Ketika
Mimpi menjadi Kenyatanan
Ellen Manueke
Saat ini, sebagian kecil penduduk
Indonesia yang meramaikan pemilihan umum serentak 17 April kemarin, sementara
bekerja keras menghitung dan melindungi suara agar tidak hilang sehingga bisa
memenuhi kuota demi mewujudkan cita-cita menjadi wakil rakyat, sebuah tugas
mulia untuk melayani masyarakat.
Apa impian anda saat ini?
Mungkin anda sedang memimpikan memiliki tubuh atletis, segera mendapat promosi
jabatan, mendapat pekerjaan baru, berpindah rumah baru atau memulai sebuah
keluarga dan sementara mengusahkannya. Mimpi merupakan sebuah harapan. Alangkah
indahnya sebuah mimpi yang menjadi nyata.
Orang Israel bukan saja
memimpikan sebuah kondisi yang kontras ketika berada di bawah penindasan Mesir,
tetapi mereka membutuhkannya: kebebasan. Kitab Kejadian menguak betapa
penderitaan telah membuat mereka ‘berteriak’ meminta kelepasan dan tangisan mereka
sampai kepada Tuhan. Ketika tiba waktunya, Allah memanggil Musa, tentu setelah
dia melewati masa pembentukan tabiat di padang gurun selama 40 tahun, untuk
membawa Israel keluar dari Mesir menuju tanah pengharapan, Kanaan. Kitab Yosua
memastikan bahwa dari semua hal baik yang dijanjikan Allah kepada orang Israel,
tidak ada satupun yang tidak dipenuhi. Semua dipenuhi. Lewat pemerintahan
putera mahkota yang ditetapkan Daud, Salomo, Allah mengangkat Israel kepada
puncak kejayaan dalam bernegara dan beragama. Istana Salomo terindah di dunia
kala itu demikian pula rumah Allah yang kemudian dikenal dengan kaabah Salomo.
Namun, sebelum Salomo
masuk ke liang lahat, kemurtadan telah mulai menimpa Israel. Salomo secara
pasti melakukan hal yang sudah diminta Tuhan untuk dijauhi:
…
padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman
kepada orang Israel: "Janganlah kamu bergaul dengan
mereka 1 dan
merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka
akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka."
Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta… Pada waktu
itu Salomo mendirikan bukit pengorbanan bagi
Kamos, dewa kejijikan sembahan orang Moab, di gunung di sebelah
timur Yerusalem dan bagi Molokh, dewa kejijikan sembahan bani
Amon (1 Raja2 11:2 & 7).
Salomo yang sukses
digunakan Tuhan untuk mengangkat Israel ke puncak kejayaan pada masa mudanya,
terbukti mampu melakukan hal yang bertolak belakang, yakni mencondongkan hati
bangsanya berpaling kepada ilah lain di masa tuanya. Sungguh tragis, tetapi itulah
kenyataan. Tidak butuh waktu panjang untuk memprediksi sebuah mimpi yang
menjadi kenyataan telah mulai berproses menuju kehancuran. Sejarah Alkitab
mencatat bahwa tidak lama setelah anak Salomo, Rehabeam, menjadi raja, kerajaan
Israel pecah dan seterusnya berakhir ke pembuangan. Seluruhnya, ada empat belas
keturuan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai ke
pembuangan ke Babel dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai
Kristus (Matius 1:17).
Allah yang telah begitu
baik kepada bangsa Israel di masa lampau pasti melakukan hal yang sama kepada
anda dan saya di masa kini. Sementara sebagian orang di antara kita sedang
berjuang merealisasikan rencana Tuhan dalam hidupnya, beberapa di antara kita
ada yang sedang mengakui kenyataan bahwa semua hal baik yang diminta kepada
Allah telah dipenuhi. Pertanyaannya, seberapa lama hal itu bertahan? Sebelum
kejatuhan Israel, Allah telah menghadapkan kepada mereka pilihan, mau tetap
menikmati berkatnya, atau sebaliknya.
“Lihatlah, aku memperhadapkan kepadamu pada
hari ini berkat dan kutuk; berkat, apabila kamu
mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari
ini; dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah
TUHAN, Allahmu, dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu pada hari
ini, dengan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal.”
Ulangan 11:26-28
Tuhan akan menolong kita untuk tetap memilih menikmati berkat dan kemurahaNya sampai Dia datang kembali.
0 komentar:
Posting Komentar