Arti Suami
Perkawinan adalah sebuah lembaga dimana seorang laki-laki dan seorang perempuan
disatukan secara sah dan bersifat permanent.1 Informasi yang kita peroleh berdasarkan
Kejadian 2:18-25 memastikan bahwa Allah telah melembagakan perkawinan yang
pertama di Taman Eden. Tidak ada tanda-tanda yang mengindikasikan bahwa
perkawinan yang telah dimulaikan oleh Allah harus berakhir secara tidak alamiah.2 Rumah tangga yang ideal didambakan
Allah, ditetapkan oleh Allah, dan terus dipertahankan oleh Allah . . . Jika ini
benar, maka apa yang Allah telah persatukan, tidak boleh diceraikan oleh
manusia.”3 Artinya, rumah
tangga itu sifatnya permanent. Fakta
yang nampak di didepan mata kita berbicara lain, ada penyimpangan dari rencana
Ilahi. Bill Morris mendapati bahwa
berdasarkan penelitian yang pernah diadakan beberapa tahun yang silam, “Satu
diantara dua perkawinan berakhir dengan perceraian.”4 Masalah?
Oh, tentu, dan amat serius. Fakta
ini telah mampu membuka mata kita untuk berupaya menemukan solusi yang dapat
dijadikan acuan untuk melanggengkan keutuhan rumah tangga serta nilai-nilai
luhur suatu perkawinan.
Suami, Pengikat Rumah
Tangga
Merujuk pada fakta diatas, dipastikan ada sesuatu yang
hilang. Love! Genuine love
(Kasih sejati). Jika aspek ini mulai
memudar bahkan cenderung tak lagi terlihat dalam kehidupan rumah tangga, sudah
waktunya kita merenungkan pentingnya mengikat lebih kencang rumah tangga
itu. Sekiranya tugas mulia ini harus
dimulai dari pihak suami, gambaran berikut ini layak disimak.
Suami! Apa arti “Suami?” Kata “Suami” berasal dari bahasa Anglo-Saxon,
“house” dan “band.” Dari dua kata inilah terbentuk
kata “Husband” (suami). Kata “house,”
artinya “rumah” dan “band” artinya “ikat/ikatan.” Sejarah kata ini mengingatkan kita bahwa
suami bertanggung jawab “mengikat” rumah tangga agar tetap kuat dan utuh. Ellen White senada menjelaskan, “His
name, ‘house-band’ is the true definition of husband . . . I saw that but few
fathers realize their responsibilities.”5 (Namanya, ‘house-band’ adalah suatu definisi
yang benar dari kata suami itu. Saya
melihat bahwa terlalu sedikit bapa-bapa menyadari tanggung jawab mereka).
Hamba
Allah ini mengingatkan, “Pekerjaan menjadikan rumah tangga itu berbahagia tidak
hanya terletak pada ibu saja. Bapa-bapa
ada bagian yang penting untuk dilaksanakan.
Suami itu adalah ‘house-band’ (pengikat rumah tangga) yang mengikat
anggota keluarganya, yaitu ibu dan anak-anak bersama-sama kedalam sebuah
kesatuan yang kuat dengan kasih-sayang yang teguh, sungguh-sungguh dan tulus.”6
Rasul Paulus menasihatkan, “Hai suami, kasihilah isterimu, sebagaimana Kristus
telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” (Efesus
Filsuf Yunani, Plato memberikan ilustrasi yang bermakna
mengenai pentingnya kasih didalam keluarga.
Dia katakan, rumah tangga itu ibarat sebuah tangga yang terdiri atas dua
tiang. Tiang yang satu diumpamakan
dengan “suami” sedangkan tiang yang lain diumpamakan dengan “isteri.” Untuk membuat kedua tiang ini menjadi satu
dan kuat, dibutuhkan anak-anak tangga yang akan menghubungkan keduanya. Anak tangga yang teratas ia umpamakan dengan
“kasih Allah yang sejati” sedangkan anak tangga yang paling bawah ia umpamakan
sebagai “penarikan fisik.”7
Demikian halnya dengan suami isteri, selain penarikan fisik, mereka akan
menjadi kuat jika dihubungkan dan diikat oleh kasih Allah.
Kasih, Suatu
Kebutuhan Primer
Sebelum seseorang menikah pun, kasih ini sudah
diantisipasi sebagai sesuatu yang amat dibutuhkan oleh setiap pasangan. Dari
hasil survey berskala nasional melalui Roper Polls, didapati bahwa, “77 persen
pria dan 83 persen wanita Amerika mengungkapkan alasan mereka tertarik untuk
menikah adalah karena cinta.” 8 Mignon Mc Laughlin, ketika dimintai
pendapatnya, ia berucap, “Persyaratan untuk suatu perkawinan yang sukses, adalah jatuh cinta berkali-kali dan terus
menerus dengan orang yang sama.”9
Ini mengindikasikan bahwa peragaan kasih terhadap pasangan hidup tidak
bersifat musiman, dan bukan untuk menjadi jajanan umum.
Aspek Kasih
Kasih Allah yang sejati ini mencakup tiga aspek,
“komitment, tanpa syarat, dan berupaya memenuhi berbagai kebutuhan.”10
Komitmen itu adalah suatu tekad bulat untuk mewujudkan impian yang diikrarkan
bersama kedua pasangan. Komitment
berarti berani menerobos segala rintangan yang mengganggu keharmonisan suami
isteri. Komitment berarti maju terus
tanpa terpengaruh oleh situasi apapun juga.
Komitment itu berarti memiliki semboyan berjuang terus menembus badai
kehidupan.
Kasih yang sejati tidak pernah membuat persyaratan bagi
pasangan itu. “Kristus mengasihi jemaat
secara mutlak dan total. Kasihnya bagi
kita itu tanpa batas, dan tanpa syarat . . . itu sebabnya laki-laki harus
mencintai isteri mereka sebagaimana mereka mencintai tubuh mereka sendiri,”11
dan “Jika kasih Kristus telah menjadi
dasar yang membuat kita mampu menjadi satu, betapa lebih lagi kasih itu harus
menjadi landasan dalam hubungan pernikahan.”12
Kasih itu berarti memberikan semua yang dibutuhkan oleh
pasangannya. John Haggai berkata, “Anda
dapat memberi tanpa mengasihi, tapi anda tak dapat mengasihi tanpa memberi.”13
Memberi, memiliki pengertian yang lebih dalam. Simak bagaimana dalamnya pengertian kasih itu
seperti yang disajikan oleh Graham Scorggie,
“Kasih itu adalah mengisi air pada mangkuk yang telah kering.”14 Hati sang isteri tidak jarang telah menjadi
kering dan gersang dengan berbagai masalah yang menerpa hidupnya. Tersediakah air itu untuk diisi dalam mangkuk
kehidupannya? Cukupkah “air kasih
sayang” yang disiapkan suami untuk menyejukkan jiwa isteri itu? Air kasih untuk memenuhi piala kehidupan itu
meliputi pemberian dengan rela seluruh jiwa dan raga, topangan materi,
pertolongan, perlindungan, dorongan, nasihat, serta petunjuk yang dibutuhkan
ketika jalan-jalan kehidupan itu kelihatan buntu.
Bersatu dengan Isteri
Allah berfirman, “Sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya. ”
(Kejadian 2:24). Apa yang Allah ucapkan
ini bertujuan ganda. Selain mengingatkan
Adam akan kewajibannya terhadap Hawa saat wanita ini dihadirkan Pencipta
dihadapannya sebagai sosok yang menjadi object kasih sayang, Firman ini juga
sebagai wejangan bagi generasi berikutnya sampai pada era kita ini. Kata “Bersatu” berasal dari bahasa Ibrani,
“dabaq.” Dabaq mengandung aneka
pengertian sebagai berikut:
1. Mengencangkan
Mengencangkan,
artinya suami berkewajiban mengikat kehidupan rumah tangganya dengan erat
sehingga tak satupun anggota keluarga yang terlepas. Kencangkan keutuhan suami isteri dengan tali
kasih sayang.
2. Bergabung, menyatu
Perkawinan itu adalah memadukan semua unsur hidup
manusia: tubuh, jiwa, pikiran, perasaan (sepenanggungan). Semua aspek ini perlu dipadukan untuk
mencapai tujuan keluarga yang bahagia. Suami harus menjadikan isteri itu
sebagai bagian dari suami. Tubuh isteri
adalah milik suami, demikian pula sebalikanya.
Adalah menjadi kewajiban suami untuk memenuhi kebutuhan isteri secara
biologis. Dalam hal ini, suami tidak
boleh hanya mencari kepentingan dirinya sendiri (Filipi 2:4).
3.
Menempel ketat, melekat secara konsisten
Mobil Ford cipataan Henry Ford telah
telah membuat namanya melambung tinggi. Produk dibidang otomotif ini telah
membuat nama Henry Ford sangat lekat dihati masyarakat dunia. Ketika Tuan dan Ny. Henry Ford merayakan
ulang tahun mereka yang kelima-puluh, seorang reporter bertanya kepada mereka
berdua, ”Menurut pendapat anda, hal apakah yang anda patut hargai yang membuat
rumah tangga anda bertahan sampai lima puluh tahun. Henry Ford katakan,
rumusnya sama dengan ketika saya membuat mobil Ford yaitu just stick to one model (tetap pada
satu model, model yang sama).15
Pria biasanya tertarik pada penampilan secara fisik. Keadaan fisik
seorang wanita yang masih muda akan berbeda ketika ia sudah semakin tua. Kecantikan menurut pandangan mata manusia,
mengalami degradasi. Konsep Ford ini
sebagai pengingat bahwa suami tidak perlu terpengaruh dengan perobahan fisik
itu. “Kemolekan adalah bohong, dan
kecantikan adalah sia-sia” (Amsal 31:30).
Kecantikan itu sifatnya sementara saja, keluhuran tabiat menjadi yang
terutama. Sekali seorang pria memilih seorang wanita untuk menjadi teman seumur hidupnya, ia harus punya
motto yang sama, “just stick to one model.”
4. Berpegang teguh, bersandar
Kejadian
2:24, berisi nasihat bagi Adam untuk “bersatu” dengan isterinya. Artinya, Adam juga punya ketergantungan pada
Hawa karena ia adalah isteri pemberian Allah.
Disisi yang lain, semua potensi yang dimiliki isteri, menjadi berkat
bagi suami. Faktor ini tentu akan
semakin menambah keyakinan dan kepercayaan suami padanya (Amsal 31:11).
5. Bertahan
Kehidupan
suami isteri hanya bisa tahan jika ada cinta sejati yang mengikat mereka
berdua. Cinta itu bagaikan cat tembok yang tidak pudar diterpa musim panas dan
dingin. Cinta itu tidak lekang ketika
disengat panas matahari cobaan dan godaan.
Dabaq bermakna “Kesetiaan” yang telah teruji oleh berbagai api pencobaan
dan teriknya panas godaan. Suami berkewajiban melanggengkan kehidupan rumah
tangga dengan cinta sejati itu.
Berbahagialah mereka yang setia sampai ke akhir.
Kesimpulan
Kepada para suami, Anne Ortlund memberi nasihat, “Hai
suami, berlakukalah sebagai suami (house-band).
Jaga, dan peliharalah isterimu.
Suamikan dia, Itu akan membuat engkau betul-betul sebagai seorang
suami.” 16 Kata “suamikan
dia” artinya, menjadikan suami itu sebagai bagian dari isteri, sebagai sebuah
kesatuan yang tak terpisahkan, sebagai milik seutuhnya dari isteri.
“Hawa dijadikan dari sebilah tulang yang diambil dari
rusuk Adam, ini mengartikan bahwa ia bukanlah untuk memerintah Adam sebagai
kepala, bukan pula untuk diinjak-injak dibawah telapak kaki sebagai bawahan,
tetapi untuk bedampingan di sisi Adam sebagai seorang yang setara, untuk
dikasihi dan dilindungi.
Sebagai bagian dari Adam, tulang dari tulangnya , daging dari dagingnya,
ia merupakan dirinya yang kedua, menunjukkan eratnya hubungan mereka
serta ikatan kasih yang harus ada dalam hubungan seperti ini.”17 Pekerjaan ini tidak mudah. Cara terbaik untuk merealisasikan hal ini
adalah dengan memohon dan merelakan kehidupan suami “dimampukan oleh kuasa Roh
Kudus sehingga ia dapat mencintai isterinya sebagaimana Kristus mengasihi
jemaat Nya, dengan demikian isterinya juga akan pasrah dan tunduk pada suaminya
sebagaimana ia taat pada Tuhan.”18
Oleh kuasa Roh Kudus, suami akan mampu mengikat rumah tanggannya dengan
kasih sejati surgawi. Amin
0 komentar:
Posting Komentar