Siapa yang akan jadi presiden dan wakil presiden di waktu mendatang selalu menjadi pembicaraan yang menarik untuk diperbincangkan apalagi menjelang Pilpres.
Hubungan pemimpin dan kekuasaan adalah ibarat gula dengan manisnya, ibarat garam dengan asinnya. Dua-duanya tak terpisahkan. Kepemimpinan yang efektif terealisasi pada saat seorang pemimpin dengan kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai hal yang memuaskan. Masyarakat tentu menginginkan pemimpin bangsa yang dapat menggunakan kekuasaannya secara baik, sesuai dengan konstitusi yang pada akhirnya membawa kemajuan dan kemakmuran bagi rakyatnya. Dalam negara demokrasi, di mana kekuasaan ada di tangan rakyat, maka jalan menuju kekuasaan ditempuh melalui jalur partai politik dan mekanisme yang berjalan sesuai konstitusi negara ini.
Charlemagne
atau Karel Agung yang menghabiskan hidupnya untuk mengejar kekuasaan
seluas-luasnya mengukuhkan dan mengembangkan kekuasaannya hingga meliputi
sebagian besar Eropa Barat. Ia sering dianggap merupakan bapak pendiri Perancis
dan Jerman, bahkan sebagai bapak pendiri Eropa. Sebagai kaisar pertama di Barat
sejak runtuhnya Kekaisaran Romawi, Karel Agung tahu betul bahwa kekuasaan yang
ia miliki tak dapat bertahan selamanya. Pada saat ia wafat, ada kisah menarik
yang muncul seputar penguburan kaisar yang terkenal ini. Legenda mengatakan
bahwa ia memerintahkan bahwa ia dikuburkan dalam posisi duduk di kursi takhta,
lengkap dengan mahkota di kepala dan tongkat raja di tangnnya. Ia juga menyuruh
dikenakkan jubah raja dan disiapkan buku yang terbuka di tangannya. Hal ini
terjadi tahun 814 STM.
Setelah lewat dua ratus tahun, Kaisar Othello ingin memastikan apakah perintah ini dijalankan dengan semestinya. Maka dikirimlah suatu tim untuk membongkar makam Karel Agung dan melapor kembali kepada kaisar. Mereka menemukan posisi Karel Agung seperti yang diperintahkan, hanya saja keadaannya sekarang dua abad kemudian, sangatlah mengenaskan. Mahkotanya sudah miring, jubah dimakan rayap, mayatnya tak berbentuk. Tapi pada tulang paha terdapat buku yang terbuka seperti yang kaisar itu inginkan—sebuah Alkitab. Tulang jari telunjuknya menunjuk pada Matius 16:26, yang berbunyi, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”
Betapa hebat bila seseorang merasa disanjung dan dihormati. Apakah itu karena ‘kekuasaan’ yang mungkin dititipkan kepada kita untuk sementara waktu melalui jabatan, pangkat, pendidikan atau gelar, sayangnya semua akan berlalu dan sirna seakan tak pernah ada. Karena pada akhirnya yang akan diperhitungkan adalah integritas, belas kasihan, keberanian dan pengorbanan yang kita tunjukkan semasa kita berjalan diatas dunia ini. Milikilah karakter pemimpin yang mengejar kehormatan di hadapan Tuhan melalui pembaharuan budi (Roma 12:2) yang dapat menyanggupkan memiliki kuasa surgawi yang Ia janjikan. Kuasa yang melebihi kekuasaan seorang presiden, kaisar atau raja sekalipun. Semoga spirit ini bisa terus mengema dalam sanubari kita. ***
0 komentar:
Posting Komentar