BAIT Ministry

Selasa, 05 September 2023

Ketika Mimpi menjadi Kenyatanan

 

Ketika Mimpi menjadi Kenyatanan

Ellen Manueke


 


Saat ini, sebagian kecil penduduk Indonesia yang meramaikan pemilihan umum serentak 17 April kemarin, sementara bekerja keras menghitung dan melindungi suara agar tidak hilang sehingga bisa memenuhi kuota demi mewujudkan cita-cita menjadi wakil rakyat, sebuah tugas mulia untuk melayani masyarakat.

 

Apa impian anda saat ini? Mungkin anda sedang memimpikan memiliki tubuh atletis, segera mendapat promosi jabatan, mendapat pekerjaan baru, berpindah rumah baru atau memulai sebuah keluarga dan sementara mengusahkannya. Mimpi merupakan sebuah harapan. Alangkah indahnya sebuah mimpi yang menjadi nyata.

 

Orang Israel bukan saja memimpikan sebuah kondisi yang kontras ketika berada di bawah penindasan Mesir, tetapi mereka membutuhkannya: kebebasan. Kitab Kejadian menguak betapa penderitaan telah membuat mereka ‘berteriak’ meminta kelepasan dan tangisan mereka sampai kepada Tuhan. Ketika tiba waktunya, Allah memanggil Musa, tentu setelah dia melewati masa pembentukan tabiat di padang gurun selama 40 tahun, untuk membawa Israel keluar dari Mesir menuju tanah pengharapan, Kanaan. Kitab Yosua memastikan bahwa dari semua hal baik yang dijanjikan Allah kepada orang Israel, tidak ada satupun yang tidak dipenuhi. Semua dipenuhi. Lewat pemerintahan putera mahkota yang ditetapkan Daud, Salomo, Allah mengangkat Israel kepada puncak kejayaan dalam bernegara dan beragama. Istana Salomo terindah di dunia kala itu demikian pula rumah Allah yang kemudian dikenal dengan kaabah Salomo.


Namun, sebelum Salomo masuk ke liang lahat, kemurtadan telah mulai menimpa Israel. Salomo secara pasti melakukan hal yang sudah diminta Tuhan untuk dijauhi:

padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: "Janganlah kamu bergaul  dengan mereka 1  dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka." Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta… Pada waktu itu Salomo mendirikan bukit pengorbanan bagi Kamos, dewa kejijikan sembahan orang Moab, di gunung di sebelah timur Yerusalem dan bagi Molokh,  dewa kejijikan sembahan bani Amon (1 Raja2 11:2 & 7).


Salomo yang sukses digunakan Tuhan untuk mengangkat Israel ke puncak kejayaan pada masa mudanya, terbukti mampu melakukan hal yang bertolak belakang, yakni mencondongkan hati bangsanya berpaling kepada ilah lain di masa tuanya. Sungguh tragis, tetapi itulah kenyataan. Tidak butuh waktu panjang untuk memprediksi sebuah mimpi yang menjadi kenyataan telah mulai berproses menuju kehancuran. Sejarah Alkitab mencatat bahwa tidak lama setelah anak Salomo, Rehabeam, menjadi raja, kerajaan Israel pecah dan seterusnya berakhir ke pembuangan. Seluruhnya, ada empat belas keturuan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai ke pembuangan ke Babel dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus (Matius 1:17).


Allah yang telah begitu baik kepada bangsa Israel di masa lampau pasti melakukan hal yang sama kepada anda dan saya di masa kini. Sementara sebagian orang di antara kita sedang berjuang merealisasikan rencana Tuhan dalam hidupnya, beberapa di antara kita ada yang sedang mengakui kenyataan bahwa semua hal baik yang diminta kepada Allah telah dipenuhi. Pertanyaannya, seberapa lama hal itu bertahan? Sebelum kejatuhan Israel, Allah telah menghadapkan kepada mereka pilihan, mau tetap menikmati berkatnya, atau sebaliknya.  


“Lihatlah, aku memperhadapkan kepadamu pada hari ini berkat dan kutuk; berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini;  dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan  perintah TUHAN, Allahmu, dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah  lain yang tidak kamu kenal.” Ulangan 11:26-28

 

Tuhan akan menolong kita untuk tetap memilih menikmati berkat dan kemurahaNya sampai Dia datang kembali.

0 komentar:

Posting Komentar