaki selain dari ketiga orang yang sudah ada. Keputusan supaya mulai memanggil lebih banyak orang lagi. Rapat keempat kurang lebih hampir dua puluh orang. Keputusan terakhir yaitu kebaktian pertama akan diadakan setelah keluarga Weley,  kembali dari Indonesia dalam rangka anniversary ke 40 SPS (SLA) Kawangkoan.

            Pada tanggal 20 Agustus 1988 kebaktian pertama dimulaikan di Prado Park. Pendeta Macarewa memberikan khotbah untuk memberikan semangat kepada seluruh anggota supaya seluruh anggota jemaat harus tahan dan tabah karena kita akan mengalami banyak tantangan. Kurang dari 200 orang hadir. Kebanyakan yang hadir adalah para anggota jemaat yang tidak pernah hadir di gereja lagi. Pada Sorenya rapat besar diadakan untuk menyusun strategi memulaikan jemaat yang baru. Pada sabat berikutnya kebaktian kedua diadakan di White Park yang dihadiri oleh 160 orang. Saudara Jack Kussoy pada minggu itu sibuk dengan menghubungi gereja-gereja untuk mencari gedung  tempat berbakti. Puji Tuhan jasa Jack Kussoy kemudian telah didapatkan chapel yang cukup menampung 150 sampai 200 orang ditempat yang sama.

            Serangan bertubi-tubi ditujukan kepada jemaat Upland. Peluru kendali ditembakkan tetapi Tuhan telah memberikan perisai yang kuat yang tidak dapat digoyahkan, yaitu perisai kesabaran dan berdiam diri karena Tuhan lah yang bekerja. Rapat-rapat selanjutnya sering dipimpin oleh pendeta Dingoasen, Asian Coordinator sedaerah bersama pendeta Atiga dari Uni Pacific mereka tunjukan jalan yang mantap untuk lebih cepat jemaat diorganizasikan dalam rapat di Hotel Hilton, saudara Joppy Wauran dan dirumahnya pendeta Wuisang.

            Jemaat Upland telah diorganisasikan tanggal 9 Juni 1989 oleh tiga administrator daerah dengan beranggotakan 311 jiwa. Tanggal 20 Agustus 1998 adalah hari ulang tahun ke 10 jemaat Upland. Kemenangan jemaat Upland adalah kemenangan dari Tuhan. Jika bukan karena Tuhan, tidak akan ada lagi pendeta Macarewa di depan jemaat, tidak akan ada lagi pendeta Wuisang di mimbar hingga akhir hidupnya,  tidak  akan ada lagi pendeta Weley di tengah-tengah jemaat Upland. Tentu juga tidak ada saudara-saudara sekalian sebagai anggota jemaat. Kata lain tidak ada lagi Jemaat Upland Indonesia. Syukur kepada Tuhan karena Jemaat Upland ini bertumbuh dan hidup berkembang dan maju.

 

PROSES PENERIMAAN CONFERENCE

            Serangan-serangan hebat kepada jemaat Upland tidak henti-hentinya. Usaha untuk membubarkan jemaat Upland semakin menghebat. Tetapi tidak ada reaksi dari salah satu anggota jemaat Upland. Rapat antara gereja-gereja Indonesia ditentukan di gereja Claremant untuk berunding dengan para anggota mereka yang ada di jemaat Upland gagal dan tidak terjadi karena rapat ini adalah usaha-usaha untuk membubarkan jemaat Upland. Dua pendeta yang bukan anggota jemaat Upland, pendeta N. G. Hutauruk dan pendeta Th. Sinulingga, tidak berhenti-hentinya datang ke jemaat Upland dan memberikan dorongan positif kepada jemaat supaya jalan terus jangan kecewa.

            Pendeta Atiga dan pendeta Dengoasen menganjurkan kepada jemaat supaya berusaha dengan memohon untuk berafiliasi dengan gereja Indonesia lain sebagai gereja induk dalam conference setempat. Jalan inilah yang ditempuh oleh kelompok Upland. Rapat Majelis tiga jemaat yaitu Grand Terrace, Azusa, dan Upland diadakan di rumahnya Dr. Inyo. Tuhan mempunyai maksud lain karena rapat ini tidak mencapai keputusan sehingga saat itulah terjadi penentuan yang paling tepat bagi kelompok ini yaitu untuk diakui tanpa ada mother church. Setiap saat salah seorang penasihat besar, Almarhum pendeta Anton Waworoendeng berkata kepada para pioneer, “Makete-keter” artinya harus bersemangat jangan putus asa.

           

 

Pada saat ini Jemaat Indonesia Upland dengan Jemaat Indonesia lainnya telah mempunyai hubungan baik dan mengerti satu sama lain. Semuanya ini hanya merupakan sejarah jemaat Upland. Tidak adalagi baku marah atau simpan hati satu sama lain, malah sudah bergandengan tangan mema-jukan misi bersama untuk orang-orang Indonesia yang ada di Amerika, mempertahankan kultur dan Bahasa Indonesia yang tentunya harus dipimpin oleh orang Indonesia.

 

           

            Ancaman ditujukan kepada pendeta Atiga dan pendeta Dingoasen untuk jangan mengunjungi jemaat Upland berhasil untuk sementara waktu tetapi pada akhirnya gagal juga sebab mereka berdua bertindak dengan positif untuk jemaat ini segera di orgainsasikan.  Dalam waktu jemaat ini mengalami krisis, pendeta-pendeta dari Southeastern California Confrence tidak berhenti-hentinya mengunjungi dan melayani jemaat Upland, yang dipelopori pendeta Lynn Mallery, direktur kependetaan daerah, yang sekarang ini adalah ketua daerah. Usaha untuk membendung para pengerja daeah untuk datang bersabat di Upland sangat besar. Tetapi sebesar-besarnya bendungan itu pada akhirnya pecah sehingga tidak dapat dibendung lagi. Ketua daerah pada saat itu agaknya suram kepada  jemaat Upland, pada akhirnya datang mengorganiser jemaat Upland yang disebutnya “The Big Baby”, dengan status Company bukan Affiliated Group.

            Setengah tahun sebelum jemaat ini di organisasikan, pimpinan daerah mengirim berita melalui pendeta Dingoasen untuk datang ke kantor daerah untuk menyerahkan uang perpuluhan yang sudah cukup banyak dalam tangan bendahara. Saudara Joppy Wauran sebagai bendahara Jemaat, sdr. Weley sebagai ketua jemaat, dan pendeta Macarewa sebagai pendeta, juga Ferry Sepang sebagai Public Relation, diutus oleh majelis untuk pergi ke kantor daerah. Uang yang diminta oleh kantor daerah setahun yang lalu untuk disimpan di bank, saat  itu diserahkan ke kantor daerah. Sejak waktu itu jemaat Upland walaupun belum di organisasikan setiap kwartal mendapat formulir laporan kemajuan jemaat dalam setiap departement.  Tiga bulan kemudian daerah memberitakan bahwa jemaat ini harus diorganisasikan yang kemudian  dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 1989. 

            Pada tahun 1995, jemaat ini berhasil membeli gedung gereja yang terletak diatas tanah yang luasnya 5 acres. Sayang gedungnya tidak cukup memuat seluruh anggota jemaat Upland. Harga property ini $ 275,000 yang terkumpul hasil pemberian seluruh anggota dan juga ada dari luar anggota jemaat ini. Perjuangan jemaat Upland juga belum selesai karena pada saat ini seluruh anggota telah bertekat untuk tahun 1998 jemaat Upland bertujuan  memiliki gereja yang dapat memuat seluruh anggota.

            Pendeta Wuisang sudah lebih dahulu dipanggil Tuhan untuk beristirahat menunggu kedatanganNya yang kedua kali. Pesan almarhum dalam beberapa kotbahnya supaya gedung gereja Upland adalah bagaikan gajah yang besar. Jika hanya Pendeta Macarewa, almarhum pendeta Wuisang dan Pendeta Weley yang mau menarik gajah itu pasti akan sia-sia. Tetapi jika semua anggota mengambil bahagian untuk menarik gajah yanf besar ini maka gajah itu akan dapat ditarik. Gereja kemudian berdiri tahun 1998. Ketua dan wakil team pembangunan gereja, Maritje Waworuntu, Boy Frans, dan Cris Sumanti  bekerja keras saat untuk mengumpulkan lagi uang sebesar $300,000 untuk renovasi gereja yang sudah ada. Berkat pimpinan Tuhan saat ini sudah terkumpul lebih $200,000. Kiranya Tuhan selalu memberkati Jemaat ini untuk bekerja menyelesaikan kerjaNya hingga Tuhan datang pada kedua kalinya. Usaha untuk membangun ini sudah diimpi-impikan sejak mulainya jemaat ini dengan ketua pembangunan  yang pertama  sdr. Widy Widitora, kemudian disusul oleh sdr. Johan Mangindaan, Youke Longkutoy, Cris Sumanti dan lain-lain, dan saat ini di ketuai oleh sdri Maritje Waworuntu.

Pada saat ini, pembangunan gereja sudah menjadi kenyataan. Langkah pertama sudah kita capai dan langkah kedua untuk multi purpose building masih diawan-awan. Tetapi jika Tuhan telah berkati kita dalam langkah pertama maka langka berikut tidak mustahil Tuhan akan memberkati kita untuk mendapatkan gedung-gedung yang lain yang jemaat Upland juga masyarakat Indonesia umumnya sangat butuhkan. Menjadi tantangan kepada pimpinan jemaat gererasi baru kapan Gedung multi purpose ini akan menjadi kenyataan? Haruslah ada persatuan, ikutilah peraturan jemaat dan jangan baku cungkel. Kelemahan-kelamahan dari tanah Minahasa janganlah dihidupkan karena kita samua bersaudara dari Indonesia khususnya tanah Minahasa. Hidupkanlah Si tou timou tumou tou. Pakatuan wo Pakalawiren.  Tuhan memberkati kita.

 

Di susun oleh : Pdt. Andries R. Weley dan Para Pioneer Jemaat Upland lainnya.


0 komentar:

Posting Komentar