1 Timotius 2:11,12 : “Seharusnyalah perempuan berdiam
diri dan menerimah ajaran dengan patuh. Aku tidak mengisinkan perempuan
mengajar dan juga tidak mengisinkanya memerintah laki-laki; hendaklah ia
berdiam diri.”
Pertanyaannya:
Mengapa Rasul Paulus melarang para wanita untuk mengajar?
Ayat ini terdapat didalam surat rasul Paulus yang disampaikan melalui surat
kepada Timotius menyangkut arahan-arahan kepada anggota jemaat di Efesus
tentang cara beribadah. Didalam 1
timotius 2:8-15, rasul Paulus memberikan arahan-arahan menyangkut cara berdoa
bagi seorang pria, cara berdandan bagi seorang wanita, dan juga larangan kepada
kaum wanita untuk mengajar. Sesuai
dengan konteks penulisan ayat ini, ayat-ayat ini merupakan nasehat kepada anggota jemaat di Efesus
menyangkut pertemuan ibadah umum.
Ada beberapa pengertian dan interpretasi yang muncul dari ayat-ayat
ini. Menurut George W. Knight, ayat-ayat
ini adalah nasehat rasul Paulus kepada kaum wanita untuk tidak menguasai dan
mengganggap remeh kepemimpinan kaum pria di jemaat. Sementara itu menurut Hendrickson, maksud
Paulus menulis ayat-ayat ini adalah
untuk mengamarkan kaum wanita agar mereka dapat menyerahkan diri mereka dan tergantung
sepenuhnya kepada kaum pria. Lea and
Griffin memiliki pengertian dan interpretasi yang juga berbeda. Menurut mereka berdua, ayat-ayat ini adalah
amaran rasul Paulus kepada para wanita di jemaat Efesus agar menghormati dan
tidak memberontak terhadap kepemimpinan tua-tua jemaat yang pada waktu itu
kemungkinan besar adalah kaum pria.
Salah satu cara untuk memperoleh kemungkinan jawaban tentang hal ini
adalah meninjau latar belakang budaya
dan situasi dimana anggota jemaat Efesus itu hidup.
Status wanita pada zaman Perjanjian baru
Ada beberapa wanita yang terlibat didalam sejarah alkitab dan tercatat
didalam Perjanjian baru. Ada juga beberapa wanita yang tercatat terlibat
didalam cerita-ceritera Jesus dan gereja mula-mula. Status wanita pada zaman Perjanjian baru, memang sedikit
rendah dibanding dengan pria. Pengaruh
ini datang dari para ahli filsafat dan guru-guru yunani. Menurut ahli filsafat Yunani, Philo dan Joshepus, status wanita sedikit
rendah dibanding kaum pria disebabkan karena didalam pengambilan keputusan
sehari-hari wanita lebih banyak menggunakan perasaan dari pada pikiran
sementara kaum pria lebih banyak menggunakan akal pikiran yang adalah lebih
baik dan lebih tepat digunakan didalam pengambilan keputusan dari pada
perasaan. Kedua ahli filsafat yunani ini mengajarkan status wanita lebih rendah
dari pada kaum pria. Menurut ahli
teologia yang bernama Jame B. Hurley, Talmud tidak banyak menjelaskan tentang
wanita pada saat itu karena pada saat itu wanita tidak banyak terlibat atau
mengambil bagian pada acara-acara umum
secara kusus pada acara ibadah umum.
Kaum wanita tetap berada di rumah
dan melaksanakan tugas dan tanggungjawab mereka sebagai ibu rumah tangga,
menjaga dan membimbing serta mendidik anak mereka dibawah pengawasan sang suami
yang adalah kaum pria tentunya. Beliau juga menerangkan bahwa para wanita pada
saat itu tidak diperkenankan berpartisipasi dalam hal ini mengambil bagian
untuk memimpin ibadah pada acara-acara resmi di umum walaupun mereka berkwalitas. Menurut
Constance . Parvey, percampuran budaya
antara Roma dan Yahudi sangat mempengaruhi pola hidup para wanita yahudi pada
zaman perjanjian baru. Para wanita Roma dapat atau dizinkan untuk terlibat pada
kegiatan-kegiatan umum sementara para wanita
yahudi tidak dilibatkan pada acara-acara umum bahkan tidak memiliki kuasa atau hak untuk memilih
didalam pemilihan-pemilahan umum. Para
wanita tidak dilibatkan pada acara-acara pemerintahan dan masyarakat umum
bahkan pada acara-acara ibadah umum, pekerjaan itu adalah tanggungjawab kaum pria. Didalam situasi seperti itu orang
Yahudi tetap mengikuti aturan pemerintahan Roma tetapi mereka juga dengan tegas
dan sangat berhati-hati memelihara budaya mereka teristimewa budaya rohani
dirumah didalam keluarga mereka masing-masing.
Status wanita pada abad-1
Menurut Jeffers, status para wanita pada abad pertama juga memang
sedikit rendah dari kaum pria. Sesuai
dengan aturan dan budaya Roma pada abad pertengahan suami adalah kepala
keluarga dan berkuasa sampai mati.
Kehidupan dan status seorang wanita pada abad-1 didalam falsafah dan
budaya hidup orang Yunani adalah wanita sebagai alat produksi untuk menambah
jumlah anggota keluarga dan penduduk .
Budaya dan anggapan umum orang-orang yang hidup pada abad-1 adalah
wanita secara kusus yang sudah menikah dapat meninggalkan rumah hanya untuk
menghadiri acara-acara yang paling penting sekali karena sesuai dengan anggapan
umum pada saat itu, seorang wanita yang didapati ditempat umum tanpa alasan
penting adalah pekerja sex atau budak.
Situasi di Jemaat Efesus
Kota Efesus adalah kota perdagangan dan terletak pada tempat strategis sehingga kota ini menjadi kota pelabuhan yang
sangat strategis. Kota Efesus telah
menjadi pusat kota perdagangan di Asia kecil pada saat itu. Kota ini juga sangat terkenal dengan
keberadaan dewa Artemis. Dewa yang disembah sebagai dewa kesuburan dan ibu
dari para dewa. Dewa Artemis digambarkan
sebagai seorang wanita yang memiliki banyak buah dada dibadanya. Dewa artemis dikenal di Roma dengan nama dewa
Diana. Dewa ini juga dipercayai sebagai dewa yang membantu para wanita pada proses melahirkan bayi
mereka. Mereka membangun sebuah kuil besar dikota Efesus untuk menyembah dewa
Artemis. Didalam proses penyembahan dewa
Artemis selalu diadakan sek masal yang suci menurut pandangan mereka seperti
yang hal yang sama diadakan pada saat penyembahan kepada dewa Marduk di Babylon
dan Aphroditus di Korintus pada abad-1.
Budaya dan situasi secara kusus penyembahan kepada dewa Artemis sangat
mempengaruhi kehidupan para wanita yang hidup pada abad-1, bahkan pengaruh ini
sempat dibawah masuk kedalam gereja oleh orang-orang yang baru bertobat dan
bergabung dengan Jemaat Tuhan di Efesus.
Kesimpulan
Pengaruh budaya sebagaimana telah bahas diatas bahwa situasi saat dimana rasul Paulus menulis surat kepada anggota Jemaat yang ada di Efesus jelas mengatakan bahwa status wanita diaggap saat itu sedikit rendah dari para kaum pria. Ditambah lagi dengan situasi dan budaya dimana kalau seorang wanita didapati diluar rumah tanpa ada pertemuan atau acara yang paling penting sekali mereka akan diaanggap sebagai budak dan pekerja sex. Dan juga situasi kota Efesus dengan adanya dewa Artemis lebih mendukung rasul Paulus untuk melarang para wanita yang memiliki konotasi negatif berada pada pertemuan-pertemuan umun untuk tidak tampil atau mengambil bagian dan mengajar pada acara ibadah umum
0 komentar:
Posting Komentar