“Pakatuan wo pakalawiren” adalah sebuah ungkapan Minahasa yang populer dari tanah Kawanua. Kalimat ini biasa disampaikan pada akhir sebuah sambutan maupun pidato. Expresi bahasa daerah yang berinti harapan yang dirindukan banyak orang. Pakatuan berasal dari kata dasar tu’a yang artinya lanjut usia. Sedangkan Pakalawiren datang dari kata dasar lawir yang berarti lestari atau abadi. Bila dipadukan maka akan membentuk sebuah arti umum yakni “Semoga panjang umur dan sehat selalu”.
Sebagai manusia,
umur panjang dan sehat adalah dambaan.
Semua orang ingin umur yang panjang tetapi jangan menjadi tua. Bukankah begitu? Menjadi semacam pohon cemara
yang tidak terpengaruh musim, ever green.
Mempunyai umur yang panjang namun tetap muda. Tetapi sudah kwadrati manusia bahwa dari
waktu kewaktu umur itu akan bertambah tak bisa ditahan menuju siklusnya dan
berakhir. Ketika masih belia orang
membilang usia pada perayaan ulang tahun dengan gembira. Tetapi apabila usia
mulai menapak senja, kulminasi umur
telah dilampaui dan tubuh sulit
berkompromi, umumnya enggan mengatakan
umur berapa. Jumlah umur menjadi rahasia
pribadi. Benar, siapa yang mau dibilang
tua? Dibanyak tempat, tidak sopan menanyakan umur seseorang. Pertanyaan How Old Are You hanya
diperuntukkan kepada anak-anak dan yang berangkat dewasa.
Umur bertambah
lalu menjadi tua itu sudah pasti.
Kemudian soal sehat , bugar dan fresh
adalah pilihan. Banyak orang mengatakan bahwa “jagalah kesehatan pada 40 tahun pertama, maka kesehatan akan menjaga
anda pada paruh 40 tahun
berikutnya.” Jangan lalaikan soal
kesehatan sebab bila kehilangan uang sesungguhnya anda tidak kehilangan apa-apa
sebab uang dapat dicari. Bila kehilangan
teman anda kehilangan sesuatu sebab sulit mendapatkan sahabat yang baik. Dan
bila anda kehilangan kesehatan maka anda sudah kehilangan segalanya. Kalau
bertubuh sehat maka dengan mudah orang akan mengatakan soal tua atau muda hanya terdapat dipikiran. Jangan heran bila mendengar perkataan jumlah
umur itu hanyalah untuk kepentingan administrasi seperti pengisian umur di
KTP/KK, surat keterangan maupun surat lainnya.
“Halo apa kabar,
harap ada baik-baik dan sehat-sehat” menjadi sapaan pembuka dibanyak kesempatan
termasuk bila menyalami seseorang melalui surat. Ya, sehat dan baik-baik tidak datang dengan
sendirinya. Itu adalah sebuah akumulasi dari keadaan keseharian seseorang.
waktu. Rasul Yohanes berdoa untuk Gayus dan umat percaya: “Saudaraku yang
kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala
sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja” (3 Yohanes 1:2).
“Baik-baik”
artinya adalah suatu keadaan dimana orang itu mempunyai kelakuan terhormat,
tidak jahat, jujur (Kamus). Di Sentani bilamana orang mengatakan “ko catat
dengan baik” itu berarti engkau harus mencatat dengan sungguh, sepenuh hati,
lengkap dan terang jangan sampai ada data yang ketinggalan sehingga nantinya
bila catatan itu diperlukan maka tidak ada yang tersembunyi, semua jelas dan
mudah dimengerti. Rasul Yohanes
mengharap agar Gayus maupun jemaatnya dalam keadaan yang terhormat dan saling
menghormati, berperilaku baik dan jujur dengan demikian maka tidak ada
permasalahan. Suatu harapan yang wajar
dan seadanya.
Keadaan baik-baik dan sehat sejatinya jadi perhatian dunia. Semua mau hidup sehat, sejahtera dan bahagia. World Health Organization mendifinisikan arti sehat “Health is a state of complete physical, mental and social bell-being and not merely the absence of diseases or infirmity”. (Keadaan yang sempurna baik fisik, mental ataupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”). Pemahaman universal seperti ini membawa kepada pengertian sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial merupakan kesatuan, dengan demikian bukan hanya keadaan bebas dari penyakit atau cacat. Ada 3 komponen penting kesehatan yaitu: 1. Sehat jasmani adalah bila fungsi fisiologi tubuh berjalan normal seperti selera makan baik, tidur nyenyak, napas tidak bau, gesit, rambut rapi, mata bersinar, tidak gemuk, kulit bersih, mata bersinar. 2. Sehat mental, yaitu terhindar dari gejala penyakit jiwa dan memamfaatkan potensi yang dimiliki untuk menyelaraskan fungsi jiwa dalam diri serta harmonis dengan Tuhan. 3. Sehat Sosial adalah seseorang yang mudah bergaul, yang bisa menerima keadaan diri, dan menerima peraturan yang berlaku di masyarakat dan jiwa yang harmonis dengan Tuhan.
Baik-baik dan sehat, kenapa tidak?. Jadi langsing, sehat, prima, umur panjang dapat dicapai dengan usaha. Berusaha diet, berusaha olahraga, berusaha menjadi fit dan segar. Ingat bahwa tubuh kita adalah Rumah / Kaabah Allah. Sebagai rumah sang Khalik itu perlu dijaga dan dipelihara. “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.” (1 Korintus 3:16). Banyak kesaksian mengatakan bahwa semua usaha untuk sehat akan menjadi mantap bila mana bekerja sama dengan Tuhan. Ya, kita mohon akal budi dalam memilih makanan, berolahraga dan program kesehatan lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar