MENGHALAU KESEPIAN
Oleh: Pdt. DR. Moldy Ruddy Mambu
Pernakah anda merasa sepi ditengah Mega Mall atau merasa sendirian di
Taman Kesatuan Bangsa, jantung kota Manado?
Atau anda merasakan pengalaman duduk merenung sambil pikiran menerawang
lalu terasa ada himpitan berat menindih karena ditinggalkan? Benar mengalami kesepian, perasaan berada
seorang diri adalah karena tidak
mendapat kasih sayang maupun penghargaan.
Kesepian membuat orang merasakan kekosongan jiwa sehingga sulit
berkomunikasi dengan orang lain.
Berbagai perasaan sedih, putus asa, gelisah, kuatir, keinginan untuk
dikasihi atau disayangi menjadi begitu kuat sehingga akan merasa “sendiri”
walau berada ditengah keramaian. Lebih
parah kalau ada perasaan ditolak atau ditinggalkan.
Banyak sahabat yang menghindar dari kesepian oleh kumpul-kumpul
sabil makan, bayarnya masing-masing. Ada
yang untuk melawan kesendirian oleh mengajak para sahabat bepergian sambil
menyediakan transportasi dan akomodasi. Yang penting boleh jalan bareng
ditempat wisata, boleh bercanda sambil tamasya.
Hasilnya adalah kebersamaan, sudah olahraga jalan kaki dan terutama jadi capek, gampang
tidur dan kesepian menghilang sendirinya. Menyibukkan diri pada berbagai
kegiatan sosial akan banyak menolong.
“Lonely” dapat terjadi kepada siapa saja tua dan muda. Komunikasi melalui WA, SMS, chatting dan
telepon akan menolong keluar dari masalah ini.
Berada seorang diri adalah suatu keadaan yang sulit. Sejak penciptaan, Tuhan telah melihat bahwa
sendirian saja itu tidak baik. Masalah kesepian inilah yang pertama diakui
Tuhan sehingga Hawa dijadikan. “Tuhan
Allah berfirman: Tidak baik, kalau
manusia itu seorang diri saja. Aku akan
menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”.(Kejadian 2:18). Kalau Adam sendirian saja bukan tidak mungkin
dia akan merasakan sulitnya kesepian itu,
karena tidak ada penolong untuk berbagi kebahagiaan, buat mengurai persoalan, tidak ada koreksi apalagi menerima apresiasi.
Disebuah Jemaat besar, anggotanya ratusan orang, acara berlangsung
lancar dan hikmat. Sabat itu istimewa
karena penutupan acara KKR. Setelah
acara baptisan berlangsung lalu penerimaan keanggotaan baru dihadapkan kepada
Jemaat. Semua anggota bersukacita namun
kadang ada satu hal yang lepas dari pengamatan tua-tua jemaat. Anggota yang baru dibaptis ini adalah jiwa
baru yang bagai adik bayi didalam jemaat.
Adakah kita peduli padanya supaya jangan kesepian dalam Gereja? Dia perlu perawatan karena masih bayi yang
kecil, perlu perhatian dan kepedulian. Dia butuh komunikasi untuk menyampaikan
pengalaman rohani yang baru dialaminya disuatu tempat yang berbeda dengan yang
sebelumnya. Kita mesti catat HP nya,
ajak dia ke kumpulan BWA, Rumah Tangga, acara
pemuda, piknik dll. Jadikan dia
betah dengan komunitasnya yang baru sehingga dia tidak akan merasa kesepian.
Sering kita terlalu sibuk sehingga
abai dalam menangani mereka yang
baru menerima kebenaran Kristus. Tidak
heran banyak kita mendengar ada orang yang meninggalkan gereja dengan sebab
utama adalah, kesepian, sebab tidak ada yang memperhatikan dia.
Ketika Yesus dicecar pertanyaan menjebak penguasa Roma Pontius
Pilatus semuanya dijawab dengan jitu.
Di Gedung pengadilan oleh serdadu-serdadu wali negeri Yesus
dipakaikan jubah ungu, memakaikan makota duri, meludahi dan mengoloknya, Yesus
tidak menjawab satu katapun.
Melalui jalan Via Dolorosa memikul salib yang berat, terjatuh,
dicambuk, Yesus tegar menjalaninya.
Di puncak bukit Golgota yang artinya tempat tengkorak serdadu
memberi air anggur bercampur empedu, mengolok dan mencela-Nya, semua itu
ditanggung Nya dalam diam. Namun pada
penghujung kehidupannya di kayu salib bukan penderitaan amat hebat dan berat yang
dikeluhkan namun Yesus mengeluh karena merasa kesepian. (Matius 27:46).
Kesepian datang menggoda?
Kita harus jadi pemenang melalui
persekutuan dengan Tuhan yang saling mengasihi (Yohanis 13:35); saling
memikirkan kesejahteraan (Kisah 2:44-45); saling menasehati dan menghibur
(Kolose 3:16; 2 Timotius 4:2).
0 komentar:
Posting Komentar