Tokoh
pertama: Raja Yerobeam
Raja Yerobean ditempatkan di atas takhta oleh sepuluh suku
Israel yang telah memberontak terhadap keturunan Daud atas restu Tuhan. (Baca 1
Raja 11:28-31). Yerobeam adalah mantan pelayan Salomo. Ellen White menjelaskan
“Di bawah pemerintahan Salomo, dia (Yerobeam) telah menunjukkan keterampilan
dan mempunyai pertimbangan yang baik dan pengetahuan yang diperolanya selama
bertahun-tahun mengabadi dengan kesetiaan menjadikan dia pantas untuk
memerintah dengan bijaksana. Tetapi Yerobeam tidak berhasil menjadikan Allah
sebagai tempat bergantungnya.” (Alfa Omega, Jilid 3, hal. 81).
Yerobeam seharusnya berada dalam posisi untuk mewujudkan
reformasi yang bijaksana, baik dalam urusan sipil maupun agama. Nabi Ahia yang
mengurapi Yerobeam menjadi raja sudah berpesan kepadanya dalam 1 Raja 11:38
“Dan jika engkau mendengarkan segala yang Kuperintahkan kepadamu dan hidup
menurut jalan yang Kutunjukkan dan melakukan apa yang benar di mata-Ku dengan
tetap mengikuti segala ketetapan dan perintah-Ku seperti yang telah dilakukan
oleh hamba-Ku Daud, maka Aku akan menyertai engkau dan Aku akan membangunkan
bagimu suatu keluarga yang teguh seperti yang Kubangunkan bagi Daud, dan Aku
akan memberikan orang Israel kepadamu.
Di dalam 1 Raja 12: 26-31 Firman Tuhan mencatat apa yang
dipikirkan oleh Yerobeam yang diwujudkan kepada apa yang dilakukannya.
Perhatian ayat 26-32 Maka berkatalah Yerobeam dalam hatinya: "Kini mungkin
kerajaan itu kembali kepada keluarga Daud. 27 Jika bangsa itu pergi
mempersembahkan korban sembelihan di rumah TUHAN di Yerusalem, maka tentulah
hati bangsa ini akan berbalik kepada tuan mereka, yaitu Rehabeam, raja Yehuda,
kemudian mereka akan membunuh aku dan akan kembali kepada Rehabeam, raja Yehuda."
28 Sesudah menimbang-nimbang, maka raja membuat dua anak lembu jantan dari emas
dan ia berkata kepada mereka: "Sudah cukup lamanya kamu pergi ke
Yerusalem. Hai Israel, lihatlah sekarang allah-allahmu, yang telah menuntun
engkau keluar dari tanah Mesir." 29 Lalu ia menaruh lembu yang satu di
Betel dan yang lain ditempatkannya di Dan. 30 Maka hal itu menyebabkan orang
berdosa, sebab rakyat pergi ke Betel menyembah patung yang satu dan ke Dan menyembah patung yang
lain. 31 Ia membuat juga kuil-kuil di atas bukit-bukit pengorbanan, dan mengangkat imam-imam dari
kalangan rakyat yang bukan dari bani Lewi. 32 Kemudian Yerobeam menentukan
suatu hari raya pada hari yang kelima belas bulan kedelapan, sama seperti hari
raya yang di Yehuda, dan ia sendiri naik tangga mezbah itu. Begitulah dibuatnya
di Betel, yakni ia mempersembahkan korban kepada anak-anak lembu yang telah
dibuatnya itu, dan ia
menugaskan di Betel imam-imam bukit pengorbanan yang telah diangkatnya.
Tiga pelajaran dari kehidupan Yerobeam:
1. Ambisi pribadi akan menutup mata terhadap nasihat surga.
Yerobeam memerintahkan untuk menangkap nabi yang datang untuk menegurnya. (1
Raja 13:4)
2. Ambisi pribadi akan menuntun pada strategi untuk mempertahankan
posisi.
3. Ambisi pribadi akan menuntun untuk membuat keputusan dan
perintah yang tidak berdasarkan kehendak Tuhan. Yerobeam membuat dua anak lembu
jantan terbuat dari emas, untuk menggantikan posisi Allah dan mengangkat
pejabat berdasarkan ambisi pribadi bukan berdasarkan nasihat Tuhan. 1 Raja
12:29, 31.
Raja Yerobeam menjadi pengingat yang buruk kepada raja-raja yang
memerintah kemudian. Kalau raja melakukan hal yang baik dan benar maka frase
yang muncul adalah: “melakukan apa yang benar dimata Tuhan seperti yang
dilakukan oleh Daud bapa leluhurnya.” Tetapi kalau raja yang jahat, frase yang
muncul adalah “dosa Yerobeam bin Nebat yang mengakibatkan orang Israel
berdosa.”
Ellen G. White mengatakan dalam buku Christian Leadership, halaman 21: Para pemimpin bertanggung jawab bukan saja kesalahan tidak kudus yang dilakukan, tetapi juga terhadap kesalahan dari mereka yang mengikuti teladan mereka yang salah. Selanjutnya Ellen White mengatakan di buku yang sama halaman 34, segera pada saat seseorang mulai menggunakan tangan besi terhadap orang lain, segera saat dia mulai berlaku keras dan memaksa manusia sesuai dengan pikirannya sendiri, dia tidak menghormati Allah, dan membayakan jiwanya sendiri, dan jiwa saudara-saudaranya.
2 Tawarikh 13:20 “Tuhan memukul dia (Yerobeam), sehingga mati.
Tokoh
2: Abdi Allah dari Yehuda
Allah menggunakan abdi Allah dari Yehuda, untuk menegur raja
Yerobeam yang sedang mengadakan acara peresmian suatu jenis upacara penyembahan baru di Betel.
Tidak disebutkan siapa namanya, Alkitab menyebutkan abdi Allah dari Yehuda.
Nama dalam hal ini tidak penting yang penting adalah misi yang diemban.
Ada tiga larangan Tuhan: tidak boleh makan, tidak boleh minum,
pulang mengikuti jalan yang berbeda. Abdi Allah dari Yehuda ini berhasil
menolak tawaran raja Yerobeam dalam 1 Raja 13:7 “Marilah Bersama-sama dengan
aku ke rumah, segarkanlah badanmu, dan sesudah itu aku hendak memberikan suatu
hadiah kepadamu.” Tetapi dia tertipu oleh seorang yang mengaku nabi.
Tiga
Pelajaran dari Abdi Allah:
1. Keberanian untuk menyampaikan pekabaran Allah. Tuhan berjanji
untuk memberikan keberanian kepada hambanya, untuk memberikan kesan yang
mendalam kepada yang mendengar. “Jurukabar-jurukabar Allah tidak pernah merasa
gentar terhadap rupa manusia, karena mereka berdiri dengan tidak goyah demi
kebenaran. Selama mereka bergantung pada Allah, mereka tidak perlu takut; sebab
Ia yang menyuruh mereka juga mengaruniakan penjagaan yang pasti kepada mereka.”
(Alfa Omega jilid 3, hal. 85).
2. Setelah menyelesaikan misi dia menjadi lengah, bersantai. Dia
seharusnya segera kembali ke Judea tanpa berlambat. Nabiah Tuhan selanjutnya
menjelaskan dalam Alfa Omega jilid 3, hal. 85 “Adalah baik bagi nabi
itu menuruti rencananya dengan tidak menunggu-nunggu kembai ke Yehuda.” Setelah
menyampaikan pekabaran Allah dengan berani, dia merasa bahwa sekarang dia tidak
memiliki tekanan lagi. Dia berasumsi bahwa Allah tidak akan bermasalah jika dia
bersantai setelah apa yang dia telah lalui. Tetapi pada saat dia bersantai,
berdiam dan mempercayai tipuan, harga yang harus dia bayar adalah nyawanya
sendiri!
3. Mengesampingkan nasihat/Firman Allah. Dia seharusnya bertanya
kepada Allah untuk memberikan tuntunan. Pada saat nabi tua membujuk dia untuk
mampir di rumahnya yang katanya menurut nasihat Tuhan, seharusnya abdi Allah
dari Yehuda bertanya kepada Allah.
“Oleh karena nabi yang benar itu membiarkan dirinya untuk
mengikuti jalan yang bertentangan dengan tugas yang diamanatkan kepadanya, maka
Allah membiarkan hukuman pelanggaran menimpa kepadanya.” (Alfa Omega
jilid 3, ha. 85). 1 Raja 13:24 “Orang itu pergi, tetapi di tengah jalan ia
diserang seekor singa dan mati diterkam.”
Tokoh
ketiga: Nabi Tua
Alkitab menyebutnya nabi yang sudah tua. Kemungkinan dia tadinya
nabi, tetapi saat itu dia tidak lagi mendapatkan karunia bernubuat. Tuhan tidak
lagi berbicara kepadanya. Nabi ini tinggal di Betel, kota yang kemungkinan
sudah berkompromi dengan kejahatan. Seharusnya kalau dia nabi yang setia
seharusnya dia yang memberikan amaran kepada raja Yerobeam saat menahbiskan
suatu bentuk peribadatan baru di Betel. Tetapi nyatanya, Tuhan harus
menggunakan abdi Allah dari Yudea untuk memberikan amaran kepada raja Yerobeam.
Tiga pelajaran dari nabi tua:
1. Jangan berdusta. Nabi tua mengaku mendapat pekabaran dari Tuhan,
Bahayanya memutar balikkan kebenaran.
2. Menggunakan pengaruh dengan cara yang salah.
3. Lebih besar pengaruh kita, lebih tinggi posisi kita, lebih
banyak pengalaman kita, lebih tinggi Pendidikan kita, lebih mudah untuk menipu
orang lain.
Kesimpulan:
Raja Yerobeam dipilih oleh Tuhan, tetapi ambisi pribadi menuntun
dia melakukan tindakan-tindakan yang salah.
Abdi Allah dari Yehuda, berani membawakan pekabaran Allah, tetapi kemudian lengah dan gagal.
Nabi tua: menggunakan pengaruh, posisi, pengalaman, untuk menipu orang lain.
“Allah akan menolong kita untuk menang dari berbagai kesalahan jika kita berdoa dan percaya kepadaNya.” 3 T, 540.
0 komentar:
Posting Komentar