BAIT Ministry

Senin, 04 September 2023

Perjalanan ke Negeri Perjanjian

 


Perjalanan ke Negeri Perjanjian
Ellen Manueke

 

 

Bangsa Israel kemudian memasuki negeri perjanjian yang dijanjikan Tuhan kepada Abraham, Ishak dan Yakub ratusan tahun setelah janji dimaklumkan dan  berbagai peristiwa telah hadir mewarnai proses waktu tersebut. Dengan iman, mereka memegang janji itu. Namun, tak dipungkiri, individu-individu tersebut sempat tidak percaya dan berimprovisasi sendiri dalam menantikan kegenapan janji Allah.

 

Buah ketidakpercayaan Abraham nyata pada kehadiran Ismail, anak Hagar, yang kemudian mengubah sejarah keturunannya, bangsanya, sampai kepada konstalasi dunia zaman kini. Ishak, anak Abraham yang penurut, menggunakan pemikirannya sendiri ketika hendak memberkati anak sulungnya, dengan tetap memberikannya kepada anak favoritnya, padahal Allah telah menyatakan kepada dia dan Ribka bahwa kepada Yakublah kesulungan itu diberikan. Ribkapun melakukan ‘tipuan’ dan bekerjasama dengan Yakub untuk menggelabui Ishak.

 

 Sebuah konspirasi yang berakhir dengan duka dan kemalangan bagi ibu dan anak karena mereka tidak pernah bertemu lagi sampai kematian. Proses kehidupanlah yang telah mengubah pribadi-pribadi tersebut menjadi orang yang setia dan bergantung sepenuhnya kepada Allah. Dalam perjalanan keluar dari perhambaan di Mesir, sampai ketika memasuki tanah perjanjian, bangsa Israel telah melewati berbagai tantangan dan halangan di depan mereka namun disusul dengan mujizat Allah yang memberikan kemenangan. Kitab keluaran memaparkan berbagai kejadian besar yang mewarnai perjalanan Israel. Ketika sampai di tanah perjanjianpun, mereka harus menghadapi kegagahan penduduk setempat dan menaklukan mereka. Ketakutan, kecemasan dan keraguan berulang kali menggoda dan mengisi  hati mereka. Namun, di saat mereka pasrah, di saat itulah tangan Allah bekerja dan mendatangkan kemenangan demi kemengangan. Hingga setelah genap waktunya, bangsa itu memasuki tanah yang dijanjikan Tuhan. Perlu dicatat bahwa dari semua yang dijanjikanNya, tidak ada satupun yang tidak dipenuhi.

 

Sejarah menunjukkan bahwa tidak lama sesudah bangsa Israel menikmati tanda-tanda kehebatan Allah, selalu saja mereka jatuh dalam dosa. Tidak lama sesudah mujizat anak sulung di tanah Mesir, mereka bersungut dan meminta kembali ke Mesir dan bersungut lagi tak lama setelah Allah membelah laut untuk membebaskan mereka dari kejaran tentara Mesir. Kebiasaan bersungut, apalagi setelah mendapatkan mujizat Allah, telah menuntun mereka kepada dosa yang besar, yakni beralih kepada Allah lain. Malahan, pada fase-fase terakhir kerajaan itu, ketika mereka telah tinggal di tanah perjanjian, mereka melakukan dosa yang lebih keji daripada yang pernah dilakukan oleh bangsa-bangsa yang pernah mereka taklukan. Allah akhirnya menyerahkan mereka ke tangan bangsa-bangsa lain. Hingga kini, bangsa itu terpencar-pencar di berbagai pelosok dunia. 

 

Kepada kita, Allah telah berjanji menyediakan tempat tinggal yang indah dan tetap, sebuah negeri yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Proses dari sebuah ‘janji’ hingga menjadi ‘kenyataan’ itu melewati sejumlah rentang waktu serta tantangan, gangguan dan hambatan. Sifat alamiah manusia berdosa akan nyata saat menghadapi cobaan dan tantangan kehidupan. Namun, mujizat yang pernah dilakukan Allah kepada bangsa Israel kuno tidaklah lebih besar daripada mujizat yang sedang Dia lakukan saat ini, di dalam mengubah karakter umatNya, dari pribadi-pribadi pendosa menjadi pewaris tanah perjanjian, Kanaan. Selalu percaya dan setia sejak sekarang, akan membentuk kita menjadi pribadi yang selalu bersyukur dan menerima kehendakNya dan tetap tinggal di dalam Dia selama-lamanya.. Mari berdoa, Ya Allah, bentuklah kami menjadi pribadi yang percaya dan setia kepadaMu saja sampai di sorga. Amin. 


0 komentar:

Posting Komentar