BAIT Ministry

Minggu, 08 Agustus 2021

SUAMI, KENCANGKAN TALI KASIH RUMAH TANGGAMU

 

Pdt. Dr. Max Wauran

Arti Suami

Perkawinan adalah sebuah lembaga dimana  seorang laki-laki dan seorang perempuan disatukan secara sah dan bersifat permanent.1  Informasi yang kita peroleh berdasarkan Kejadian 2:18-25 memastikan bahwa Allah telah melembagakan perkawinan yang pertama di Taman Eden. Tidak ada tanda-tanda yang mengindikasikan bahwa perkawinan yang telah dimulaikan oleh Allah harus berakhir secara tidak alamiah.2   Rumah tangga yang ideal didambakan Allah, ditetapkan oleh Allah, dan terus dipertahankan oleh Allah . . . Jika ini benar, maka apa yang Allah telah persatukan, tidak boleh diceraikan oleh manusia.”3  Artinya, rumah tangga itu sifatnya permanent.  Fakta yang nampak di didepan mata kita berbicara lain, ada penyimpangan dari rencana Ilahi.  Bill Morris mendapati bahwa berdasarkan penelitian yang pernah diadakan beberapa tahun yang silam, “Satu diantara dua perkawinan berakhir dengan perceraian.”4  Masalah?  Oh, tentu, dan amat serius.  Fakta ini telah mampu membuka mata kita untuk berupaya menemukan solusi yang dapat dijadikan acuan untuk melanggengkan keutuhan rumah tangga serta nilai-nilai luhur suatu perkawinan. 

 

Suami, Pengikat Rumah Tangga

Merujuk pada fakta diatas, dipastikan ada sesuatu yang hilang.  Love! Genuine love (Kasih sejati).  Jika aspek ini mulai memudar bahkan cenderung tak lagi terlihat dalam kehidupan rumah tangga, sudah waktunya kita merenungkan pentingnya mengikat lebih kencang rumah tangga itu.  Sekiranya tugas mulia ini harus dimulai dari pihak suami, gambaran berikut ini layak disimak. 

Suami! Apa arti “Suami?”  Kata “Suami” berasal dari bahasa Anglo-Saxon, “house” dan “band.” Dari dua kata inilah terbentuk kata “Husband” (suami).  Kata “house,” artinya “rumah” dan “band” artinya “ikat/ikatan.”  Sejarah kata ini mengingatkan kita bahwa suami bertanggung jawab “mengikat” rumah tangga agar tetap kuat dan utuh.  Ellen White senada menjelaskan, “His name, ‘house-band’ is the true definition of husband . . . I saw that but few fathers realize their responsibilities.”5  (Namanya, ‘house-band’ adalah suatu definisi yang benar dari kata suami itu.  Saya melihat bahwa terlalu sedikit bapa-bapa menyadari tanggung jawab mereka). 

Hamba Allah ini mengingatkan, “Pekerjaan menjadikan rumah tangga itu berbahagia tidak hanya terletak pada ibu saja.  Bapa-bapa ada bagian yang penting untuk dilaksanakan.  Suami itu adalah ‘house-band’ (pengikat rumah tangga) yang mengikat anggota keluarganya, yaitu ibu dan anak-anak bersama-sama kedalam sebuah kesatuan yang kuat dengan kasih-sayang yang teguh, sungguh-sungguh dan tulus.”6 Rasul Paulus menasihatkan, “Hai suami, kasihilah isterimu, sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” (Efesus 5:25). 

Filsuf Yunani, Plato memberikan ilustrasi yang bermakna mengenai pentingnya kasih didalam keluarga.  Dia katakan, rumah tangga itu ibarat sebuah tangga yang terdiri atas dua tiang.  Tiang yang satu diumpamakan dengan “suami” sedangkan tiang yang lain diumpamakan dengan “isteri.”  Untuk membuat kedua tiang ini menjadi satu dan kuat, dibutuhkan anak-anak tangga yang akan menghubungkan keduanya.  Anak tangga yang teratas ia umpamakan dengan “kasih Allah yang sejati” sedangkan anak tangga yang paling bawah ia umpamakan sebagai “penarikan fisik.”7  Demikian halnya dengan suami isteri, selain penarikan fisik, mereka akan menjadi kuat jika dihubungkan dan diikat oleh kasih Allah.

 

Kasih, Suatu Kebutuhan Primer

Sebelum seseorang menikah pun, kasih ini sudah diantisipasi sebagai sesuatu yang amat dibutuhkan oleh setiap pasangan. Dari hasil survey berskala nasional melalui Roper Polls, didapati bahwa, “77 persen pria dan 83 persen wanita Amerika mengungkapkan alasan mereka tertarik untuk menikah adalah karena cinta.” 8  Mignon Mc Laughlin, ketika dimintai pendapatnya, ia berucap, “Persyaratan untuk suatu perkawinan yang sukses,  adalah jatuh cinta berkali-kali dan terus menerus dengan orang yang sama.”9  Ini mengindikasikan bahwa peragaan kasih terhadap pasangan hidup tidak bersifat musiman, dan bukan untuk menjadi jajanan umum.

 

Aspek Kasih

Kasih Allah yang sejati ini mencakup tiga aspek, “komitment, tanpa syarat, dan berupaya memenuhi berbagai kebutuhan.”10 Komitmen itu adalah suatu tekad bulat untuk mewujudkan impian yang diikrarkan bersama kedua pasangan.  Komitment berarti berani menerobos segala rintangan yang mengganggu keharmonisan suami isteri.  Komitment berarti maju terus tanpa terpengaruh oleh situasi apapun juga.  Komitment itu berarti memiliki semboyan berjuang terus menembus badai kehidupan. 

Kasih yang sejati tidak pernah membuat persyaratan bagi pasangan itu.  “Kristus mengasihi jemaat secara mutlak dan total.  Kasihnya bagi kita itu tanpa batas, dan tanpa syarat . . . itu sebabnya laki-laki harus mencintai isteri mereka sebagaimana mereka mencintai tubuh mereka sendiri,”11 dan  “Jika kasih Kristus telah menjadi dasar yang membuat kita mampu menjadi satu, betapa lebih lagi kasih itu harus menjadi landasan dalam hubungan pernikahan.”12 

Kasih itu berarti memberikan semua yang dibutuhkan oleh pasangannya.  John Haggai berkata, “Anda dapat memberi tanpa mengasihi, tapi anda tak dapat mengasihi tanpa memberi.”13 Memberi, memiliki pengertian yang lebih dalam.  Simak bagaimana dalamnya pengertian kasih itu seperti yang disajikan oleh Graham Scorggie,  “Kasih itu adalah mengisi air pada mangkuk yang telah kering.”14  Hati sang isteri tidak jarang telah menjadi kering dan gersang dengan berbagai masalah yang menerpa hidupnya.  Tersediakah air itu untuk diisi dalam mangkuk kehidupannya?  Cukupkah “air kasih sayang” yang disiapkan suami untuk menyejukkan jiwa isteri itu?  Air kasih untuk memenuhi piala kehidupan itu meliputi pemberian dengan rela seluruh jiwa dan raga, topangan materi, pertolongan, perlindungan, dorongan, nasihat, serta petunjuk yang dibutuhkan ketika jalan-jalan kehidupan itu kelihatan buntu.

 

Bersatu dengan Isteri

Allah berfirman, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya. ” (Kejadian 2:24).  Apa yang Allah ucapkan ini bertujuan ganda.  Selain mengingatkan Adam akan kewajibannya terhadap Hawa saat wanita ini dihadirkan Pencipta dihadapannya sebagai sosok yang menjadi object kasih sayang, Firman ini juga sebagai wejangan bagi generasi berikutnya sampai pada era kita ini.  Kata “Bersatu” berasal dari bahasa Ibrani, “dabaq.”  Dabaq mengandung aneka pengertian sebagai berikut:

 

 1.  Mengencangkan

Mengencangkan, artinya suami berkewajiban mengikat kehidupan rumah tangganya dengan erat sehingga tak satupun anggota keluarga yang terlepas.   Kencangkan keutuhan suami isteri dengan tali kasih sayang.

 

2.   Bergabung, menyatu

Perkawinan itu adalah memadukan semua unsur hidup manusia: tubuh, jiwa, pikiran, perasaan (sepenanggungan).  Semua aspek ini perlu dipadukan untuk mencapai tujuan keluarga yang bahagia. Suami harus menjadikan isteri itu sebagai bagian dari suami.  Tubuh isteri adalah milik suami, demikian pula sebalikanya.  Adalah menjadi kewajiban suami untuk memenuhi kebutuhan isteri secara biologis.  Dalam hal ini, suami tidak boleh hanya mencari kepentingan dirinya sendiri (Filipi 2:4).

 

3.   Menempel ketat, melekat secara konsisten

           Mobil Ford cipataan Henry Ford telah telah membuat namanya melambung tinggi. Produk dibidang otomotif ini telah membuat nama Henry Ford sangat lekat dihati masyarakat dunia.  Ketika Tuan dan Ny. Henry Ford merayakan ulang tahun mereka yang kelima-puluh, seorang reporter bertanya kepada mereka berdua, ”Menurut pendapat anda, hal apakah yang anda patut hargai yang membuat rumah tangga anda bertahan sampai lima puluh tahun. Henry Ford katakan, rumusnya sama dengan ketika saya membuat mobil Ford yaitu  just stick to one model (tetap pada satu model, model yang sama).15   

           Pria biasanya tertarik pada penampilan secara fisik. Keadaan fisik seorang wanita yang masih muda akan berbeda ketika ia sudah semakin tua.  Kecantikan menurut pandangan mata manusia, mengalami degradasi.  Konsep Ford ini sebagai pengingat bahwa suami tidak perlu terpengaruh dengan perobahan fisik itu.  “Kemolekan adalah bohong, dan kecantikan adalah sia-sia” (Amsal 31:30).  Kecantikan itu sifatnya sementara saja, keluhuran tabiat menjadi yang terutama. Sekali seorang pria memilih seorang wanita untuk  menjadi teman seumur hidupnya, ia harus punya motto yang sama, “just stick to one model.”

 

4.   Berpegang teguh, bersandar

Kejadian 2:24, berisi nasihat bagi Adam untuk “bersatu” dengan isterinya.  Artinya, Adam juga punya ketergantungan pada Hawa karena ia adalah isteri pemberian Allah.  Disisi yang lain, semua potensi yang dimiliki isteri, menjadi berkat bagi suami.  Faktor ini tentu akan semakin menambah keyakinan dan kepercayaan suami padanya (Amsal 31:11).

 

5.  Bertahan

Kehidupan suami isteri hanya bisa tahan jika ada cinta sejati yang mengikat mereka berdua. Cinta itu bagaikan cat tembok yang tidak pudar diterpa musim panas dan dingin.  Cinta itu tidak lekang ketika disengat panas matahari cobaan dan godaan.  Dabaq bermakna “Kesetiaan” yang telah teruji oleh berbagai api pencobaan dan teriknya panas godaan. Suami berkewajiban melanggengkan kehidupan rumah tangga dengan cinta sejati itu.  Berbahagialah mereka yang setia sampai ke akhir.

 

Kesimpulan

Kepada para suami, Anne Ortlund memberi nasihat, “Hai suami, berlakukalah sebagai suami (house-band).  Jaga, dan peliharalah isterimu.  Suamikan dia, Itu akan membuat engkau betul-betul sebagai seorang suami.” 16  Kata “suamikan dia” artinya, menjadikan suami itu sebagai bagian dari isteri, sebagai sebuah kesatuan yang tak terpisahkan, sebagai milik seutuhnya dari isteri.

“Hawa dijadikan dari sebilah tulang yang diambil dari rusuk Adam, ini mengartikan bahwa ia bukanlah untuk memerintah Adam sebagai kepala, bukan pula untuk diinjak-injak dibawah telapak kaki sebagai bawahan, tetapi untuk bedampingan di sisi Adam sebagai seorang yang setara, untuk dikasihi dan dilindungi.  Sebagai bagian dari Adam, tulang dari tulangnya , daging dari dagingnya, ia merupakan dirinya yang kedua, menunjukkan eratnya hubungan mereka serta ikatan kasih yang harus ada dalam hubungan seperti ini.”17  Pekerjaan ini tidak mudah.  Cara terbaik untuk merealisasikan hal ini adalah dengan memohon dan merelakan kehidupan suami “dimampukan oleh kuasa Roh Kudus sehingga ia dapat mencintai isterinya sebagaimana Kristus mengasihi jemaat Nya, dengan demikian isterinya juga akan pasrah dan tunduk pada suaminya sebagaimana ia taat pada Tuhan.”18  Oleh kuasa Roh Kudus, suami akan mampu mengikat rumah tanggannya dengan kasih sejati surgawi.  Amin


0 komentar:

Posting Komentar